Good Talk Jakarta vol. 2: Bagaimana Cara Me-menej Komunitas?

Good Talk Jakarta vol. 2: Bagaimana Cara Me-menej Komunitas?
info gambar utama

Pada era saat ini banyak anak muda yang ingin berkontribusi positif kepada masyarakat. Ada beragam cara yang mereka gunakan, salah satunya dengan bergabung dalam komunitas. Namun, hal tersebut perlu diimbangi oleh kemampuan para pengelola komunitas untuk menjalankan aktivitasnya.

Di sisi lain, para pendiri maupun pengelola komunitas mengeluhkan berbagai persoalan yang kerap muncul dalam komunitasnya. Misalnya; kurangnya komitmen anggota, masalah pendanaan, konsistensi aktivitas dan berbagai masalah yang muncul seiring berjalannya komunitas tersebut.

Dampak dari beragam persoalan itu, komunitas yang mereka kelola menjadi tidak dapat berkembang, bahkan lambat laun kehilangan orientasi. Hal ini tentu sangat disayangkan, padahal tujuan didirikannya komunitas diharapkan dapat menjadi solusi persoalan di berbagai macam sektor.

Berangkat dari situlah GoodTalk_JKT pada tanggal 21 November 2019, membahas lebih dalam mengenai Managing Community for Sustainable Impact. Tema tersebut dipilih karena dirasa sangat relevan dengan momentum Hari Pahlawan.

Selaku penyelenggara, GNFI mengandaikan bahwa relawan-relawan yang bergabung di berbagai komunitas merupakan representasi dari semangat para pahlawan.

Membahas berbagai hal tentang komunitas, Good Talk kali ini menghadirkan Panji Azis (Founder & Managing Director Istana Belajar Anak-Anak Banten (Isbanban)) dan Taufan Teguh Akbari (Founder Rumah Millennials (RM)).

Isbanban adalah komunitas yang bergerak untuk mengatasi masalah pendidikan di provinsi Banten. Sementara RM merupakan komunitas yang bergerak di bidang kepemudaan.

Anggotanya ialah relawan-relawan dari beragam usia dan profesi. Kedua narasumber tersebut berbagi kiat tentang cara mereka mengelola komunitasnya masing-masing.

Isbanban Story: The journey to start, maintain and give an impact

Panji Aziz (founder Isbanban) saat sedang memaparkan materi di acara GoodTalk_JKT | Foto: Aditya Jaya/GNFI
info gambar

Pada awalnya Isbanban berdiri karena ketidaksengajaan Panji Aziz dan teman-temannya yang ingin membantu adik-adik korban banjir di kampung Sukamaju, Banten untuk tetap belajar. Hingga Panji berinisiatif untuk membangun komunitas yang memiliki misi untuk membantu pendidikan anak kurang mampu di pelosok desa Banten.

Kini Isbanban telah berusia 7 tahun, pasang surut telah Panji lalui bersama para relawannya. Namun tidak banyak yang tahu, ia sempat berpikir untuk mengakhiri Isbanban saat usia komunitas ini menginjak 4 tahun.

Panji mengisahkan, di masa-masa itu, tidak ada teman yang mendukung kegiatan komunitasnya.

"Sempat kepikiran buat menyudahi Isbanban, karena lama kelamaan kok ini seperti berjuang sendiri, tidak ada lagi teman-teman relawan yang mau bantu mengajar," ucap pria yang pernah masuk nominasi Kick Andy Heroes 2018 itu.

Meski begitu Panji tidak mau menyerah, dia kembali mengingat kenapa dirinya membentuk komunitas ini.

"Di masa-masa menyerah itu saya kembali ingat why saya memulai ini, jadi clarify your why saat sudah mau menyerah," tutur Panji saat sedang memaparkan materinya.

Demi kembali menjaga why tersebut, tambah Panji, ia mencari orang yang bisa satu frekuensi untuk saling mendukung dan menjalankan komunitasnya kembali.

"Kalau why-nya masih belum konsisten, otomatis komunitas tidak akan bisa bertahan," tegasnya.

Isbanban juga sama seperti komunitas lainnya, banyak relawan yang datang dan pergi di dalamnya. Untuk menjaganya tetap bertahan, Panji melakukan pendekatan secara personal dan kekeluargaan kepada para pengajarnya.

Panji juga menanamkan nilai RESPECT kepada para pengajarnya. RESPECT merupakan akronim dari R= Remind, E= Engage, S=Special, P= Powerful, E= Empathy, C= Collaboration dan T= Trust.

Ia sadar dalam komunitas memerlukan regenerasi dalam kepengurusannya. Maka dari itu terdapat program Isbanban Leadership Academy. Program ini ditujukan untuk berbagi pengetahuan dari para mentor maupun sesama relawan yang bertujuan untuk leaders create leaders.

Sebagaimana organisasi non-profit lainnya, Isbanban juga kerap memiliki kendala dalam hal pendanaan. Untuk mengatasinya, Isbanban melakukan penggalangan dana dalam menjalankan program kerjanya, unit bisnisnya serta menerima dana hibah.

Sebelum mengakhiri sesinya, Panji juga membagikan tiga kunci dalam melakukan manajemen komunitas.

"Yang pertama harus Clarify your why lagi-dan lagi, yang kedua Map out the possibilities, dan yang terakhir Take action," imbuhnya.

Rumah Millennials: Menghadirkan pemuda yang Berdaya, Berkarya, Bermakna untuk Indonesia

Taufan Teguh Akbari (Founder Rumah Millennials) saat sedang memaparkan materi di acara GoodTalk_JKT | Foto: Aditya Jaya/GNFI
info gambar

Rumah Millennials didirikan oleh Taufan Teguh Akbari pada 22 Juli 2017. Salah satu alasan Rumah Millennials berdiri karena ingin memperbaiki citra negatif tentang millennials.

Selain itu, Taufan juga menyadari, bahwa masih terbatasnya platform yang memberikan referensi tentang pemuda yang memiliki karya dari berbagai latar belakang minat dan budaya.

Langkah awal yang dilakukan Taufan saat membangun komunitasnya ialah build your identity and share your mission with your inner & secondary circle.

"Harus ketemu dulu identitas komunitas ini mau seperti apa dan memiliki misi yang seperti apa, lalu ingin berkontribusi di bagian yang mana,'' ujar Taufan, yang juga inisiator Hari Komunitas Nasional.

Tiap komunitas punya cara yang berbeda-beda untuk mengembangkan komunitasnya. Rumah Millennials mengenalkan komunitasnya melalui berbagai acara yang diselenggarakannya secara rutin.

''Konsep mengembangkannya dari offline ke online, lalu saat ini online ke offline,'' kata dosen di LSPR tersebut.

Untuk merekrut relawan, Rumah Millennials biasa melakukannya dengan seleksi secara manual. RM menjaring calon-calon relawannya dari database WhatsApp, Instagram, Facebook dan LinkedIn. Selain itu juga melalui pembukaan rekrutmen secara umum.

Sementara untuk menjalin keakraban, Taufan biasa melakukan pendekatan secara personal dengan para relawannya. Ia juga membagikan tips bagaimana merangkul relawan versi Rumah Millennials yaitu:

  • Kenali masing-masing karakter dan kebutuhan relawan
  • Berikan peran yang sesuai dengan kekuatan dan minat relawan
  • Hormati dan terima perbedaan latar belakang
  • Memberi hormat daripada meminta hormat
  • Treat everyone fairly
  • Build sense of ownership
  • Create space to learn and growth
  • Praktikan shared leadership

Menjaga komitmen anggota dalam sebuah komunitas merupakan hal yang cukup sulit. Untuk itu ia berusaha menjaga keakraban, memberikan ruang dan tantangan, serta menjaga dan menjalin komunikasi interpersonal.

Dalam mengembangkan komunitas memang banyak sekali tantangan yang dihadapi. Namun, dengan adanya komunitas dapat menjadi wadah bagi tiap individu yang ingin mengembangkan potensi yang dimilikinya.

GoodTalk pada hari Kamis (21/11) dihadiri oleh 100 orang peserta yang didukung oleh Nutrifood, Dilo, dan I'm Good.

Wahyu Aji, Ceo GNFI (kiri) dan Panji Aziz, founder Isbanban (kanan) berfoto dengan hampers dari Nutrifood | Foto: Aditya Jaya/ GNFI
info gambar

So, Kawan GNFI, jangan lupa ya hadir ke acara Good Talk selanjutnya, sampai jumpa!***

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Della Aniswara lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Della Aniswara.

DA
AI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini