Akankah Indonesia Mendaratkan Astronot ke Bulan?

Akankah Indonesia Mendaratkan Astronot ke Bulan?
info gambar utama

Eksplorasi angkasa luar telah dimulai sejak lama. Amerika Serikat dan Rusia (dulu Uni Sovyet) telah lama menorehkan nama mereka dalam sejarah eksplorasi antariksa. Amerika Serikat, melalui NASA, mungkin selangkah lebih maju, momentum pendaratan Neil Amstrom, Edwin 'Buzz' Aldrian, dan Michael Collins di permukaan bulan pada Juli 1969 menjadi momentum penting umat manusia dalam menjelajahi antariksa lebih jauh lagi.

Kini, pemainnya tak lagi AS dan Rusia saja. Tiongkok, India, dan Uni Eropa, Jepang, bahkan perusahaan-perusahaan swasta seperti Space X, Blue Origin, dan lainnya sedang berlomba menjelajahi kemungkinan-kemungkinan baru di luar angksa.

Hingga saat ini, mungkin kita hanya bisa termangu. Negara-negara lain seolah berlomba, berlari kencang, menemukan teknologi luar angkasa, sementara kita..masih di sini-sini saja. Tentu kita boleh bertanya, kapan Indonesia mendaratkan astronot, atau Antariksawan kita, ke permukaan bulan? Pertanyaan tersebut dijawab oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) beberapa waktu lalu.

LAPAN mengungkapkan saat ini Indonesia belum berada dalam tahap menyusul negara-negara yang sudah mengorbitkan manusia ke luar angkasa, ataupun mendaratkan anak bangsa di permukaan bulan. Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin mengatakan saat ini Indonesia lebih fokus mengembangkan satelit hingga roket peluncur, ketimbang menyusul negara tetangga untuk mengirim misi ke Bulan. Alih-alih menyusul AS dan negara lain ke Bulan, jika dilihat dari segi keterbatasan Indonesia masih memfokuskan pada penguasaan teknologi untuk orbit Bumi."Indonesia masih fokus pada penguasaan teknologi untuk orbit Bumi, mulai dari pengembangan satelit hingga roket peluncur," ungkap Thomas seperti dikutip CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.

Kendati demikian, Thomas menerangkan hal itu tidak menutup kemungkinan bagi Indonesia untuk berkontribusi dalam misi eksplorasi antariksa.

Untuk hal ini, Thomas mengungkapkan sudah ada beberapa universitas yang secara informal menyatakan minat untuk mengembangkan robotik agar bisa berkontribusi dalam misi eksplorasi antariksa.

"Indonesia juga bisa berkontribusi untuk eksplorasi antariksa dengan kemungkinan peluang-peluang untuk ikut berpartisipasi dalam pengembangan teknologi robotik. Beberapa universitas sudah menyatakan minatnya ke arah sana," ucapnya.

Pada tahun 2007, Indonesia dan Rusia berencana membangun pusat peluncuran pesawat ruang angkasa di Biak, Papua. Dan seperti kita tahu, rencana tersebut tak jelas perkembangannya hingga kini.

Sebenarnya, pada 1985, pemerintah Indonesia menjalin kerja sama dengan NASA dalam rangka misi Wahana Antariksa yang rencananya dijalankan pada 24 Juni 1986 dengan menggunakan pesawat ulang-alik Columbia.

Misi ini bertujuan membawa tiga satelit komersial, diantaranya Palapa B3, satelit milik Indonesia.

Pratiwi Soedarmono | tribunews.com
info gambar

Pratiwi Sudarmono, astronot perempuan pertama Indonesia dan ahli biologi Universitas Indonesia, mengatakan pemerintah Indonesia diundang untuk melibatkan astronot asal Indonesia.

Pratiwi terpilih sebagai wakil Indonesia dalam misi itu. Ia sedianya berperan sebagai Spesialis Muatan untuk pesawat ulang-alik Columbia. Namun, rencana itu buyar saat pesawat ulang-alik Challenger milik AS yang hendak menunaikan misi lain meledak di udara tidak lama setelah diluncurkan pada 28 Januari 1986–beberapa bulan sebelum jadwal misi Columbia.

Misi Columbia tertunda berlarut-larut, hingga akhirnya perkara pendanaan pun menjadi pengganjalnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini