Fort Willem I; Benteng Belanda yang Kini Jadi LAPAS

Fort Willem I; Benteng Belanda yang Kini Jadi LAPAS
info gambar utama

Fort Willem I adalah sebuah benteng peninggalan Belanda yang berada di Ambarawa Kabupaten Semarang. Fort Willem I dibangun pada tahun 1834 dan selesai pada tahun 1845 sebagai tempat peniympanan logistik dan barak militer Belanda. Ambarawa merupakan salah satu wilayah strategis sepanjang jalur Semarang hingga Solo, oleh sebabnya dibangunlah benteng-benteng di sepanjang jalur tersebut salah satunya Fort Willem I. Namun, ada pendapat lain bahwa Fort Willem I digunakan sebagai barak militer KNIL yang menghubungkan Semarang hingga Yogyakarta melalui jalur kereta api.

Nama Fort Willem I dianugerahkan untuk Raja Willem yakni Raja Belanda pada masa itu. Terlepas dari sejarahnya yang panjang, Fort Willem I cukup asing di telinga masyarakat sekitar. Hal tersebut dikarenakan masyarkat sekitar Ambarawa menyebut Fort Willem I dengan nama Benteng Pendem. Pendem dalam bahasa Jawa berarti terpendam, hal tersebut dikarenakan Fort Willem I disebut-sebut memiliki penjara yang terpendam di bawah tanah. Oleh sebab itu, disebutlah dengan istilah Benteng Pendem.

Untuk memasuki Benteng Pendem, pengunjung tidak dikenakan biaya retribusi namun dikenakan biaya parkir oleh warga sekitar seharga Rp 5.000. | Sumber Fanyanto Eko Cahyo
info gambar

Tidak seperti Fort Rotterdam di Makassar dan Fort Amsterdam di Maluku yang sudah menjadi tempat wisata, Fort Willem I merupakan benteng yang berada di lingkungan Lembaga Permasyarakatan Kelas Ii A Ambarawa dan belum difokuskan menjadi tempat wisata. Beberapa bagain dari keseluruhan benteng digunakan sebagai pemukiman warga dan tentara militer. Bagian dari Fort Willem I yang dapat dikunjungi oleh umum berada di sebelah kiri LAPAS. Untuk memasuki kawasan Benteng Pendem, pengunjung diharuskan mendapat ijin dari petugas LAPAS yang berada di ruang piket.

Perjalanan fungsi Benteng Pendem berawal dari digunakan sebagai barak militer dan penempatan logistik militer Belanda, kemudian beberapa bagian benteng sempat hancur akibat gempa bumi pada tahun 1865. Setelahnya, pada tahun 1927 Benteng Pendem digunakan sebagai penjara anak-anak lalu menjadi penjara bagi tahanan politik. Benteng pendem sempat dikuasai Jepang pada tahun 1942 hingga 1945 dan dijadikan sebagai kamp militer Jepang. Pada tahun yang sama (1945) terjadi peperangan selama 4 hari di Ambarawa antara Tentara Keamanan Rakyat (TKR) melawan sekutu yang akhirnya mampu mendorong mundur sekutu kembali ke Semarang dan merebut Benteng Pendem yang akhirnya dijadikan markas Tentara Keamanan Rakyat.

Memasuki tahun 1950 hingga kini, Benteng Pendem dijadikan sebagai penjara dan barak militer. Mulanya benteng pendem dijadikan sebagai penjara orang dewasa, kemudian menjadi penjara bagi anak-anak, lalu menjadi penjara Kelas II B dan semenjak tahun 2003 Benteng Pendem digunakan sebagai Lembaga Permasyarakatan (LAPAS) Kelas II A Ambarawa. Pengunjung yang memasuki Benteng Pendem untuk sekedar mengisi memori kamera, dilarang untuk berisik. Hal tersebut karena wilayah Benteng Pendem berdekatan dengan Lembaga Permasyarakatan dan pemukiman warga serta militer.

Benteng Pendem didesain bukan untuk medan pertahanan, namun sebatas bangunan guna sebagai barak militer dan tempat penyimpanan logistik. | Sumber Informasi Situs Budaya Indonesia
info gambar

Tampilan Benteng Pendem masih otentik, dengan gaya arsitektur Belanda. Namun, hal yang mencolok dari gaya arsitektur Benteng Pendem adalah banyaknya jendela-jendela yang membuatnya mirip dengan bangunan Lawang Sewu di Semarang. Seperti yang sudah disebutkan di atas, bahwa benteng tersebut digunakan sebagai tempat penyimpangan logistik. Berbeda dengan gaya arsitektur benteng yang digunakan sebagai medan pertahanan yang memiliki parit di sekeliling benteng dan memiliki tempat peletakkan meriam di bagian atasnya. Benteng pendem tidak memiliki keduanya.

Rute untuk menuju Fort Willem I dapat melalui RSUD Ambarawa yang disebelahnya ada gang kecil. Gang kecil tersebut langsung menuju ke gerbang Benteng Pendem. Selain itu, dapat juga melalui jalur utama yakni melalui pintu LAPAS dan meminta ijin dari petugas piket LAPAS. Meskipun belum resmi menjadi tempat wisata, namun Benteng Pendem sudah banyak dikunjungi oleh masyarakat dari sekitar wilayah Semarang. Motif utama kedatangan para pengunjung adalah untuk mencari spot foto, bahkan sering pula digunakan sebagai tempat foto prewedding. Hal tersebut karena keeksotisan gaya arsitektur Benteng Pendem.

Nah, apakah kawan gnfi tertarik untuk mengunjungi Benteng Pendem?


Catatan kaki: Wikipedia | Kompas | Ardiyanta | Jejak Piknik

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Widhi Luthfi lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Widhi Luthfi. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini