Tim Diaspora Indonesia Raih Medali Perak di Social Entrepreneur Competition Terbesar di Taiwan

Tim Diaspora Indonesia Raih Medali Perak di Social Entrepreneur Competition Terbesar di Taiwan
info gambar utama

Menjadi raja di kompetisi nasional adalah prestasi membanggakan bagi setiap mahasiswa Indonesia yang menuntut ilmu di tanah air. Lalu, bagaimana jika justru mahasiswa Indonesia yang tengah menuntut ilmu di negeri orang, mampu menjadi pionir di kompetisi paling bergengsi di negara tersebut? Mengusung konsep Indonesia for Taiwan, mari simak ulasan dari tim I4T Corporation.

Kompetisi 4th Yunus Prize 2019 Social Innovation and Entrepreneurship adalah sebuah perhelatan lomba bertema inovasi sosial dan kewirausahaan (bisnis) terbesar di Taiwan, perhelatan ke-4 tahun ini mengusung tema “Taiwan Social Enterprise with International Capability”. Di tahun ini juga, untuk pertama kalinya kompetisi diadakan dalam bahasa Inggris, untuk memperkuat koneksi Taiwan dengan komunitas bisnis sosial internasional yang berada di Taiwan. Diselenggarakan oleh Yunus Social Business Centre di National Central University (NCU), yang didirikan pertama di Asia. Kompetisi 4th Yunus Prize 2019 Social Innovation and Entrepreneurship kali ini bekerjasama dengan MakeSense Social Incubator dari Prancis.

Sebagai informasi, Muhammad Yunus, yang nama belakangnya menjadi tajuk utama kompetisi ini adalah pemenang Nobel Peace Prize dalam kontribusinya mendirikan Grameen Bank dan menjadi figur yang menginisiasi konsep microcredit dan microfinance. Prinsip dari konsep tersebut ditujukan untuk wirausahawan mikro-kecil-menengah (under average) yang tidak memenuhi kualifikasi finansial untuk menerima pinjaman bank konvensional.

“Kami adalah satu-satunya tim dari Indonesia, dengan keseluruhan empat member-nya adalah mahasiswa Indonesia semua,” ujar Hanas Subakti, Presiden dari Indonesian Diaspora Network (IDN) Taiwan, yang juga merupakan peserta dari tim I4T Corporation.

Tim I4T Corporation saat mendengarkan pertanyaan dan menerima masukan dari dewan juri © Penulis
info gambar

Tim-tim yang berkompetisi tahun ini terdiri dari berbagai sekolah, perguruan tinggi, dan latar belakang departemen, dan bahkan berbagai negara. Tak heran jika pemenang kompetisi ini kebanyakan juga terdiri dari tim-tim yang beranggotakan mahasiswa internasional dari kampus-kampus bergengsi di Taiwan.

“Tim kami bernama I4T Corporation, I4T di sini kepanjangannya adalah Indonesia for Taiwan. Kami memikirkan sebuah konsep yang relevan dengan apa yang bisa diterapkan, juga dekat dengan case yang dimiliki Indonesia, yaitu para Pekerja Migran Indonesia (PMI),” terang L. Tri Wijaya N. Kusuma, Board of Executive IDN Taiwan dan ex Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Taiwan periode 2017/2018.

Tak heran, dengan jumlah PMI lebih dari 270.000 orang di Taiwan, I4T Corporation melihat adanya potensi dalam pemberantasan masalah. Masalah utama yang dikaji adalah tentang standardisasi gaji PMI, dengan mempertimbangkan banyaknya agensi-agensi tenaga kerja Indonesia di Taiwan yang masih sering “nakal”. Secara linier, L. Tri Wijaya dan Hanas Subakti sebelumnya masuk ke dalam tim pengkaji ahli dari KDEI Taipei untuk bidang tersebut. Sehingga komposisi dari I4T Corporation ini menjadi kuat secara pemahaman terkait permasalahan. Dari sinilah tim ini melihat peluang untuk menjadi agensi, dengan menerapkan sistem yang baik dan fair.

AI LAO, adalah sebuah digital platform besutan I4T Corporation untuk PMI, yang bisa dibilang merupakan digital agency for Indonesian Migrant Worker. Kata AI LAO berasal dari kata WAI LAO yang artinya Pekerja Migran, yang biasanya lebih sering dikonotasikan dengan pekerja dengan kualitas di bawah rata-rata. Akan tetapi, melalui platform AI LAO ini, I4T Corporation berusaha mengubah persepsi itu menjadi lebih positif, lewat kata AI, yang berarti cinta dalam bahasa Mandarin.

“Dari 50 tim terpilihlah 16 tim untuk melanjutkan kompetisi final di CLBC Soapbox pada tanggal 20 Oktober 2019, tim kami keluar sebagai juara 2, Silver Medalist,” imbuh Hanas.

Tim juri kompetisi tahun ini dikepalai oleh David A. Hall, Director of American Taiwan Business Consultancy, lalu ada juga Kevin Tan, Executive Director of MakeSense Social Incubator, serta Dr. Poonchai, dari Social Health Enterprise Thailand.

Tim I4T Corporation saat mendengarkan pertanyaan dan menerima masukan dari dewan juri © Penulis
info gambar

Uniknya, tim I4T Corporation merupakan satu-satunya tim dari mahasiswa internasional, terdiri dari mahasiswa Indonesia secara keseluruhan, yang berusaha membawa isu yang tidak seksi, dan bisa dibilang sempat membuat para peserta dan audience dari Taiwan mengerutkan dahi. Lewat AI LAO, I4T Corporation berusaha membuat transparansi sistem demi meningkatkan kepercayaan dalam hal rekrutmen pekerja migran. Serta, menginisiasi konsep sistem pembayaran gaji yang jauh lebih layak.

I4T Corporation sudah menjiwai semangat Sumpah Pemuda lewat persatuan pemuda untuk membanggakan Indonesia melalui prestasi, semoga apa yang mereka lakukan bisa menjadi trigger bagi pemuda-pemudi Indonesia di manapun berada untuk senantiasa berkarya positif untuk bangsa Indonesia.

***

Ucapan terima kasih:
Artikel ini terselenggara atas dukungan dari IDN Taiwan, KDEI Taipei, dan bekerjasama dengan Pusat Komunikasi, Pusmedkom PPI Dunia 2019/2020.

***

Penulis:
Christian Ivan Halim, mahasiswa Bachelor of Science di Department of International Business and Trade, Ming Chuan University, Taiwan. Saat ini, selain menjadi founder sekaligus CEO dari sebuah salesforce network platform bernama Enter by Sociando, Ivan juga menjabat sebagai General Secretary di IDN Taiwan.
Editor PPI Dunia:
Rahmandhika Firdauzha Hary Hernandha, Deputi Pusat Komunikasi, Pusat Media dan Komunikasi PPI Dunia 2019/2020.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini