Dari Oeang Republik Indonesia (ORI) ke Rupiah

Dari Oeang Republik Indonesia (ORI) ke Rupiah
info gambar utama

Beberapa waktu lalu teman-teman redaksi Good News From Indonesia bekesempatan untuk jalan-jalan mengelilingi bangunan bersejarah di Surabaya, Jawa Timur.

Menaiki bus Surabaya Heritage Track atau biasa disingkat bus SHT kami pun berkeliling ke tiga bangunan bersejarah. Oh ya, bus ini gratis dan kalian bisa mendaftar sebelum menaikinya agar mendapatkan tempat.

Kami bersama sekitar 12 orang lainnya menaiki bus pada pukul 3 sore. Perlu diingat bahwa bus SHT memiliki 3 sesi perjalanan, pagi, siang, dan sore. Setiap sesinya memiliki tujuan berbeda.

Saat itu kami mengunjungi ex. De Javasche Bank, kantor pos Kebonrojo, dan Gereja Kepanjen. Masing-masing dari tempat tersebut memiliki sejarah meraka masing-masing.

Kunjungan pertama adalah ex. De Javasche Bank yang sekarang menjadi bangunan Bank Indonesia. Pada 1829, bangunan yang berpusat di batavia tersebut membuka cabang di Surabaya. Tugasnya untuk mencetak mata uang Belanda yakni Gulden. Pada 1953 akhirnya pemerintah membeli saham dan mengganti namanya menjadi Bank Indonesia.

Ex de javasche bank | Sumber: Wikipedia.id
info gambar

Dalam bangunan terdapat ruangan koleksi mata uang lama, ruangan koleksi dari konservasi, dan ruangan koleksi harta budaya.

Banyak hal menarik yang disajikan termasuk apa arti dari nama mata uang yang dipakai oleh masyarakat Indonesia.

Kita tahu bahwa Indonesia menggunakan rupiah sebagai nama mata uang. Sebelum menggunakan nama rupiah, Indonesia memakai mata uang ORI atau Oeang Republik Indonesia sejak 1946.

Hal tersebut menandakan kemerdekaan Indonesia dan dengan hal tersebut juga mata uang Jepang dan uang Javasche Bank sudah tidak berlaku. Mata uang-mata uang tersebut harus diserahkan paling lambat 30 Oktober 1946.

Bank Negara Indonesia lah yang mencetak ORI pada tahun 1946. Bentuk dan nominal ORI dan warnanya tidak sama. Mata uang ORI diterbitkan hingga seri ORI Baru, yakni ORI 1, ORI II, ORI III, ORI IV, dan ORI Baru. Hingga pada tahun 1949 lebih tepatnya tanggal 2 November Indonesia menetapkan Rupiah sebagai mata uang Indonesia.

Koleksi uang di Museum Bank Indonesia | Sumber: Kendita Agustin
info gambar

Bank Indonesia BI sendiri bersamaan dengan perubahan nama dari De Javasche Bank, juga merilis uang rupiah. Uang kertas pertama yang dikeluarkan BI adalah uang kertas bertanda tahun 1952 dikeluarkan dalam tujuh pecahan. Mulai dari Rp. 5 sampai Rp. 1000.

Uang kertas sudah disiapkan bersamaan dengan persiapan pendirian BI tetapi uang kertas baru diedarkan tanggal 1 Juli 1953.

Oh ya, apakah kalian tahu darimana nama rupiah berasal?

Sebelum kami mendatangi ex. De Javasche Bank atau museum Bank Indonesia tersebut terdapat beberapa versi arti kata rupiah yang sudah kita gunakan selama berpuluh-puluh tahun.

Jadi rupiah sendiri memiliki arti “ perak”

Ada yang mengatakan bahwa rupiah berasal dari bahasa Mongolia yakni kata rupia tanpa huruf “h” dan karena dilafalkan oleh orang Indonesia khususnya Jawa mendapat tambahan “h” .

Kemudian dari bahasa India yakni rupee dan berarti juga perak.

Terakhir, ada yang mengatakan bahwa berasal dari bahasa Sansekerta dengan kata ru-pya.

Bahkan ada mitos yang mengatakan bahwa ada seorang nenek bernama Rupiyah membagikan uang kertas hasil diberikan oleh tentara Jepang yang tertarik dengan durian di kebun nenek tersebut. Tapi tentunya itu hanya mitos kawan.

Setelah mendapatkan penjelasan dari tour guide yang memandu kami, ia mengatakan bahwa memang rupiah memiliki kata mirip dari India yakni Rupee. Namun ternyata rupiah berasal dari bahasa Mongolia, yakni kata Rupia tanpa “h”. Jadi versi pertama dari asal-usul tersebut adalah benar.

Itulah mengapa beberapa orang menyebut rupiah sebagai perak. Seperti ketika kita membeli sesuatu di daerah Jakarta. Ketika bertanya harga “harganya berapa bang?” mereka akan menjawab “lima ribu perak”. Seperti itu.

Perjalanan hingga bangsa Indonesia memiliki mata uang sendiri memang cukup panjang karena setelah ORI diresmikan pun penyebarannya tidak bisa merata karena beberapa wilayah masih di bawah pendudukan Belanda. Bahkan pemerintah sempat terpaksa memberikan otoritas kepada daerah untuk mengeluarkan uangnya sendiri yakni Oeang Republik Indonesia atau ORIDA.***

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KM
GI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini