Potret Karier Habibie, Bapak Teknologi Indonesia

Potret Karier Habibie, Bapak Teknologi Indonesia
info gambar utama

Bacharuddin Jusuf Habibie atau yang biasa dipanggil dengan bapak B.J. Habibie adalah Presiden Republik Indonesia ke-3. Sebelum menjadi Presiden Indonesia, B.J. Habibie sudah terkenal dengan kariernya yang gemilang.

Habibie muda dikenal sebagai seseorang yang memiliki semangat juang yang tinggi dalam ilmu pendidikan. Melanjutkan pendidikan di Jerman menjadi salah satu tantangan yang harus ditempuh beliau pada saat itu.

Sebelum melanjutkan pendidikan di Jerman, Habibie sudah terlebih dahulu menempuh pendidikan di ITB selama enam bulan dan mengambil kuliah elektro. Setelah menempuh selama enam bulan, akhirnya beliau pun memutuskan untuk melanjutkan studi S1 dan S2-nya di Jerman.

Beliau memiliki tekad yang kuat untuk menjadi pribadi yang bermanfaat bagi bangsa dan ia juga memiliki cita-cita untuk membuat pesawat terbang yang bisa membawa rakyat Indonesia mengunjungi daerah-daerah maritim yang ada di Indonesia.

Dengan cita-cita yang kuat inilah yang membuat seorang Habibie melangkah keluar untuk melanjutkan mimpinya.

Spesialisasi keilmuan Habibie adalah konstruksi pesawat terbang yang mulai ditekuninya saat studi di RWTH Aachen University, Jerman Barat, sejak 1955.

Pada saat menempuh pendidikan di Jerman, Habibie tidak mendapatkan beasiswa melainkan menggunakan biaya pribadi dan biaya dari orang tua.

Dengan prestasi yang gemilang, bukan tidak mungkin baginya untuk mendapatkan beasiswa tapi faktanya orang tua Habibie merasa bahwa pendidikan anak mereka haruslah mereka yang membiayai.

Semua biaya ketika Habibie menempuh pendidikan di Jerman dibiayai oleh kedua orang tuanya, yang sehari-hari memiliki usaha katering dan kos-kosan.

Akhirnya setelah menempuh beberapa tahun berkuliah di Jerman, jerih payahnya pun terbayarkan beliau berhasil menempuh S1 hingga S3 dengan nilai yang luar biasa baik.

B.J. Habibie @ Pinterest.com
info gambar

Setelah lulus S2 akhirnya beliau bertekad bekerja sebagai asisten profesor hingga mendapat kesempatan untuk melanjutkan S3 dengan beasiswa. Di usia yang ke-28 tahun, B.J. Habibie resmi memperoleh gelar Doktor bidang teknologi pesawat terbang di Jerman. Di usia semuda itu beliau mendapatkan gelar doktornya.

Sebelum menjabat sebagai presiden setelah Soeharto lengser pada 21 Mei 1998, ia sempat bekerja di perusahaan penerbangan yang berpusat di Hamburg, yakni Messerschmitt-Bolkow-Blohm.

Presiden Soeharto memanggil BJ Habibie pulang ke Tanah Air pada 1973 untuk menempati jabatan sebagai Menristek RI. Ia langsung membuat gebrakan dengan mencanangkan dan mengimplementasikan apa yang disebutnya sebagai “Visi Indonesia”.

Pada 26 April 1976, BJ Habibie mendirikan PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio dan menjabat sebagai presiden direktur. Industri pesawat terbang yang pertama dan satu-satunya di Indonesia dan Asia Tenggara ini kemudian berganti nama menjadi Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) pada 11 Oktober 1985.

Bukan hanya itu saja, B.J. Habibie juga menjabat sebagai Direktur Utama PT. Pelayaran Armada Laut (PAL) sejak 1978, serta Penasihat Direktur Utama Pertamina pada 1974 hingga 1978.

Ia juga terpilih sebagai Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) pertama pada 7 Desember 1990. B.J. Habibie sempat pula menjadi anggota MPR dari Fraksi Karya Pembangunan (Golkar) masa bakti 1992-1997 hingga akhirnya ditunjuk Soeharto sebagai Wakil Presiden RI sejak 11 Maret 1998 menjelang berakhirnya rezim Orde Baru.

Bapak B.J. Habibie telah memberikan kita sebuah teladan yang mulia bagaimana menjadi cendekiawan yang haus akan pengetahuan baik dalam akhlak dan kecintaanya pada Indonesia yang begitu besar. Selamat jalan dari kami yang telah belajar banyak darimu.

Sumber: Tirto| Ehef.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini