Kedih, Si Monyet Berjambul Asal Sumatera

Kedih, Si Monyet Berjambul Asal Sumatera
info gambar utama

Kekayaan alam Indonesia memang tiada duanya. Keindahan alamnya sangatlah indah dengan dihiasi oleh beragam jenis flora dan fauna. Namun, hal tersebut ternyata diiringi dengan perusakan habitat, sehingga banyak flora maupun fauna yang terancam punah dan menjadi langka.

Dari banyaknya jenis fauna yang hidup di habitat Indonesia, ada fauna endemik unik yang terancam punah, yaitu Kedih.

Kedih monyet berjambul dengan wajah berparas sendu | Foto: Romi/kba.one
info gambar

Mungkin banyak dari Kawan GNFI yang tidak mengetahui keberadaan hewan sejenis monyet ini. Hewan berwarna abu-abu dengan jambul di kepalanya ini merupakan primata asal Sumatera Utara, Indonesia.

Dengan nama latin Presbytis thomasi, ternyata Kedih juga memiliki berbagai nama lokal, seperti Reungkah, Lutung Rangka, Bodat, dan Kek-kia.

Usut punya usut, ternyata Kedih pertama kali ditemukan di Aceh dan bagian utara Pulau Sumatera yang berada tidak jauh dari Sungai Wampu dan Simpangkiri.

Penyebaran Monyet Kedih juga dapat ditemukan di kawasan hutan Aek Nauli sampai Suaka Marga Satwa Rawa Singkil di Nangroe Aceh Darussalam.

Menurut data penelitian, penyebaran Kedih yang paling banyak populasinya berada di Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser, terutama di Bahorok dan Ketambe.

Dengan mempunyai habitat di hutan tropis, Kedih biasanya hidup berkelompok dengan jumlah sekitar sepuluh ekor, meliputi satu jantan dan enam betina ditambah dengan beberapa anak-anaknya.

Kedih bersama anaknya | Foto: grid.id
info gambar

Kedih dengan ekor yang panjang memiliki ciri panjang badan antara 420 sampai 610 milimeter, panjang ekor dengan ukuran 500 sampai 850 milimeter, dan berat antara 5 sampai 8,1 kilogram.

Kedih memiliki ciri tubuh bagian atas Kedih berwarna abu-abu dengan corak kehitaman dan warna putih, serta terdapat jambul di atas kepala Kedih yang menjadi khas dari monyet ini.

Seperti jenis hewan kebanyakan, si Kedih jantan selalu melindungi kelompoknya dari ancaman hewan lain ataupun dari intervensi Kedih jantan lainnya. Monyet Kedih jenis betina biasanya dapat melahirkan sepanjang tahun.

Selain wajahnya yang unik seakan berparas sedih, monyet Kedih juga mempunyai perilaku yang unik, salah satunya yaitu suara vokal yang kuat. Dengan suaranya yang besar, setiap kelompok Kedih dapat mengenali anggota kelompok masing-masing dengan suara vokalnya tersebut.

Biasanya, pada malam hari sering terdengar suara monyet Kedih yang bersaut-sautan guna mengumpulkan para anggotanya setelah mereka menjelajah area hutan.

Makanan utama Kedih adalah buah-buahan, daun, serangga, dan bunga cabang. Jenis daun yang biasa dikonsumsi Kedih di antaranya Gnetum latifollum, Paranephelium nitidum, dan Quercus sp. Sedangkan jenis tumbuhan buah yang dikonsumsi diantaranya Dysoxylum spp, Cnestis platantha, dan Scorodocarpus borneensis.

Tidak hanya mengonsumsi berbagai makanan, Kedih juga mengonsumsi air yang diperoleh dari makanan. Tapi terkadang, Kedih meminun air dari lubang pohon atau sungai yang ada di sekitar hutan.

Kedih yang dapat dijumpai pada cabang tengah pohon bahkan di tanah ini memiliki kegiatan rutin pada siang hari, yaitu beristirahat dengan tidur siang di atas cabang pohon.

Tempat tidur Kedih pada malam hari biasanya di pohon yang tinggi mendekati pucuk, sementara tempat tidur pada siang hari umumnya di antara cabang pohon yang rimbun.

Di hutan, dengan banyaknya hewan buas, Kedih menjadi tangkapan dari beberapa hewan, seperti macan kumbang (Neofelis nebulosa), Harimau (Panthera tigris), dan ular piton (Python reticulatus).

Meskipun menjadi tangkapan bagi hewan buas, Kedih cukup pintar untuk bisa menghindar dari tangkapan hewan buas tersebut.

Monyet Kedih sangat membantu regenerasi tumbuhan hutan, terutama dalam menyebarkan biji buah hutan. Tapi sayangnya, keberadaan monyet Kedih kian terancam akibat kerusakan hutan.

Kini, International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) sudah memasukkan spesies Presbytis thomasi dalam kategori rentan dan diberi label Red List.

Referensi: gosumatra | penyutad

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dessy Astuti lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dessy Astuti.

Terima kasih telah membaca sampai di sini