Belajar Menjaga Amanah Leluhur di Kampung Naga

Belajar Menjaga Amanah Leluhur di Kampung Naga
info gambar utama

Indonesia merupakan negara dengan penduduk yang majemuk, masyarakat adat
merupakan salah satu di antara kelompok yang ada. Salah satu masyarakat adat
yang hidup di Indonesia berada di Kampung Naga yang terletak di Desa Neglasari,
Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat.


Lokasi Kampung Naga terletak sekitar 30 km dari dari Tasikmalaya dan 26 km
dari kota Garut. Kehidupan warganya yang masih menjunjung tinggi aturan-aturan
adat hingga kini menjadi daya tarik untuk para wisatawan. Tak hanya untuk wisata
kampung yang terletak pada lembah dengan luas sekitar 1,5 hektare ini juga
seringkali menjadi lokasi studi antropologi terkait masa peralihan Hindu menuju
pengaruh Islam di Jawa Barat.


Asal Usul Kampung Naga

Salah dua dari warga Kampung Naga di teras rumah | foto: kompas.com
info gambar


Nama Kampung Naga dipercaya berasal dari bahasa Sunda yaitu “Na Gawir” yang
berarti berada di jurang. Nama tersebut diberikan karena lokasinya yang terletak di
lereng lembah sungai Ciwulan. Asal-usul Kampung Naga sendiri sebenarnya
belum bisa dipastikan karena peninggalan leluhur terkait sejarah mereka yang
terbakar saat DI/TII datang ke kampung mereka pada tahun 1956.


Walaupun tak ada peninggalan terkait sejarah mereka, namun kampung ini
dipercaya dibentuk oleh Sembah Dalem Eyang Singaparna dan murid-muridnya.
Mbah Dalem Singaparna merupakan murid dari Syeh Syarif atau yang lebih
dikenal dengan Sunan Gunung Jati yang ditugaskan menyebarkan agama Islam ke
barat.


Dalam misi penyebarannya Mbah Dalem Singaparna sempat melakukan semedi
dan mendapatkan ilham untuk mendiami satu tempat yaitu Kampung Naga. Hingga kini makam Mbah Dalem Singaparna yang terletak di sebelah barat kampung dan
dikeramatkan oleh warga.


Kearifan lokal yang terus terjaga


Salah satu hal menjadi ciri khas Kampung Naga adalah cara hidup masyarakatnya.
Kampung ini tetap melakukan adat istiadat yang diturunkan oleh leluhur mereka
karena dipercaya akan menjaga kondisi kampung tersebut.


Sampai saat ini kampung yang memiliki topografi berbukit ini sama sekali tidak
menggunakan pencahayaan atau listrik. Keadaan ini disebut oleh warga setempat
dengan “Pareum Obor” yang berarti matinya penerangan.


Kampung ini juga memiliki pakem tertentu terkait tempat tinggal. Rumah yang ada
di kampung ini terbuat dari bahan yang berasal dari alam seperti bambu, kayu dan
daun. Umumnya atap terbentuk dari daun nipah, ijuk atau alag-alang, sedangkan
dindingnya terbentuk dari bilik atau anyaman yang tidak boleh di cat. Tak hanya
bahan baku, bentuk rumah warganya pun harus berbentuk panggung.

Bentuk tempat tinggal warga Kampung Naga | foto : kompas.com
info gambar

Kampung Naga juga percaya akan keberadaan yang tak kasat mata, mereka pun
memberikan tempat khusus untuk menghormatinya. Lokasi pertama adalah hutan
larangan yang merupakan tempat para mahluk halus. Mahluk halus sebelumnya
dipercaya menempati lingkungan warga namun akhirnya dipindahkan ke hutan
larangan oleh Mbah Dalem Singaparna. Lokasi kedua adalah hutan keramat yang
menjadi tempat utuk para nenek moyang warga Kampung Naga.


Warga Kampung Naga juga memiliki kebiasaan untuk melakukan nyepi yang biasa
dilakukan pada hari Selasa, Rabu dan Sabtu. Hal tersebut dilakukan untuk
menghindari pembicaraan tentang adat istiadat.

Mereka juga memiliki kebiasaan untuk melakukan Hajat Sasih. Upacara ini
dilakukan dengan ziarah dan membersihkan makam leluhur. Upacara tersebut
biasanya bertepatan dengan hari-hari besar islam dan dilakukan sebagai bentuk
syukur kepada Tuhan. Meskipun warganya menganut agama Islam namun ada
beberapa perbedaan dalam peribadahannya salah satunya seperti Shalat lima waktu
yang hanya dilakukan di hari Jumat.

sumber : finansialku.com |alampriangan.com | detik.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini