Cirebon identik dengan sebutan kota udang. Namun Cirebon memiliki makanan khas yang bukan berbahan dasar udang, yakni Empal Gentong. Ya, Empal Gentong adalah makanan khas Cirebon yang berbahan dasar daging sapi. Rupa Empal Gentong seperti gulai yakni dengan kuah bersantan yang berwarna kekuningan. Namun, menurut penuturan salah satu pemandu wisata di Cirebon, Empal Gentong bukanlah makanan murni dari Cirebon. Empal Gentong adalah makanan timur tengah yang dibawa ke Cirebon dan diadaptasikan dengan cita rasa Cirebon oleh para pendatang dari Arab dan sultan-sultan terdahulu hingga akhirnya Empal Gentong menjadi ciri khas makanan di Cirebon.
Lalu, mengapa dinamakan Empal Gentong?
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata Empal berarti daging sapi yang dipotong pipih yang direbus dan dibumbui lalu digoreng. Namun, empal yang dimaksud dalam Empal Gentong ini adalah bagian dari sapi berupa usus, babat dan daging dengan sedikit lemak yang dipotong-potong. Tidak ada ukuran tertentu dalam memotong daging-daging tersebut, namun biasanya daging dipotong dengan ukuran agak besar.
Apakah Empal Gentong disajikan menggunakan gentong?
Tentu tidak. Dinamakan Empal Gentong karena selama proses memasaknya menggunakan gentong, yakni periuk yang terbuat dari tanah liat. Hal tersebut dikarenakan pada jaman dahulu belum ada perkakas yang terbuat dari logam untuk keperluan memasak seperti panci, wajan dan sejenisnya. Sehingga, digunakanlah gentong sebagai wadah untuk merebus seluruh bahan.
Ciri khas lain dari proses pembuatan Empal Gentong yakni bahan bakar yang digunakan adalah kayu bakar. Kayu yang digunakan biasanya adalah kayu pohon mangga dan kayu asam. Hal tersebut bertujuan untuk mempertahankan cita rasa yang sudah dibangun dari para pembuat Empal Gentong sebelumnya. Beberapa rumah makan masih mempertahankan cara seperti itu yakni dengan menggunakan gentong dan kayu bakar, namun ada juga yang sudah beralih menggunakan panci atau dandang dan kompor gas untuk beberapa alasan.
Sebelumnya, daging yang digunakan untuk membuat Empal Gentong adalah daging kerbau. Hal tersebut terjadi ketika Sunan Gunung Djati (Syarif Hidayatullah) berada di wilayah Cirebon untuk menyiarkan agama Islam. Sunan Gunung Djati sangat menjunjung tinggi nilai toleransi, saat itu banyak masyarakat di sekitar Cirebon yang masih beragama Hindu. Umat agama Hindu sangat menghormati sapi yang dianggap sebagai hewan yang dikeramatkan, sehingga dipilhlah daging kerbau agar tidak terjadi perselisihan antar umat beragama. Namun, seiring berjalannya waktu dan berkembangnya perubahan yang terjadi di Cirebon, saat ini daging yang digunakan untuk membuat Empal Gentong adalah daging sapi.
Cita rasa gurihnya Empal Gentong berasal dari kuah bersantan yang memberikan tekstur agak kental. Juga, bumbu yang meresap karena dimasak menggunakan gentong semakin manambah kelezatan Empal Gentong. Biasanya, Empal Gentong disajikan dengan nasi panas ataupun lontong (beras yang dimasukkan ke dalam wadah dari daun pisang kemudian direbus). Selain itu, juga disediakan bumbu pedas bagi para penyuka makanan dengan level kepedasan yang tinggi.
Nah, kawan GNFI bisa mencicipi lezatnya Empal Gentong di berbagai rumah makan yang berdiri di jalan utama Kota Cirebon.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News