Mapala UMN Terapkan Konsep Less Waste di Pendakian Perdana

Mapala UMN Terapkan Konsep Less Waste di Pendakian Perdana
info gambar utama

Belakangan ini kegiatan mendaki gunung menjadi sebuah tren di kalangan anak muda, berbeda dengan zaman dulu di mana ketika mendaki gunung merupakan suatu hal yang tidak biasa dan berbahaya.

Indonesia sendiri merupakan negara yang memiliki banyak sekali pegunungan, sehingga masyarakat Indonesia bisa memilih gunung mana saja yang hendak mereka daki.

Mendaki gunung merupakan suatu proses yang tidak mudah, dibutuhkan kekuatan fisik, mental, serta kerja sama tim dalam pendakian sangat dibutuhkan guna mencapai sebuah tujuan atau puncak.

Beberapa orang juga menganggap mendaki gunung merupakan suatu olahraga yang memiliki nilai positif untuk menyalurkan minat dan bakat seseorang, terlebih pada generasi muda yang senantiasa menginginkan hal-hal baru.

Kode etik atau peraturan-peraturan terkait mendaki gunung untuk menjaga keselamatan merupakan hal yang paling diutamakan dalam kegiatan tersebut. Namun sering kali kode etik dilupakan dan kurang diperhatikan oleh para pendaki yang memang tidak mempelajari secara mendalam terkait pendakian gunung.

Hal tersebut dapat mengakibatkan peristiwa-peristiwa buruk yang menimpa para pendaki lalai.

Opsi dilakukan oleh seluruh peserta maupun panitia selama pos pendakian via Cemoro Kandang | Foto: Dokumentasi Mapala UMN
info gambar

Berkaitan dengan fenomena ini, Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Multimedia Nusantara (Mapala UMN) di Gading Serpong, Tangerang Selatan, menerapkan konsep Less Waste di pendakian perdananya.

Mengapa disebut sebagai pendakian perdana? karena beberapa dari calon anggota belum pernah melakukan pendakian ke gunung. Maka dari itu Billy Gustavo selaku ketua pelaksana dari pendakian perdana, ingin memperkenalkan bagaimana pendakian gunung yang sebenarnya dengan persiapan yang matang.

Kegiatan tersebut dilakukan di Gunung Lawu, Jawa Tengah pada tanggal 1 hingga 5 Desember 2019. Menurut Billy pendakian tersebut memang ditujukan untuk calon anggota Mapala UMN yang tengah melakukan masa pendidikannya untuk berproses menjadi anggota.

Tidak hanya itu, pendakian perdana ini merupakan salah satu program kerja tahunan yang ada di Mapala UMN, serta penerapan materi-materi yang telah diberikan selama masa Pendidikan seperti manajemen perjalanan, survival, dan lain-lain.

“Pendakian perdana ini memang acara rutin tahunan, karena dinilai salah satu program kerja yang bagus untuk memperkenalkan calon anggota kepada medan gunung yang sesungguhnya, serta untuk mempererat tali persaudaraan kepada sesama calon anggota,” ucap Billy.

Pendakian ini berlangsung selama tiga hari dan diikuti oleh 19 peserta calon anggota, 25 panitia, dan satu pembimbing.

Menurutnya, Gunung Lawu dengan ketinggian 3.265 meter di atas permukaan laut (mdpl) merupakan pilihan yang tepat untuk dijadikan sebagai pendakian perdana.

Sebab, jalur pendakian yang dipilih adalah via Cemoro Kandang, yang tidak terlalu sulit untuk para pendaki pemula.

Aksi bersih-bersih sampah di setiap pos jalur pendakian via Cemoro Kandang | Foto: Dokumentasi Mapala UMN
info gambar

Tidak hanya sekadar naik sampai puncak kemudian turun sampai basecamp, menurut Taufan Iqbal Abdillah selaku ketua umum dari Mapala UMN menjelaskan, bahwasannya pendakian ini memiliki konsep yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.

Tahun ini Mapala UMN mengusung konsep Less Waste untuk mengurangi sampah. Pengaplikasian pada pendakian ini dimulai dari mengurangi penggunaan air mineral sekali pakai dan diganti dengan botol tumbler atau water bag supaya dapat digunakan berkali-kali.

Tidak hanya itu, seluruh peserta maupun panitia juga melakukan aksi bersih-bersih di setiap pos sepanjang jalur pendakian via Cemoro Kandang. Selain itu, tujuan lainnya adalah untuk memperingati Hari Gunung Sedunia yang jatuh pada tanggal 11 Desember mendatang.

Hari Gunung Sedunia merupakan hari yang penting bagi para traveler, pendaki dan pencinta alam. Peringatan Hari Gunung Sedunia ini bertujuan agar menumbuhkan kesadaran bagi semua masyarakat untuk selalu ingat akan pentingnya gunung atau pegunungan bagi kehidupan, terutama agar para pendaki dapat menerapkan pentingnya menjaga kebersihan serta kelestarian gunung.

“Konsep kami less waste tujuannya adalah untuk mengurangi sampah dengan belajar dimulai dari mengurangi penggunaan air mineral sekali pakai dan digantikan dengan botol tumbler atau water bag agar bisa dipakai berkali-kali. Serta, tujuan yang lainnya yaitu untuk memperingati Hari Gunung Sedunia, kami melakukan aksi bersih-bersih di setiap pos sepanjang jalur pendakian via Cemoro Kandang,” kata Iqbal.

Seluruh anggota pendakian saat berhasil mencapai Puncak Hargo Dumilah 3.265 mdpl | Foto: Dokumentasi Mapala UMN
info gambar

Tentu saja proses pendakian ini tidak berjalan dengan begitu mulus. Menurut Billy terdapat beberapa kendala terutama pada saat beberapa hari lagi menuju pendakian, Gunung Lawu mengalami kebakaran dan sempat dikabarkan ditutup, sehingga panitia harus mencari solusi lain agar pendakian tersebut tetap berjalan.

“Gunung Lawu sempat kebakaran, untung saja apinya sudah padam dan jalur pendakian sudah dibuka kembali, jadi kami tetap bisa melanjutkan pendakian,” ujar billy.

Billy berharap dengan adanya pendakian dengan mengusung konsep Less Waste ini agar seluruh peserta maupun panitia tidak menjadikan masalah sampah adalah masalah yang mudah dan sepele, karena sekecil apapun sampah yang dihasilkan akan berdampak untuk keselamatan bumi.

“Saya berharap konsep Less Waste ini bisa terus dilakukan di kehidupan sehari-hari dan tidak hanya sampai pada pendakian kemarin saja,” ungkap Billy.***

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini