Erasmus Huis, Perpustakaan Minimalis di Tengah Kota yang Kapitalis

Erasmus Huis, Perpustakaan Minimalis di Tengah Kota yang Kapitalis
info gambar utama

Interiornya yang minimalis modern dengan padanan warna putih dan coklat membuatnya selalu dipadati pengunjung. Tak ada lorong pengap dan gelap di sini. Pengunjungnya akan betah berlama-lama karena dimanjakan fasilitas yang ada. Inilah Perpustakaan Erasmus Huis!

Merupakan perpustakaan yang masih bagian dari Kedutaan Belanda, Erasmus Huis sendiri merupakan pusat kebudayaan Belanda. Berdiri sejak 1971 di Menteng Raya No. 25, lalu pindah ke Kavling S- Setiabudi, Jalan Haji R. Rasuna Said Blok C No. 3, Kuningan, Jakarta Selatan yang merupakan tempat berdiri saat ini sejak 1981.

Memasuki perpustakaan, suasana tenang dan hangat kental terasa. Tak heran bila sulit menemukan bangku kosong di sini. Setiap pengunjung terlihat larut dalam kegiatannya masing-masing, membaca buku dan memilih buku, hingga bermain laptop.

Dominasi warna putih, lampu yang memancarkan cahaya kuning temaram, serta jendela berukuran besar di beberapa sisi ruangan membuat kegiatan membaca semakin menyenangkan.

Fasilitas yang ada di Perpustakaan Erasmus Huis | Foto: Novita Caesaria/ GNFI
info gambar

Selain menjadi pusat membaca, tak jarang perpustakaan ini beralih fungsi menjadi tempat dilaksanakannya ajang penghargaan. Seperti ajang penghargaan dari Kerajaan Belanda bernama The Prince Claus Fund yang tiap tahun dilaksanakan sebagai bentuk apresiasi kepada seniman yang dianggap mengembangkan kebudayaan di ranah internasional.

Setelah puas menelusuri setiap sudut Perpustakaan Erasmus Huis, saya tertarik untuk berbincang dengan seorang pustakawan Perpustakaan Erasmus Huis. Rina Tjokorde adalah sosok yang saya cari. Sifatnya yang ramah membuat perbincangan kami berlangsung cair dan hangat. Rina sudah menjadi staf Kedutaan Belanda bagian kebudayaan sejak 1985 atau 33 tahun yang lalu. Sejak itu pula beliau sudah menjadi pustakawan.

Rina Tjokorde pustakawan Erasmus Huis | Foto: Novita Caesaria/ GNFI
info gambar

Rina kerap menyapa pengunjung, sosoknya yang rendah hati membuatnya menjadi pribadi yang hangat dan menyenangkan. Tak jarang ia berbincang sedikit dengan salah satu pengunjung baru sekadar untuk bertanya asal daerah atau dari mana tahu Perpustakaan Erasmus Huis. Pendekatan tersebut menjadi nilai plus untuk pelayanan perpustakaan ini.

Sebagian besar koleksi bukunya berbahasa Belanda, tapi ada juga kok yang berbahasa Inggris atau Indonesia. Literatur dan sejarah adalah kategori buku paling banyak di perpustakaan ini. Stock opname dilakukan tiga kali dalam setahun, semua buku yang ada merupakan hasil import dari Belanda, kecuali yang berbahasa Indonesia. Jumlah total koleksi bukunya mencapai 14.000.

Seorang pengunjung sedang memilih buku | Foto: Novita Caesaria/ GNFI
info gambar

Penyusunan buku berdasarkan pengarang untuk kategori roman sedangkan sejarah, kebudayaan, dan informasi Belanda diurutkan berdasarkan kode nomor. Perpustakaan Erasmus Huis juga ramah anak, terbukti dengan tersedianya buku-buku untuk anak.

“Saya berharap lebih banyak yang datang ke perpustakaan Erasmus Huis. Tempatnya nyaman, bisa pakai wifi, tempatnya strategis dan mudah dijangkau, bisa naik kereta atau busway. Semoga kami bisa menambah koleksi buku berbahasa Inggris supaya semakin banyak peminat,” jawab Rina saat ditanya harapan untuk Perpustakaan Erasmus Huis.

Usai renovasi besar-besaran pada November 2018, Perpustakaan Erasmus Huis tak pernah sepi peminat. Promosi tak hanya dilakukan online lewat sosial media Instagram @erasmushuis_jakarta. Promosi offline pun dilakukan dengan menaruh brosur di meja resepsionis atau memasang spanduk dan banner di sekitar gedung kedutaan, mengingat lokasinya yang berada di tempat strategis.

Perpustakaan Erasmus Huis dibuka untuk umum, siapa saja bisa menjadi anggota. Keistimewaan yang didapatkan setelah menjadi anggota adalah boleh meminjam buku dengan rentang waktu tiga minggu. Kartu keanggotaan berlaku hingga satu tahun. Tidak sulit untuk menjadi anggota, Kawan GNFI diharuskan untuk mengisi formulir dan membayar biaya kontribusi.

Bagian atas Perpustakaan Erasmus Huis | Foto: Novita Caesaria/ GNFI
info gambar

Terdapat dua jenis keanggotaan, yakni Annual Membership dan Annual Membership + dengan keistimewaan dan tarif yang berbeda. Annual Membership diperbolehkan meminjam maksimal tiga buku dalam tiga minggu.

Warga Indonesia kategori umum dikenakan biaya Rp 30.000 dan siswa/mahasiswa dikenakan biaya lebih murah yaitu Rp 15.000, sedangkan warga asing kategori umum akan dikenakan biaya sebesar Rp 60.000 dan siswa/mahasiswa asing sebesar Rp 40.000.

Annual Membership + diperbolehkan meminjam maksimal lima buku dalam tiga minggu. Warga Indonesia kategori umum dikenakan biaya Rp 60.000 dan siswa/mahasiswa dikenakan biaya lebih murah yaitu Rp 30.000. Sedangkan warga asing kategori umum akan dikenakan biaya sebesar Rp 120.000 dan siswa/mahasiswa asing sebesar Rp 80.000.

Perpustakaan ini buka dari Senin hingga Sabtu. Senin sampai Kamis buka pada pukul 09.00 -16.00 WIB, Jumat buka dari pukul 09.00-14.00 WIB, dan Sabtu buka dari pukul 10.00-13.00 WIB. Jam operasional yang berbeda tak menyurutkan animo masyarakat untuk berkunjung. Kawan GNFI tertarik berkunjung?***

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini