Tanam Benih Padi Ada Tradisinya di Flores

Tanam Benih Padi Ada Tradisinya di Flores
info gambar utama

Sawah menjadi salah satu tempat sumber penghasilan warga. Biasanya sawah dapat ditemui di desa-desa. Segala proses hingga padi dapat dipanen melibatkan banyak orang. Tidak hanya pemilik sawah saja tapi juga andil warga. Pemilik sawah juga bisa memberikan pekerjaan bagi warga lain.

Ketika musim tanam benih, warga akan ikut membantu dengan pagi-pagi berjalan bersama ke sawah. Tidak lupa membawa bekal yang sudah dikemas di wadah rantang. Mereka bergotong royong untuk menanami sawah dengan benih padi.

Setiap orang memiliki caranya sendiri dalam menanam benih padi. Baik secara langsung tanpa tradisi hingga adanya tradisi yang harus dijalankan. Seperti pada masyarakat Flores, dilakukan oleh Suku Gunung dan suku lainnya di kawaan selatan Kabupaten Manggarai Timur.

Tradisi tanam benih tersebut bernama tradisi Weri Mata Nii. Diambil dari kata weri yang artinya tanam dan mata nii yang berarti benih.

Jadi tradisi ini merupakan tradisi menanam benih padi di lahan kering atau lading di tanah ulayat Suku Gunung dan Kenge.

Sebelum menanam padi tentunya lahan kering atau lading akan dibersihkan. Oh iya, benih padi di sana disebut dengan woja.

Nah, selain dibersihan, kepala suku juga akan melaksanakan ritual adat di sudut lahan. Dalam ritual tersebut disediakan ayam dan babi sebagai sesaji. Sesaji dipersembahkan kepada Sang Pencipta Ala Semesta, leluhur, dan alam.

Ketua Dor atau tetua adat pembagi lahan ulayat yang melakukan ritual.

Ritual tersebut dibantu pemuda-pemuda yang memegangi seekor ayam dan memberkati benih-benih. Benih-benih tersebut sebelumnya telah dikumpulkan di sekitar tiang kayu teno atau pohon adat. Benih diberkati dengan diputar ke arah atas.

Ayam kemudian diberikan kepada ketua Dor.

Sebelum pelaksanaan ritual, ketua Dor akan meminta restu dari anak Ranah atau pemberi perempuan dalam sistem perkawinan adat istiadat orang Manggarai Timur. Barulah setelah anak Ranar memberikan restu ritual adat dilanjutkan.

Selain meminta restu ke anak Ranar, ketua Dor juga meminta restu dari pemilik lahan dan seluruh warga yang hadir.

Dilanjutkan dengan menuangkan air tuak atau sopi khas Flores dari botol ke gelas mok setelah mendapatkan persetujuan. Ketua Dor kemudian memegang ayam dan mengucapkan Bahasa adat atau goet goet Bahasa kolor meminta restu kepada Sang Pemilik Alam Semesta.

Bakar Nasi Bambu di Ritual Weri Mata Nii | Sumber: Kompas.com
info gambar

Oh ya, penyembelihan ayam dipercayakan kepada pemuda yang sudah dipilih. Penyembelihan dilaksanakan di sekitar kayu teno dan darah ayam diteteskan pada benih padi yang suda dikumpulkan. Selain ayam, penyembelihan juga dilakukan untuk babi.

Pelaksanaan tradisi tidak hanya berlaku untuk menanam benih padi tapi juga jagung. Jika tidak melaksanakan tradisi, maka “teguran” didapatkan berupa kegagalan panen.

Selain tradisi Weri Mata Nii, Flores juga memiliki tradisi yang berkaitan dengan penanaman benih padi. Seperti ritual Pasok Mata Nii yakni tanam benih padi dan jagung yang sudah diberkati scara adat. Kemudian ada Raut Kalang yakni membersihkan rumput di sela-sela padi.

Masih dalam rangkaian penanaman padi, ada juga tradisi Umbiro yang dilaksanakan ketika padi mulai berisi. Meminta kepada alam agar buah padi panjang dan bulirnya berlimpah.

Umbi berarti Tarik dan ro berarti nama sebuah tali yang hidup di dalam hutan. Dikatakan ritual ini seperti tarik tambang adat.

Tradisi Umbiro | Sumber: Kompas.com
info gambar

Uniknya Tarik tambang tersebut dilaksanakan antara kaum perempuan dan kaum laki-laki dengan memakai pakaian adat songke, selendang destar di kepala serta Bali belo.

Diiringi dengan lagu-lagu yang berhubungan dengan padi. Tentunya sebelum pelaksanaan, sesaji diletakkan di pinggir lading seperti ayam, babi, kambing dan benda lainnya.

Lihat, bagaimana padi dan nasi yang tersaji di meja memiliki proses yang sudah panjang, melibatkan banyak orang, dan hingga dengan tradisi.

Tradisi tersebut sudah ada sejak turun-temurun dan masih berusaha untuk dilestarikan. Uniknya tradisi tersebut juga menyadarkan kita untuk tidak menyisakan nasi ketika makan. Karena proses panjang yang dilalui oleh sebutir padi.

Referens: kompas.com | kompas.com | 1001indonesia.net

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KM
AI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini