Arkipel: Usaha Membaca Fenomena Global Melalui Sinema

Arkipel: Usaha Membaca Fenomena Global Melalui  Sinema
info gambar utama

Menilik kembali sejarah Indonesia, setelah melalui Revolusi Kemerdekaan Indonesia 1945-1949 mulai terbentuk Perusahaan Film Nasional Indonesia (Perfini) yang didirikan oleh Usmar Ismail. Karya pertamanya yang berjudul Darah dan Doa (1950) berhasil menegaskan indentitas indonesia melalui narasi revolusi indonesia saat itu dan menjadi suatu gebrakan dalam sejarah sinema Indonesia.

Setelah kematian industri film, pada akhri 1980-an hingga awal 1990-an yang kemudian diikuti oleh Reformasi 1998 muncul inisiatif aktivis film muda Indonesia untuk menggerakkan dunia perfileman dengan membuat berbagai festival, baik dengan skala besar maupun kecil. Awal tahun 2000-an adalah masa merekahnya kembali geliat produksi film dan munculnya antusiasme kalangan generasi muda dalam memproduksi filem dan menonton film Indonesia.

Usaha para aktivis film muda ini digerakkan melalui beragam komunitas film yang mulai merabah ke berbagai wilayah di Indonesia serta mulai adanya dukungan melalui para pemodal dan pemerintah untuk proses menghidupkan kembali industri film Indonesia.

ARKIPEL dan Forum Lenteng

Dilansir melalui website Arkipel.org, Kata ARKIPEL diambil dari kata archipelago yang merujuk pada istilah bahasa Indonesia, ‘nusantara’ yang muncul sejak awal abad ke-16. Nusantara yang merupakan gugusan ribuan pulau ini menyimpan sejarah panjang tentang globalisasi baik secara politik, budaya dan ekonomi.

Lebih dari 500 tahun lalu, wilayah ini menjadi tujuan utama bagi para penjelajah Barat untuk menemukan wilayah-wilayah baru untuk dikuasai atau sebagai rekanan dunia dagang. Selain bangsa Eropa, bangsa Timur (Cina, Arab, dan India) telah menjadikan kawasan Nusantara ini sebagai tujuan penjelajahan dalam misi-misi dagang mereka seperti rempah-rempah dan sutra. ARKIPEL – Jakarta International Documentary and Experimental Film Festival digagas oleh Forum Lenteng untuk membaca fenomena global dalam konteks sosial, politik, ekonomi dan budaya melalui sinema.

Melalu media film yang diharapkan dapat melihat, bagaimana sinema berperan dalam menangkap fenomena masyarakat global, baik dalam konteks estetika maupun konteks sosial-politiknya melalui bahasa dokumenter dan ekperimental.

ARKIPEL diniatkan oleh Forum Lenteng untuk membaca fenomena global dalam konteks sosial, politik, ekonomi dan budaya melalui sinema. dokumenter dan ekperimental. Gagasan festival ini adalah menyuarakan bagaimana persoalan-persoalan kebudayaan tersebut dan dapat dibaca dalam kurun waktu tertentu.

Film dokumenter yang dimaksud oleh Forum Lenteng adalah film dokumenter yang merujuk pada bahasa film yang berlaku dalam tradisi sinema, bukan filem dokumenter televisi. Dalam tradisi sinema, film dokumenter juga dapat menghadirkan drama, konflik, imanjinasi, dan ruang kritik bagi penonton. Hal ini tentu berkaitan dengan bagaimana eksperimentasi bahasa sinema yang dilakukan oleh sutradara dalam mengemas kenyataan

Sedangkan film eksperimental yang dimaksud Forum Lenteng adalah bagaimana eksperimentasi medium dan konten dalam film menghadirkan kebaruan secara estetika. Hal ini merujuk pada sejarah sinema avant-garde dalam sejarah sinema dunia. Eksperimentasi di sini, bukan hanya dalam konteks filmnya saja, namun juga bagaimana filem digunakan dalam tindakan yang mengaktivasi persoalan-persoalan sosial kebudayaan di ranah publik.

Sebagai sebuah festival berskala internasional, ARKIPEL akan selalu melihat perkembangan bahasa sinema secara kritis, terlepas dari terminologi “sinema industri” atau “sinema independen”.

Sumber: arkipel.org, infoscreening.co

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini