Sejarah Indonesia dan Kegemarannya Mengenai Cabai

Sejarah Indonesia dan Kegemarannya Mengenai Cabai
info gambar utama

Tidak diragukan lagi bahwa orang Indonesia dan cabai merupakan dua hal yang merekat satu sama lain. Cabai di Indonesia, tidak seperti lada dan jahe, lebih menarik saat dikonsumsi mentah, oleh karena itu pula menjadikannya lebih menarik.

Sebuah sensasi yang bentuknya tidak lebih besar daripada jari kelingking manusia ini dapat ditemukan dimana saja, pedagang gorengan di pinggir jalan misalnya. Tak tertinggal restoran atau warung makan yang menyediakan cabai dalam bentuk olahan sambal.

Cabai rawit | Sumber: Beritagar
info gambar

Terdapat tiga bumbu yang biasanya digunakan oleh orang Indonesia untuk menjadikan masakannya terasa pedasa; lada hitam, jahe, dan cabai. Namun sensasi pedas ternyata bukanlah berasal dari Indonesia. Lada dulunya dibawa oleh para pedagang India sekitar 600 tahun sebelum Masehi. Jahe datang tidak jauh dari periode tersebut yang juga dibawa oleh pedagang Tiongkok maupun India.

Baru satu milenium kemudian cabai datang ke nusantara. Ditanam oleh orang native Amerika Tengah dan Selatan, kemudian bangsa Eropa datang dan mengirimkannya ke 'Old World'. Christoper Colombus dan kru nya direncanakan akan menyambut kedatangan cabai. Ia membawanya ke Spanyol, namun bangsa Portugis yang menjadikannya mendunia.

Cabai hadir di nusantara di awal abad 16, saat rempah-rempah menjadi pusat perekonomian dunia. Beberapa sumber literatur menyebutkan bahwa cabai dibawa oleh Ferdinand Magellan, seorang penjelajah Portugis, pada perjalanannya ke Barat dari Spanyol - menuju Amerika Selatan dan menyebrangi Samudera Pasifik - menuju Pulau Rempah-Rempah (sekarang Pulau Maluku), namun juga tidak menutup kemungkinan bahwa sebelumnya telah dibawa oleh bangsa Portugis lainnya dari perjalanan menuju timur dari Eropa melalui Samudera Hindia; atau bahkan meskipun kemungkinan kecil juga dibawa oleh pedagang Tiongkok maupun India, yang telah menukarnya dengan bangsa Eropa di suatu kawasan sebelum tiba di nusantara.

Banyak spekulasi mengenai datangnya cabai di Indonesia, namun satu hal yang pasti, Magellan sesungguhnya tidak pernah mendaratkan kakinya di Pulau Maluku, sebagaimana ia ditembak mati menggunakan panah berancun saat terlibat pertempuran kecil antar etnik lokal di Filipina. Hanya krunya yang berhasil tiba di Pulau Maluku.

Lengkuas merah | Sumber: Obat Alami
info gambar

Memang sulit dibayangkan bagaimana orang-orang Indonesia sebelum abad 600 sebelum Masehi dapat bertahan tanpa sensasi pedas. Namun pertanyaan berikutnya adalah bagaimana mereka beradaptasi dengan pedasnya lada hitam dan jahe? Apakah karena pada saat itu mereka sudah memiliki laos/lengkuas dengan rasanya yang tajam?

Abad ke 16 setidaknya memiliki secercah penjelasan mengenai bagaimana orang-orang awal di Indonesia mau menerima cabai: jika jahe dan lada hitam masih diterima setelah satu milenium kedatangannya, mengapa tidak dengan cabai? Bangsa Afrika misalnya, mudah mengadopsi cabai karena mereka telah memiliki spesies tanaman serupa jahe untuk setidaknya membuat mereka familiar dengan sensasinya, dan mungkin itu yang terjadi dengan orang-orang Indonesia.

Bagaimana menurut kawan?

Catatan kaki: Global Indonesian Voice

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini