Gredoan, Mencari Jodoh Di Banyuwangi

Gredoan, Mencari Jodoh Di Banyuwangi
info gambar utama

Mari melipir mengenal tradisi dari Banyuwangi kawan-kawan. Banyak hal menarik yang bisa digali termasuk tradisi yang akan kita kupas kali ini.

Jika kalian mengenal tradisi menculik calon pengantin di Lombok dan tradisi mencari jodoh bernama Omed-omedan di Bali, maka Banyuwangi juga memiliki tradisi yang serupa.

Banyuwangi sendiri merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur dan terletak paling ujung timur. Berbatasan dengan Kabupaten Situbondo di utara, Selat Bali di tumur, Samudra Hindia di selatan, Kabuapatem Jember, dan Kabupaten Bondowoso di barat.

Tradisi yang akan dikupas adalah tradisi mencari jodoh dari Banyuwangi. Tradisi tersebut bernama Gredoan.

Dalam tradisi Gredoan, orang-orang yang sudah cukup umur untuk menikah akan mencari calonnya sendiri. Para pria biasanya akan memasukkan lidi dari janur kelapa ke lubang anyaman bambu atau biasa dikenal dengan gedheg milik gadis yang menjadi pilihannya.

Nah, jika sang gadis setuju maka ia akan mematahkan lidi tersebut dan sang pria mulai berbicara dilengkapi dengan rayuan. Dari rayuan itulah tradisi mencari jodoh ini dinamakan Gredoan karena berasal dari kata gridu yang berarti menggoda. Biasanya juga dengan berbalas pantun.

Eits, dalam proses berkenalan dan merayu mereka belum bertemu dengan tatap muka langsung tapi dibatasi dengan dinding bambu. Sang gadis berada di dalam rumah dan sang pria di luar.

Namun ada perubahan, setelah lidi dipatahkan calnn pasangna tersebut akan diundang masuk ke rumah untuk mengibrol di ruang tamu. Tentunya didampingi dengan orang tua sang gadis.

Setelah berhasil menaklukkan hati sang gadis dengan rayuan mereka maka sang pria akan segera melamar.

Gredoan ini selalu dilaksanakan tepat saat Maulid Nabi. Warga akan menemui dan berkumpul dengan warga lainnya. Selain untuk mendapat jodoh dan menjadi puncak memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW. Tradisi tersebut juga dapat mempererat tali persaudaraan dengan acara kumpul-kumpul.

Selain itu acara ini juga dapat menjadi hiburan karena banyaknya pertunjukkan yang disajikan.

Para gadis akan membantu orang tua mereka memasak di dapur. Mereka akan memasak nasi, kue tradisional dan hidangan-hidangan khas dari Banyuwangi. Jika para wanita memasak maka lain halnya dengan pria yang bertugas untuk membuat alat pertunjukan atupun membantu mengumpulkan sumbangan minyak tanah dari warga.

Pawai obor peringatan Maulid Nabi | Sumber: Travelingyuk.com
info gambar

Acara akan ramai di malam hari dengan para pria mulai menyalakan obor dan pertunjukan akan segera dimulai. Pertunjukan yang disajikan adalah pertarungan para pria dengan obor mereka. Selain itu juga ada pertunjukan atraksi tarian tongkat api, musik daerah hingga karnaval boneka yang dibuat warga.

Boneka-boneka tersebut digambarkan sebagai keanekaragaman sifat manusia di dunia. Seperti sfat-sifat manusia jahat dan baik.

Sebelumnya di pagi hari warga juga mengadakan selamatan di masjid sebagai perayaan Maulid Nabi. Kue-kue tradisional akan dikeluarkan seperti onde-onde, pisang goreng, bikang, sate telur dan lainya. Wadah persegi dari bambu biasanya digunakan sebagai wadah.

Atraksi obor | Sumber: Boombastis.com
info gambar

Kemudian, di bagian tengah akan diletakkan batang pisang untuk menancapkan telur berjumlah 99 butir. Barulah dibawa ke masjid.

Tradisi Gredoan populer dilaksanakan di Desa Macan Putih. Namun di desa lain seperti Desa Gitik, Kecamatan Kabat juga melaksanakan tradisi sama. Bedanya pelaksanaan tidak harus saat Rabiulawal. Di desa tersebut pintu akan dibuka lebar.

Oh ya, setelah proses pengenalan bukan berarti melangkah ke pelaminan tidak mengalami hambatan. Terkadang pernyataan tidak setuju bisa keluar dari bibir orang tua. Nah, di Banyuwangi sendiri juga mengenal tradisi kawin colong. Ketika tidak disetujui, kawin colong menjadi salah satu cara.

Catatan Kaki:

travelingyuk.com/ | boombastis.com | kompas.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KM
GI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini