Apa Kabar Pancasilaku?

Apa Kabar Pancasilaku?
info gambar utama

Pancasila, sebuah kata yang tak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Selalu terkumandang di setiap upacara-upacara bendera setiap hari Senin. Lantas apa itu Pancasila?

Pancasila merupakan hasil dari proses panjang yang dimulai dari perumusan hingga disahkan sebagai dasar negara pada 18 Agustus 1945. Sebagai pemersatu bangsa yang sangat berarti bagi para pendahulu kita.

Kita telah mengetahui bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar dan kaya. Mulai dari letak yang strategis di persilangan perdagangan dunia hingga memiliki SDA hayati dan non-hayati yang melimpah.

Selain itu, Indonesia terkenal akan terdiri dari berbagai perbedaan mulai dari suku, agama, maupun golongan. Hal inilah penyebab pemicu terjadinya disintegrasi bangsa.

Tak sekali dua kali Indonesia menghadapi perpecahan antar-anak bangsa. Namun, telah terbukti hingga saat ini masih mampu bertahan. Hal ini disebabkan bangsa Indonesia memiliki jiwa-jiwa pemersatu bangsa sejak zaman kerajaan.

Lihat saja pada zaman Majapahit, Mpu Tantular di dalam Kitab Sutasoma telah menuliskan Bhinneka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangrwa yang mengisahkan bahwa pada masa itu tidak ada perselisihan sedikitpun yang disebabkan perbedaan baik agama maupun suku bangsa.

Pada saat itu pula, seorang Patih Gajah Mada bersumpah ingin memersatukan nusantara.

Hal ini bukti bahwa menghormati perbedaan telah diyakini nenek moyang bangsa Indonesia beratus-ratus tahun yang lalu. Oleh karena itu, sangat disayangkan apabila sejarah kerukunan bangsa Indonesia yang sudah tumbuh beratus-ratus tahun lamanya ini harus dihancurkan oleh kebencian yang disebabkan oleh keserakahan, dan perebutan kekuasaan di antara kelompok-kelompok tertentu.

Perpecahan bukanlah suatu hal yang diharapkan oleh negeri ini. Kita sebagai bagian dari NKRI bertanggung jawab untuk menjaga keutuhan negera, terlebih pada para generasi muda yang hidup di zaman now khususnya bagi generasi milenial.

Generasi milienial, generasi yang akan memainkan peranan penting dalam kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Keunggulan generasi ini memiliki kreativitas tinggi, penuh percaya diri, serta terkoneksi antara satu dengan lainnya. Namun, karena hidup di era yang serba otomatis, generasi ini cenderung menginginkan sesuatu yang serba instan dan sangat gampang dipengaruhi.

Hal inilah yang menjadi titik kritis bagi masa depan negara dan bangsa kita. Sungguh merupakan suatu ironi di tengah masifnya perkembangan teknologi komunikasi saat ini, tetapi di sisi lain, ternyata hal itu tidak mampu mendekatkan dan menyatukan anak bangsa.

Era komunikasi terbukti memberi jaminan akses dan kecepatan memperoleh informasi. Akan tetapi, acapkali menciptakan jarak serta membuat tidak komunikatif. Bahkan, berujung dengan rusaknya hubungan interpersonal.

Teknologi komunikasi dan informasi telah mengubah perang konvensional menjadi perang modern dengan menggunakan teknologi, media massa, internet (cyber war). Sasarannya jelas yaitu ketahanan ekonomi, pertahanan dan keamanan, budaya, ideologi, lingkungan, politik, karakter, dll.

Disadari atau tidak, banyak pihak yang sepertinya tidak ingin Indonesia menjadi bangsa yang besar dan hebat. Kita sering menerima gempuran dari negara lain, berupa pemikiran, makanan, gaya hidup dan lain sebagainya.

Serangan terhadap pemikiran ialah hal yang paling mengkhawatirkan. Serangan ini merupakan bentuk perang ideologi dan pikiran agar terjebak pada pola ideologi liberalis, kapitalis, sosialis, dan radikalis.

Mari kita kembali ke kasus akhir-akhir ini. Demonstrasi mahasiswa menolak RKUHP. Ya, saya selaku mahasiswa mendukung demonstrasi ini, di mana mahasiswa sebagai social control, jembatan antara masyarakat dengan pemerintah. Menyampaikan aspirasi masyarakat.

Tetapi lihat, banyak fasilitas yang rusak. Naik ke atas pagar gedung, mencoret tembok, sampah dimana-mana, bakar sana bakar sini. Tak lupa mahasiswa sebagai moral force, memiliki moral dan etika yang baik.

Ke manakah hal itu? Di mana letak pengimplementasian nilai-nilai Pancasila sebagai penerus bangsa? Apakah harus dengan merusak fasilitas?

Adapun survei menyatakan bahwa sebenarnya setiap pribadi kita tahu bahwa Pancasila itu ada tetapi hanya sekadar “ada” saja. Kalau boleh diibaratkan, dia seperti lagu band Utopia “Antara Ada dan Tiada”. Ada sebagai dasar negara tetapi tiada dipakai menyeluruh dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Ayo kawan-kawan kembali kepada Pancasila. Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia, telah berkembang secara alamiah dari perjalanan panjang sejarah, berisikan pandangan hidup, karakter dan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yaitu semangat bersatu, menghormati perbedaan, rela berkorban, pantang menyerah, gotong royong, patriotisme, nasionalisme, optimisme, harga diri, kebersamaan, bermoral dan percaya pada diri sendiri.

Pancasila bukanlah sekadar 5 kalimat, bukanlah frasa yang tercantum di pembukaan UUD 1945, bukan hanya ada dalam setiap upacara bendera yang dibacakan oleh Pembina Upacara, dan bukan pula sekadar ada pada gambar perisai di dalam dada burung garuda.

Pancasila lebih dari itu semua, Pancasila adalah jati diri kita. Kembalilah ke zaman apa tujuan dibentuknya Pancasila dan bagaimana para pendahulu memperjuangkannya. Pancasila mengandung makna filosofis sekali dalam penyusunannya.

Dengan adanya Pancasila yang lahir dan digali dari Bangsa Indonesia itu sendiri, The Founding Fathers berharap bahwa tantangan masa depan untuk Bangsa Indonesia bisa diselesaikan dengan hanya menengok kembali nilai-nilai Pancasila itu sendiri. Singkatnya, Pancasila itu “cukup” buat kita, bangsa Indonesia.

Lalu apabila saya yang ditanya, ”Apa dasar negaramu?” dengan bangga saya akan menjawab Pancasila yang masih tersimpan rapi di jiwa ini dan akan terus mengalir dalam setiap kehidupanku.

Nah kalau kamu yang ditanya “Di mana dasar negaramu?” Apa yang ada di benakmu?

Referensi: Kompas.com | amp.kompas.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KB
AI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini