1.500 Artefak Indonesia Ini Akhirnya Pulang Kampung

1.500 Artefak Indonesia Ini Akhirnya Pulang Kampung
info gambar utama

Museum Nasional, Jakarta saat ini sedang memiliki banyak koleksi tambahan sebanyak 1.500 artefak dan benda bersejarah dari Indonesia yang selama ini berada di Belanda. Benda-benda bersejarah tersebut mulanya berada di Museum Nusantara yang ada di kota Delft, Belanda. Namun, pada tahun 2013 museum tersebut ditutup karena pihak pemerintah tidak memiliki dana operasional untuk pengelolaan Museum Nusantara, sementara tiket masuk museum pun tidak dapat mencukupi biaya perawatan benda-benda bersejarah yang ada di sana. Ada sebanyak 30.000 koleksi yang ada di Museum Nusantara Delft di mana pemerintah Belanda akhirnya menawarkan untuk “mengembalikan” koleksi tersebut ke Indonesia sejumlah 1.500 buah. Berdasarkan tirto.id, awalnya pemerintah Belanda menawarkan sebanyak 14.000 ribu koleksi museum kepada Indonesia, namun setelah negosiasi ditetapkan sejumlah .1500 buah koleksi yang “pulang kampung” ke Indonesia berdasarkan kebutuhan dan kategori yang sesuai dengan Museum Nasional.

Pemulangan benda-benda bersejarah dari Belanda di mulai dengan sebilah Keris Bugis yang dibawa oleh Perdana Menteri Belanda Mark Rutte kepada Presiden Joko Widodo dalam kunjungan resminya ke Indonesia 23 November 2016 yang lalu. Setelahnya, pada 20 November 2019 sebanyak 1.499 benda bersejarah berangkat dari Pelabuhan Rotterdam Belanda menuju Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta dan tiba pada 24 Desember 2019. Benda-benda bersejarah tersebut diangkut menuju Museum Nasional Jakarta dan telah disiapkan tempat khusus dengan bangunan berlantai tiga seluas hampir satu hektar. Tempat tersebut nantinya akan menjadi rumah sementara bagi 1500 benda-benda bersejarah yang telah lama dibawa pergi dari pangkuan ibu pertiwi.

Dari 1.500 artefak, koleksi tekstil menjadi yang paling banyak jumlahnya. | Foto : Historia.id
info gambar

Alasan lain dipulangkannya 1.500 benda bersejarah Indonesia yang ada di Belanda adalah saat ini museum-museum di Eropa sedang ada wacana untuk mengembalikan benda-benda koleksi museum yang diperoleh secara tidak sah, seperti perampasan dan penjarahan. Berdasarkan historia.id Museum Nusantara di Delft sendiri merupakan tempat penyimpanan benda-benda seni dan bersejarah yang berasal dari kepulauan Nusantara. Benda-benda tersebut menjadi bahan pembelajaran bagi para calon birokrat Belanda yang akan dikirim ke Hindia Belanda pada masa kolonial. Pada masa itu, orang-orang yang kembali dari Hindia Belanda membawa benda-benda tersebut dan diberikan kepada museum. Namun, sebagian juga ada yang menjadi koleksi pribadi. Tidak semua koleksi dari Museum Nusantara adalah rampasan perang maupun hasil jarahan. Sebagian koleksi merupakan hasil pemberian secara sukarela maupun dibeli atas kesepakatan yang sah.

Benda-benda yang dipulangkan dari Belanda ini banyak ragamnya, bahkan ada yang berusia sekitar 1.000 hingga 5.000 tahun sebelum masehi (SM) yakni sebuah kapak tua dari Kalimantan. Sementara, koleksi yang memiliki usia paling muda berasal dari tahun 1940. Benda-benda bersejarah tersebut pun masih memiliki sedikit informasi, oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian demi menggali lebih banyak informasi sebagai kekayaan khazanah budaya Indonesia.

Terdapat beberapa model perahu, model rumah adat hingga figurine abad 13 hingga 14 dari Kerajaaan Majapahit. | Foto : Historia.id
info gambar

Pada konferensi pers di Museum Nasional, Kamis, 2 Januari 2020, Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid menyatakan Repatriasi ( upaya memulangkan kembali seseorang atau sesuatu ke tanah airnya) ini merupakan yang terbesar dan bersejarah. Sebanyak 1.500 artefak tersebut akan jadi koleksi museum dan merupakan bagian dari kekayaan budaya Indonesia. Rencananya, benda-benda bersejarah tersebut akan dipamerkan di Museum Nasional pada Juni 2020.


Catatan kaki: Historia.id | Vice | Tirto.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Widhi Luthfi lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Widhi Luthfi.

Terima kasih telah membaca sampai di sini