Dorokdok, Krupuk Kulit Kerbau Asal Garut

Dorokdok, Krupuk Kulit Kerbau Asal Garut
info gambar utama

Dorokdok (bahasa sunda untuk kerupuk kulit) sebuah nama dari penganan kering yang bisa dicemil atau dijadikan lauk (terutama dengan hidangan sayur-sayuran), bentuknya kecil-kecil menyerupai kerikil karang laut, ada yang sebesar kuku telunjuk paling besar kuku jempol. Dorokdok, dinamakan demikian karena ketika dikunyah oleh gigi, menimbulkan suara Dorok dok dorok dok.

Dorokdok adalah kuliner wajib untuk dicicipi. Kuliner ini termasuk dalam kategori kerupuk, lebih renyah dan tentu saja gurih. Tak mengherankan jika kuliner satu ini mendapatkan tempat di hati pecinta kuliner. Namanya juga kerupuk. Renyahnya memang menjadi sifat aslinya. Tapi kerupuk khas Garut ini berbeda dengan kerupuk pada umumnya.

Umumnya, kerupuk dibuat dari tepung. Tepung diolah sedemikian rupa, dibentuk, dikeringkan baru digoreng. Tapi kerupuk yang satu ini tidak dibuat dari tepung, melainkan dibuat dari kulit hewan. Kerupuk kulit ini memang meningkatkan keingin tahuan orang. Banyak yang penasaran tentang rasanya. Bahkan juga bagaimana cara mengolahnya sampai kulit hewan bisa dijadikan sebagai camilan yang renyah seperti itu.

Sebagai tambahan lauk | sumber: pergikuliner.com
info gambar

Asal mula Dorokdok ini tidaklah begitu jelas. Mungkin saja penamaannya akan lebih pas dikenal oleh masyarakat yang membuatnya. Dan perkiraan ini memang cukup masuk akal. Sebutan ini biasanya mencirikan kekhasan sebuah daerah. Salah satunya sebutan untuk kerupuk yang berasal dari Garut ini.

Kulit hewan yang biasanya dimanfaatkan adalah kulit hewan kerbau. Namun ada juga yang menggunakan kulit hewan sapi. Cuma kebanyakan menggunakan kerbau yang mana mudah ditemukan di daerah asal. Pembuatnya juga selektif dalam memilih kulit. Kulit yang dipilih sebagai bahan dasar kerupuk adalah kulit hewan yang masih muda. Sementara kulit hewan yang usianya tua jarang digunakan.

Jadi bisa dikatakan, Dorokdok berbahan baku mentah yang lumayan bergizi, karena ada daging kerbau dan lemak kerbau. Harus dilakukan penelitian secara berkelanjutan jika ingin mengetahui lebih jauh kandungan gizi didalamnya.Tetapi dorokdok belum bisa diolah secara lanjut. Dan tidak bisa dikembangkan secara besar mengingat stok dan pasokan yang kembang kempis dari pengepul kulit sapi. Karena dorokdok adalah industri rumah tangga yang bisa dikatakan kecil. Untuk memperoleh Dorokdok itu sendiri otomatis menjadi sangat mahal.

kulit yang masih mentah | sumber: krupukkulitsapijakarta.blogspot.com
info gambar

Proses pengeringan yang pertama biasanya memakan waktu 3 hari. Sementara proses yang kedua memakan waktu semalam. Tentu saja waktu yang dibutuhkan cukup lama untuk mendapatkan kualitas kerupuk kulit yang sempurna. Prosesnya yang lama, diikuti dengan bahan baku yang langka membuat harga jualnya semakin mahal. Harga jualnya ini berbeda-beda. Semuanya bergantung pada berapa biaya yang dikeluarkan oleh pembuat saat membeli bahan bakunya.

Kerupuk ini memang perlu dikeringkan. Proses pengeringan ini tentu membutuhkan pancaran sinar matahari yang cukup. Namun ada juga yang memanfaatkan oven sebagai media untuk mengeringkan kerupuk. Dari caranya sendiri, pemanfaatan sinar matahari jauh lebih bagus. Kerupuk bisa kering dengan bentukannya lebih pas. Sementara pengeringan melalui oven kurang memberikan hasil maksimal.

Catatan kaki:

Dorokdok | Jajanan Khas Garut |

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini