Desa Jabung Ponorogo, Pusatnya Penjual Dawet Jabung

Desa Jabung Ponorogo, Pusatnya Penjual Dawet Jabung
info gambar utama

Desa yang berjarak sekitar 9 km dari pusat kota Ponorogo ini memiliki pemandangan yang unik bagi para warga dari luar wilayah Ponorogo. Pasalnya, di Desa Jabung tersebut ada banyak penjual Dawet Jabung di pinggir jalan raya hingga meluas ke desa tetangga. Ya, Dawet Jabung adalah salah satu minuman khas dari Kabupaten Ponorogo yang sudah lama dikenal kelezatannya. Nama Jabung sendiri sesuai dengan nama daerah yang menjadi pusat Dawet Jabung yakni desa Jabung kecamatan Mlarak Kabupaten Ponorogo.

Perbedaan antara Dawet Jabung dengan dawet lainnya adalah adanya gempol di dalam dawet tersebut. Gempol adalah bulatan yang terbuat dari tepung beras yang hanya disajikan satu buah gempol untuk satu mangkuk Dawet Jabung. Isi Dawet Jabung yakni bulir dawet, gempol dan tapai ketan hitam yang berasa manis dan masam serta bila sedang musim nangka, maka akan ada tambahan beberapa suwir buah nangka. Paduan rasa kuah manis dari santan dan gula kelapa atau juruh serta disajikan dengan cara dingin semakin menambah kelezatan Dawet Jabung yang cocok untuk diminum di siang hari sebagai pelepas dahaga.

Rasa manis Dawet Jabung berasal dari gula kelapa, berbeda dengan dawet pada umumnya yang menggunakan gula tebu. | Sumber Asli Indonesia
info gambar

Selain dikenal karena segarnya Dawet Jabung, ternyata ada hal lain yang membuat Desa Jabung dikenal banyak orang. Hal tersebut adalah cara penyajian Dawet Jabung sendiri. Satu porsi Dawet Jabung disajikan menggunakan mangkuk dan didasari dengan lepek atau piring kecil untuk alas mangkuk tersebut. Namun, pembeli tidak boleh menikmati Dawet Jabung dengan lepek yang disajikan oleh penjual. Pembeli hanya dibolehkan untuk mengambil mangkuk berisi Dawet Jabung tersebut dan lepek mangkuk akan diambil lagi oleh penjual.

Konon, cara penyajian tersebut memiliki arti sendiri bagi penjual Dawet Jabung khususnya yang sudah lama menekuni profesi turun temurun sebagai penjual Dawet Jabung. Berdasarkan penuturan salah satu penjual Dawet Jabung, jika lepeknya turut diambil oleh pembeli maka pembeli harus menikahi si penjual Dawet Jabung tersebut. Mitos tersebut pun sudah dipercaya sejak lama oleh para pedagang Dawet Jabung. Penulis pernah mencoba Dawet Jabung dan memegang lepeknya untuk penulis ambil bersama mangkuk yang berisi Dawet Jabung namun dilarang oleh si penjual.

Cara penyajian dengan hanya mengambil mangkuk juga bertujuan untuk menghormati penjual Dawet Jabung yang mayoritas adalah perempuan. | Sumber infomadiunraya.com
info gambar

Kini, meskipun mitos tersebut sudah tidak terlalu menjadi acuan bagi para penjual Dawet Jabung namun, para penjual Dawet Jabung masih memegang terguh tradisi penyajian Dawet Jabung kepada pembeli yakni tanpa memberikan lepek alas mangkuk. Kini pun penjual Dawet Jabung tidak hanya berada di desa Jabung kecamatan Mlarak, namun menyebar hingga desa-desa lain bahkan di beberapa kota di Jawa Timur. Namun, meskipun demikian, Dawet Jabung yang berasal dari luar desa Jabung dirasa masih kurang lezat dibandingkan Dawet Jabung yang asli dan berada di Desa Jabung.

Nah, setelah sekilas mengetahui tentang segarnya Dawet Jabung, apakah kawan GNFI semakin penasaran dengan rasa Dawet Jabung itu? Tenang saja, kawan GNFI dapat menjumpai puluhan penjual Dawet Jabung di perempatan desa Jabung atau sekitar 3 km dari Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo.


Catatan kaki: SINDO | JATIMNET | detik.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Widhi Luthfi lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Widhi Luthfi.

Terima kasih telah membaca sampai di sini