Pentinganya Kesadaran Investasi untuk Millennial

Pentinganya Kesadaran Investasi untuk Millennial
info gambar utama

Inventasi merupakan tabungan bentuk baru yang patut dilakukan oleh semua orang. Investasi yang baik adalah bentuk sebuah tabugan yang memiliki nilai progresif.

Pada Jumat (20/9) lalu salah satu financial planner di Indonesia, Erlita Juwita, berbagi tipsnya dengan Good News from Indonesia (GNFI), mengapa investasi penting untuk dilakukan khususnya untuk generasi millennial.

Mengapa generasi millennial sering melupakan investasi?

Menurut Pew Research Center, generasi millennial merupakan mereka yang terlahir dalam rentang waktu 1981 hingga 1996. Saat ini golongan tersebut masuk ke dalam angkatan kerja yang ada di Indonesia.

Dengan umur pekerja tersebut, milenial dianggap sebagai orang-orang yang saat ini telah memiiki penghasilan. Sayangnya pengelolaan penghasilan yang dilakukan generasi millennial sering kali masih kurang baik. Tuntutan gaya hidup yang semakin berkembang seringkali menggoda generasi ini.

Menurut Erlita, saat ini investasi bukanlah merupakan suatu prioritas bagi millennial.

“Kadang-kadang millennial itu kan less investment but more experience. Lebih baik pengalaman gue banyak daripada duit gue banyak. Kalau seandainya hobinya menuntut seperti itu nggak apa-apa. Di bagi aja 10 persen dari penghasilannya," ujar Erlita.

Besaran persen tersebut merupakan batas toleransi pada pengeluaran yang dihasilkan, sehingga alokasi dana lain tetap tak terabaikan.

Selain umur yang dianggap produktif sebagai pekerja, millennial juga dianggap merupakan umur potensial untuk berkeluarga. Terkait hal tersebut Erlita menjelaskan bahwa millennial merupakan sandwich generation.

Generasi milklennial berada pada umur dengan kondisi di mana ia memiliki kewajiban untuk dapat menghidupi baik orang tua juga anak. Besarnya tanggungan tersebut sering kali membuat millennial lupa untuk menyisihkan sebagian penghasilan pada investasi.

Sejak kapan kita harus berinvestasi?

Caption (Sumber Gambar)
info gambar

Investasi yang ideal menurut penjelasan Erlita berkisar pada 10 persen dari keseluruhan gaji bahkan akan lebih baik jika melebihi itu. Hal tersebut penting untuk dilakukan dan lebih baik jika dilakukan sedini mungkin, namun investasi yang bijak berawal dari pengaturan dana yang juga teratur.

Modal awal seseorang berinvestasi, selain materi, adalah kecermatan diri dalam mengatur aliran pemasukan dan pengeluarannya.

“Investasi sedini mungkin benar. Tapi yang terpenting, pengelolaan cashflow-nya dulu gimana. Jangan sampe cashflow kita belum teratur tapi kita maksain buat invest, itu salah juga. Karena kalo kita paksakan otomatis nanti kayak nggak akan selesai, kayak rat race (istilah untuk pengejaran sesuatu tanpa hasil)," ujar Erlita

Erlita bercerita bahwa sering kali millennial lupa bahwa umur produktif yang dimiliki merupakan aset pendukung untuk melakukan investasi.

Lewat sebuah candaan ia menuturkan saat umur 20-an seseorang cenderung abai ketika ditanya tentang investasi karena merasa masih terlalu muda untuk bahkan memikirkannya, sedangkan saat sudah berkeluarga investasi akan sulit dilakukan karena banyaknya dana yang harus dialokasikan untuk kebutuhan seluruh anggota keluarga.

Hal tersebut dapat menyebabkan kebutuhan saat masa pensiun menjadi terlupakan, sehingga jumlah hasil investasi pun tidak memadai karena baru dilakukan jelang pensiun.

Menurutnya jika dilakukan sejak muda hasil investasi yang dihasilkan akan memiliki kelipatan yang lebih banyak, sehingga tak akan ada masalah finansial di hari tua.

Apa kaitan pinjaman dan investasi?

Ilustrasi peminjaman uang | Foto: economictime.com
info gambar

Erlita menuturkan ada dua jenis pinjaman yang bisa dilakukan, yaitu konsumtif dan produktif. Berbeda dengan utang konsumtif yang biasanya dilakukan untuk memenuhi kemauan, utang produktif biasanya dilakukan pada suatu kebutuhan atau kewajiban.

“Millennial ngutangnggak apa-apa tapi tujuannya apa dulu. Kalau millennial mau nge-lunasin KPR atau apartemen gitu it's okay Sepanjang itu masih di batas 30 persen dari keseluruhan penghasilan,” ujarnya.

Contoh tersebut merupakan gambaran bagaimana pemakaian pinjaman dilakukan secara bijak. Obyek yang dipakai juga merupakan bentuk bagaimana kita bisa memilih hal mana yang bisa dijadikan sebagai hutang produktif.

Selain sebagai tempat tinggal, properti merupakan salah satu bentuk investasi non tunai yang memiliki nilai jual yang selalu meningkat, sehingga ia dapat menjadi salah satu pilihan bentuk investasi.***

Sumber : beritagar.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini