Tidayu: Tarian Persatuan Suku di Kalbar

Tidayu: Tarian Persatuan Suku di Kalbar
info gambar utama

Tionghoa, Dayak, Melayu adalah suku terbesar yang ada di Kalimantan Barat, yang terbagi di berbagai tempat yang ada di Kalbar. Pada umumnya wilayah suku Melayu terletak di Kabupaten Sambas, Mempawah, Ketapang, Kayong Utara, Rubu raya dan Kota Pontianak.

Untuk suku Tionghoa, kebanyakan penduduknya bertempat di Singkawang dan Kota Pontianak. Sedangkan untuk Suku Dayak bertempat di Bengkayang, Landak, Sanggau, Sintang, Sanggau dan Kapuas Hulu.

Bukan hanya 3 suku utama tersebut yang mendiami Kalbar, masih ada suku lainnya seperti Madura, Bugis, dan Jawa.

Kalimantan Barat memiliki sejuta keunikan yang tidak kita ketahui salah satunya adalah Tidayu. Tidayu singkatan dari 3 suku utama yang ada di Kalbar yaitu Tionghua, Dayak, Melayu yang dibentuk menjadi suatu tarian khas Kalbar.

Tarian ini melambangkan persatuan suku yang ada di Kalbar yang saling hidup berdampingan. Makna dari tarian ini agar masyarakat tetap bersatu meski memiliki latar belakang suku budaya yang berbeda akan tetapi tetap rukun.

Tarian ini ditampilkan ketika menyambut tamu yang datang ke tanah Borneo sekaligus memperkenalkan tarian ini kepada masyarakat luar. Budaya dari tarian ini juga menunjukkan refleksi dari keharmonisan dan keserasian di Kalimantan Barat.

Busana Tidayu | Foto: instagram/@karinasyahna
info gambar

Gerakan tarian yang dipertontonkan memberikan kesan tersendiri bagi yang menyaksikannya seperti nuansa yang sejuk. Dengan lantunan musik tradisional para gadis berpakaian baju adat yang penuh dengan hiasan aksesoris menggerakkan tangan dan kaki mereka dengan gemulai sambil bergandengan tangan yang memiliki arti saling menghormati dan saling membantu.

Pakaian yang dikenakan juga memiliki daya tarik tersendiri seperti suku Dayak dengan pakaian tradisionalnya yang unik, suku Melayu dengan pakaian tradisonal yang memiliki warna yang mencolok, serta suku Tionghoa dengan pakaian cheongsam yang berwarna merah dan aksesoris lampion dan kipas.

Nilai dari tarian ini juga memiliki kesan tersendiri, berbeda dengan tarian yang dilakukan per etnis, bukan berarti itu salah tapi ini menunjukkan sesuatu yang berbeda yang tentunya dapat dilakukan suku lain.

Selain mempererat tali silahturahmi satu suku dengan suku lainnya, hal ini juga mengurangi rasa prasangka antar suku yang tentunya dapat memicu konflik. Mengingat hal ini bisa saja terjadi.

Bukan hanya itu, tarian multi etnis seperti tidayu ini juga dapat menjadi wisata yang bisa menarik bagi para wisatawan yang berkunjung ke Pontianak. Dengan menampilkannya di setiap event dan kesempatan yang ada.

Seperti halnya acara kenegaraan, agama atau acara adat tarian ini dapat diperkenalkan. Banyak seniman yang di Pontianak juga menggunakan tidayu sebagai sarana untuk berkarya.

Ada yang membuat batik khas tidayu dengan corak khasnya masing-masing, Tionghoa dengan corak liong atau naga serta kipas. Di samping itu Dayak juga tidak ketinggalan dengan motif daun pakis dan tameng serta melayu dengan Melayu dengan motif bunga pucuk rebung dan motif ukiran kayu.

Saat ini ada enam corak batik tidayu yang masing-masing memiliki ciri khas tersendiri seperti lembayung, beuntai, lampion, rimba, harmoni dan bangau. Aksesoris dengan motif khas tidayu juga tak ketinggalan seperti tas,bandana,atau ikat kepala.

Berbagai kreasi dilakukan untuk menarik para pembeli serta permintaan dari konsumen yang bervariasi yang kebanyakan berasal dari luar Pontianak.

Tarian ataupun hasil karya di hasilkan oleh seniman pada dasarnya untuk melestarikan budaya di tengah zaman yang semakin berkembang selain itu menaikkan standar ekonomi daerah yang menjadi nilai jual tersendiri.

Sumber: ejournal | Kompasiana

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MD
AI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini