NusantaRun Chapter 7: Festival Kontribusi dan Cerita-cerita Hangat yang Mengiringinya

NusantaRun Chapter 7: Festival Kontribusi dan Cerita-cerita Hangat yang Mengiringinya
info gambar utama

Purna sudah penggalangan dana yang dilakukan oleh Yayasan Lari Nusantara (NusantaRun) melalui crowdfunding platform KitaBisa untuk mewujudkan program #StudentAthletesWithDisabilities.

Tiga bulan menggalang dana, terhitung sejak 10 Oktober 2019 hingga 10 Januari 2020, NusantaRun berhasil mengumpulkan Rp1.791.762.264,00. dari 6681 #OrangBaik. Donasi yang terkumpul nantinya akan diserahkan langsung kepada Perkumpulan OHANA pada acara “Rayakan Kebaikan” yang akan digelar pada akhir Januari mendatang.

Acara tersebut menjadi penutup dari seluruh rangkaian kegiatan NusantaRun Chapter 7. Selanjutnya, Perkumpulan OHANA akan mendayagunakan donasi untuk program #StudentAthletesWithDisabilities di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Para donatur akan mendapatkan laporan program secara berkala berkaitan dengan perkembangan program; mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan, hingga evaluasi.

Tiga provinsi tersebut dipilih sebagai lokasi program lantaran sesuai dengan misi NusantaRun yang ingin meninggalkan jejak kebaikan pada setiap daerah yang dilalui. Sama halnya dengan chapter-chapter sebelumnya yang bermula di Jakarta dan akan terus melangkah ke tempat-tempat berikutnya di Indonesia.

Sebelumnya, gelaran utama NusantaRun Chapter 7 telah sukses dilaksanakan pada 6 hingga 8 Desember 2019 lalu. Ada 143 pelari yang berpartisipasi pada NusantaRun 7 yang terdiri dari 79 pelari kategori full course (133 kilometer) dan 64 pelari kategori half course (71 kilometer). Pelari kategori full course memulai start pada Jumat malam, (6/12/2019) di Kantor Bupati Gunungkidul.

Saat itu, hujan lebat mengguyur Gunungkidul. Namun beruntung menjelang flag-off, hujan berhenti. Sebelum memulai start, para pelari harus melewati mandatory gear check yang dilakukan oleh komite NusantaRun. Hal tersebut penting dilakukan untuk memastikan bahwa perlengkapan seperti nomor BIB, wind breaker, emergency blanket, dan lain sebagainya sudah dipersiapkan oleh para pelari mengingat mereka akan berlari ultramarathon. Safety first!

Flag-off NusantaRun Chapter 7 kategori half course © Bagus Ernanda Putra
info gambar

Selanjutnya, para pelari kategori full course akan melalui sembilan checkpoint sebelum mencapai garis finish. Ketika tiba di checkpoint, para pelari harus melapor kepada checkpoint crew untuk dicatat waktu kedatangan dan waktu meninggalkan checkpoint.

Selama di checkpoint, para pelari mendapatkan layanan medis, fisioterapi, dan konsumsi yang disediakan oleh komunitas yang bertugas di masing-masing checkpoint. Adapun komunitas yang terlibat pada NusantaRun Chapter 7 antara lain Gunungkidul Runners, Playon Jogja, Kampus Guru Cikal, Wonogiri Runners, Big Change Agency, Fits.id, JakB Runners, Perkumpulan IOA, Reyogrunners, dan Madiun Runners.

Selain komunitas, pelari juga dibantu oleh para relawan yang bertugas yang terdiri dari 23 checkpoint crew, 8 documentation crew, 8 medical crew, 80 marshal motor, dan 60 physiotheraphist kerja sama dengan Maha Physio. Jika tidak ada relawan, rasanya tidak mungkin pelari berhasil mencapai garis finish.

Berbeda dengan pelari kategori full course yang harus melewati sembilan checkpoint, pelari kategori half course hanya melewati empat checkpoint hingga akhirnya mencapai garis finish. Perjuangan pelari kategori half course dimulai pada Sabtu siang, (7/12/2019) dengan memulai start di Kantor Bupati Wonogiri. Para pelari, baik kategori full course maupun kategori half course menuju garis finish yang sama di Pendopo Agung Kabupaten Ponorogo.

Flag-off NusantaRun Chapter 7 kategori half course © Bagus Ernanda Putra
info gambar

Menempuh jarak 133 kilometer, William Lesmana berhasil menjadi finisher pertama untuk kategori full course dengan catatan waktu 17 jam 50 menit.

“Berlari di NusantaRun bukan hanya tentang berlari melintasi ratusan kilometer yang penuh dengan refleksi diri; tapi juga tentang berkumpul dengan #OrangBaik yang mengesampingkan ego pribadi untuk tujuan besar yang lebih dari sekadar diri sendiri. NusantaRun adalah soal kemanusiaan, kontribusi, dan kolaborasi. Saya bersyukur telah menjadi bagian dari catatan kecil atas halaman-halaman yang berisi tujuan mulia yang masih akan terus berlanjut pada chapter-chapter selanjutnya,” kata William seperti yang dimuat di Instagram @nusanta.run.

Finisher pertama NusantaRun Chapter 7 kategori full course William Lesmana © Iwan Teguh Kurniawan
info gambar

Sementara untuk kategori half course, finisher pertama diraih oleh Nur Sahid Kusriyanto dengan catatan waktu 11 jam 42 menit. Pada NusantaRun Chapter 7, ada pelari yang berhasil mencapai garis finish, ada juga tidak berhasil mencapai garis finish atau yang biasa disebut Do Not Finish (DNF).

Banyak faktor yang menyebabkan pelari DNF, salah satunya pertimbangan medis. Wajar, berlari ultramarathon memang tidak mudah. Selain dibutuhkan persiapan yang matang; latihan yang rutin, nutrisi yang baik, dan istirahat yang cukup dibutuhkan juga kondisi mental yang baik.

Bagi seorang Adystra Bimo, berlari di NusantaRun merupakan lari terjauh yang pernah ia lakukan.

“Saya mengetahui NusantaRun dari chapter 1. Awalnya saya bilang ada dua orang ‘gila’ lari dari Jakarta ke Bogor. Tujuh tahun setelahnya, dua orang ‘gila’ itu berhasil mengumpulkan ratusan bahkan ribuan orang untuk berbuat kebaikan. Props to Topher and Jurian!” kata Adystra.

Adystra Bimo, pelari NusantaRun Chapter 7 kategori half course NusantaRun Chapter 7 © Bagus Ernanda Putra
info gambar

Mengetahui medan yang akan ia lalui tidak mudah, Adystra mempersiapkan diri dengan baik. Baginya, lari adalah exploration, inspiration, meditation, and celebration. Usaha tidak mengkhianati proses. Adystra berhasil menjadi finisher ketiga untuk kategori half course.

Di akun Instagram pribadinya, @adystrabimo, ia menulis, “NusantaRun half course 71 kilometer Wonogiri – Ponorogo jadi challenge tersendiri karena medannya. Start dimulai dengan suhu +33 derajat dan tanjakan berkelok-kelok di 40 kilometer pertama. Panas terik disambut oleh hujan deras setelahnya. Pergantian suhu cukup kontra yang bikin badan harus cepat beradaptasi. Sebuah perjalanan berharga untuk mengenal diri sendiri. NusantaRun bukan untuk menjadi yang tercepat. Melainkan festival kebaikan untuk menyebarkan pesan pendidikan inklusif.”

Mari kita tinggalkan euforia NusantaRun Chapter 7 yang begitu banyak kisah untuk diceritakan. Kita kembali pada misi utama NusantaRun Chapter 7 itu sendiri: #StudentAthletesWithDisabilities. Mengapa dari sekian banyak program pendidikan, program tersebut yang dipilih?

Founder NusantaRun Jurian Andika mengatakan program #StudentAthletesWithDisabilities terinpirasi dari perjuangan para atlet disabilitas pada ajang Asian Para Games 2018 lalu.

“Tak dapat dipungkiri menjadi atlet adalah salah satu cita-cita yang diidamkan jutaan anak Indonesia, tidak terkecuali anak-anak penyandang disabilitas. Program #StudentAthletesWithDisabilities membentuk budaya sportivitas; siap menang siap kalah pada cabang olahraga prestasi dengan mengedepankan pentingnya pendidikan dengan kurikulum adaptif,” ungkap Jurian.

Founder of NusantaRun Jurian Andika © Mahfud Achyar
info gambar

Lebih lanjut, Jurian mengatakan program #StudentAthletesWithDisabilities membuat para murid yang berpotensi menjadi atlet harus mendapatkan nilai rata-rata sekolah dengan predikat “baik” sebelum dilatih secara khusus sesuai minat olahraganya.

“NusantaRun melalui Perkumpulan OHANA akan menyaring para murid dan menyediakan fasilitas latihan agar mereka dapat menjadi atlet berkelas dunia. Saya dan NusantaRun yakin, di masa hidup kami akan lahir atlet-atlet cerdas yang tangguh dan berdaya melalui program ini,” imbuh Jurian.

Terpilihnya Perkumpulan OHANA menjadi mitra program NusantaRun Chapter 7 melalui proses yang cukup panjang.

Program Manager Yayasan Lari Nusantara Harry Anggie Tampubolon mengatakan NusantaRun membuka kesempatan yang seluas-luasnya bagi yayasan, organisasi, dan perkumpulan untuk menjadi mitra program NusantaRun Chapter 7.

Program Manager Yayasan Lari Nusantara Harry Anggie Tampubolon © Mahfud Achyar
info gambar

“Informasi pendaftaran mitra program kami sampaikan secara terbuka melalui saluran komunikasi NusantaRun. Ada empat syarat yang harus dipenuhi yayasan, organisasi, dan perkumpulan sehingga terpilih menjadi mitra program antara lain: 1) mengirimkan proposal yang berisi program kegiatan dan proyeksi penggunaan donasi sebesar 2 miliar, 2,5 miliar, dan 3 miliar secara lengkap; 2) program diimplementasikan di Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur dan program harus bermanfaat jangka panjang minimal dua tahun; 3) memiliki aspek legal; serta 4) menyampaikan laporan keuangan dua tahun terakhir,” jelas Harry.

Harry menambahkan setelah mengecek persyaratan administrasi dan meninjau proposal yang masuk, maka terpilihlah Perkumpulan OHANA sebagai mitra program NusantaRun Chapter 7.

"Melalui program #StudentAthletesWithDisabilities diharapkan dapat memaksimalkan potensi penyandang disabilitas meraih prestasi dan mampu bersaing dalam kompetisi olahraga yang menggunakan kursi roda, mulai dari tingkat kabupaten hingga tingkat internasional,” kata Harry.

Sebagai informasi, Perkumpulan OHANA merupakan organisasi yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta dan bergerak di bidang advokasi dan pemenuhan hak penyandang disabilitas.

Perkumpulan OHANA memiliki dedikasi untuk memaksimalkan penanganan terhadap isu-isu hak asasi penyandang disabilitas, seperti pengadaan akses layanan alat bantu mobilitas adaptif kursi roda, pengembangan sumber daya penyandang disabilitas, serta pemenuhan hak-hak disabilitas dan advokasi kebijakan dari penyandang disabilitas melalui pelatihan dan lokakarya.

Isu pendidikan untuk penyandang disabilitas penting diangkat lantaran WHO menyebut bahwa sekitar 15 persen penduduk dunia merupakan penyandang disabilitas dan 82 persen hidup di negara-negara berkembang.

Di Indonesia, 10 persen dari total penduduk Indonesia merupakan penyandang disabilitas yang masih mengalami ketidaksetaraan hampir di seluruh sektor, mulai dari sosial, kesehatan, politik, budaya, hingga pengembangan ekonomi.

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (KemenPPN/Bappenas) menyebut baru 25 persen penyandang disabilitas yang dapat bekerja baik di sektor formal maupun sektor informal.

Donasi yang terkumpul sebesar Rp1.791.762.264,00. untuk program #StudentAthletesWithDisabilities bukti nyata bahwa masih banyak orang-orang baik di republik ini.

Para pelari dan relawan NusantaRun telah berhasil mengetuk begitu banyak pintu hati orang-orang. Awalnya, para pelari hanya dituntut menggalang donasi sebesar Rp5.000.000,00 per pelari. Namun banyak di antara mereka banyak yang melebihi target donasi.

Ada yang berhasil mengumpulkan donasi sebesar Rp122.771.369,00. ada juga yang berhasil mengajak 255 orang untuk berdonasi.

Tentu kita tidak bicara siapa yang paling banyak menghimpun donasi dan siapa yang paling banyak mengajak orang untuk berdonasi.

Lebih dari itu, kita ingin menyampaikan pesan positif pada dunia bahwa niat baik, tujuan yang mulia, serta digerakkan dengan hati akan mendatangkan sesuatu yang tidak pernah kita sangka sebelumnya.

Bahkan, terkadang di luar perhitungan kita sebagai manusia. Cara kerja semesta memang kerap membuat kita terkesima.

Usai penyelenggaraan NusantaRun Chapter 7, Founder and Disability Rights Adviser OHANA Indonesia Risnawati Utama mengirim surat elektronik kepada komite NusantaRun.

Personally, as a founder of OHANA Indonesia, I am so speechless and this is the first time experience of OHANA to do this kind of fundraising in Indonesia. I have to express my feeling that our culture has been very little recognization on volunteerism and respect for the kindness of people in so many years. But in the last three days with NusantaRun, I feel that there are still big hopes and dreams from the young generation of NusantaRun and huge team who host this event, will truly change Indonesia and its cultural value to be a great country in the future. Thank you so much again for your kindness, love, and great collaboration,” tulis Risna.

Founder and Disability Rights Adviser OHANA Indonesia Risnawati Utama © Bagus Ernanda Putra
info gambar

NusantaRun bukan race untuk mencari pelari tercepat dalam menyelesaikan lari ultramarathon. NusantaRun adalah festival kontribusi. Siapapun itu; tanpa melihat latar belakang agama, pendidikan, pekerjaan, dan status sosial dapat berkontribusi untuk memajukan pendidikan di Indonesia.

Kontribusi dapat dilakukan dengan banyak cara. Bisa menjadi relawan, bisa jadi pelari sekaligus fundraiser, dan bisa juga jadi donatur.

NusantaRun percaya bahwa setiap orang memiliki potensi yang perlu diungkap dan diberdayakan. Potensi tersebut hendaknya dimaksimalkan agar memberikan manfaat tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga dirasakan oleh banyak orang.

Untuk itu, pada akhirnya muncul satu pertanyaan, “Apa potensi yang saya miliki sehingga bisa memberikan manfaat?”

Menutup tulisan ini, izinkan saya mengutip kalimat manis dari Mark Twain. Katanya, “Kindness is the language which the deaf can hear and the blind can see.”

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini