Di Candi Sewu, Benarkah Ada Seribu Candi?

Di Candi Sewu, Benarkah Ada Seribu Candi?
info gambar utama

Dari banyaknya situs candi bersejarah di Yogyakarta. Tidak jauh dari Candi Prambanan, terdapat candi yang tidak kalah eksotisnya, candi ini bernama Candi Sewu yang dibangun sekitar abad ke-8.

Candi Sewu menjadi salah satu candi yang dijadikan tujuan utama para wisatawan. Selain karena pemandangan dan keindahannya di sekitar situs bersejarah tersebut, Candi Sewu juga dikenal karena cerita legenda yang ada di belakang kemegahannya.

Kira-kira Kawan GNFI pernah terpikir atau tidak, kenapa candi tersebut diberi nama Candi Sewu? Nah, yuk kita simak ulasannya.

Sebenarnya, tidak ada penjelasan pasti terkait nama candi ini, namun ada yang mengatakan bahwa nama Sewu diberikan karena banyaknya jumlah candi di komplek Candi Sewu tersebut.

Komplek Candi Sewu dibangun sekitar abad ke-8 | Foto : Indonesiakaya

Candi Sewu dalam bahasa Jawa sendiri memiliki arti “Seribu Candi”. Namun ternyata, jumlah candi yang ada di dalam kompleks Candi ini tidak berjumlah sampai dengan seribu. Total keseluruhan candi yang ada hanya berjumlah sekitar 249 candi. Meskipun begitu Candi Sewu tetap digunakan dan menjadi fakta menarik dari kompleks candi Buddha terbesar kedua di Indonesia.

Menurut sejarah, awal mulanya Candi Sewu bernama Manjus Ri Grha yang mengandung makna Rumah Manjusri. Konon, Manjusri ini merupakan salah satu nama Buddhisatva dalam ajaran Buddha.

Berdasarkan prasasti tersebut, maka Candi Sewu masuk ke dalam jajaran Buddha di Indonesia. Hal itu terdapat di dalam prasasti berangka pada tahun 792 dan ditemukan tahun 1960.

Para pengunjung dapat memasuki Candi Sewu dari berbagai penjuru, terdapat pintu utama di bagian timur. Dari arah timur terdapat dua buah arca Dwarapala, yaitu sebuah arca penjaga.

Candi utama berbentuk polygon dengan tinggi mencapai sekitar 30 meter, pada sisi-sisinya terdapat stupa. Sempat mengalami kerusakan akibat gempa yang terjadi pada tahun 2006, kemudian candi ini diperkuat dengan pondasi yang lebih kokoh.

Masyarakat sekitar Yogyakarta secara turun temurun mempercayai terkait sejarah Candi Sewu ini, tidak bisa dipisahkan oleh legenda Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso.

Legenda ini menceritakan tentang bagaimana Candi Sewu menjadi saksi bisu dari perjuangan cinta yang tidak berhasil terwujud. Legenda ini diawali dengan kematian Prabu Boko, ayahanda dari Roro Jonggrang yang kalah melawan Pangeran Bandung Bondowoso di medan perang.

Candi Sewu sempat mengalami kerusakan akibat gempa pada 2006 | foto : Indonesiakaya

Legenda ini kemudian menceritakan bagaimana Pangeran Bandung Bondowoso jatuh cinta dan ingin menikahi Roro Jonggrang. Roro yang masih berduka dan mengetahui bahwa ayahnya dibunuh oleh Bandung Bondowoso, memilih untuk menolak lamaran sang Pangeran.

Karena tidak ingin melukai perasaan sang Pangeran, Roro Jonggrang memutuskan untuk mengajukan syarat mustahil pada sang Pangeran, yakni membangun 1000 candi dalam semalam.

Tanpa diduga, Bandung Bondowoso dibantu oleh makhluk halus hampir berhasil membangun candi tersebut sebelum matahari terbit. Roro Jonggrang pun merasa takut, akhirnya ia membangunkan ayam yang berkokok dan mengusir makhluk halus yang sudah membangun 999 candi.

Mengetahui kecurangan Roro Jonggrang, Bandung Bondowoso merasa kecewa, kemudian mengutuk Roro Jonggrang menjadi candi ke-1000 dan melengkapi seluruh candi yang telah dibuat.

Kebanyakan masyarakat meyakini bahwa Candi Sewu dan Candi Prambanan merupakan wilayah yang dahulunya digunakan sebagai pusat di berbagai sektor kehidupan. Seperti penyebaran agama Hindu-Buddha, pusat politik dan kehidupan urban.

Pendapat tersebut diperkuat dengan posisi Candi Prambanan dan Candi Sewu yang saling berdekatan dan membentang di Lereng Gunung Merapi sampai ke perbatasan Klaten.

Berkunjung ke Candi Sewu berarti juga mempelajari makna toleransi yang sudah ada di Indonesia sejak zaman Jawa kuno. Hal ini ditunjukan oleh ditunjukan oleh posisi antara kedua candi yang saling berdekatan meskipun berbeda napas. Candi Prambanan bernapaskan Hindu, sedangkan Sewu bernapaskan Buddha.


Catatan kaki: Indonesiakaya | Pesonaindonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini