Tapak Jejak Desa Takpala di Negeri Seribu Moko

Tapak Jejak Desa Takpala di Negeri Seribu Moko
info gambar utama

Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah sebuah provinsi di Indonesia yang memiliki 22 kabupaten dengan luas wilayah 48.718,10 km persegi dan memiliki alam yang eksotis.

Di sana, tinggal beragam suku yang memiliki ciri khas serta keunikan, seperti Suku Alor, Suku Abui, Suku Atoni, dan sebagainya.

Suku-suku tersebut tersebar di beberapa daerah di NTT, seperti halnya Suku Abui yang tinggal di Desa Takpala.

Pintu kampung Takpala | Foto: Bentang Alam Semesta
info gambar

Desa Takpala adalah sebuah kampung tradisional yang berada di Desa Lembur Barat, Kecamatan Alor Tengah Utara, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur dengan letak yang tidak terlalu jauh dari pesisir pantai.

Di desa ini dihuni sekitar 13 kepala keluarga Suku Abui yang tinggal di sebuah rumah adat berbentuk limas beratap ilalang dengan mata pencaharian berladang dan berburu.

Di balik keunikan Desa Takpala, terdapat sebuah sejarah yang ada. Takpala berasal dari dua kata yaitu, Tak yang berarti ada batasnya, sedangkan Pala artinya Kayu. Jadi Takpala berarti kayu pembatas. Selain itu Takpala juga mempunyai arti kayu pemukul.

Takpala sendiri berasal dari Suku Abui yang merupakan suku terbesar di Alor, yang biasa disebut juga Tak Abui dan mempunyai arti Gunung Besar.

Kampung adat Takpala awalnya mendiami pedalaman Gunung Alor, tetapi kemudian dipindahkan ke bagian bawah. Alasan pemindahan ini ialah karena dahulu terkait kewajiban membayar pajak kepada Raja Alor.

Kemudian utusan Raja Alor yang hendak memungut pajak kesulitan menjangkau kampung tersebut sehingga akhirnya dipindahkan ke bagian bawah.

Lalu sejak tahun 1940-an, Piter Kafilkae, seorang yang memiliki andil besar menghibahkan tanahnya untuk dijadikan lokasi Kampung Takpala seperti sekarang ini.

Kemudian seiring berkembangnya zaman, Kampung adat Takpala mencuat dalam daftar kunjungan wisatawan asal Eropa setelah seorang turis warga Belanda bernama Ferry memamerkan foto-foto warga kampung ini tahun 1973.

Ferry mengambil foto warga Kampung Takpala untuk kalender dan mempromosikan bahwa di Pulau Alor ada kampung primitif. Sejak saat itu Desa Takpala dikenal orang-orang Eropa dan turis pun berdatangan ke kampung ini.

Potret wisatawan di Desa Takpala | Foto: rezkito.wordpress.com
info gambar

Selain itu, tahun 1980 Kampung Takpala juga sempat menjadi juara kedua tingkat nasional untuk kategori desa paling tradisional dan sejak tahun 1983 Kampung Takpala ditetapkan sebagai salah satu tujuan wisata di Pulau Alor oleh Dinas Pariwisata Alor.

Desa Takpala ternyata memiliki budaya yang cukup unik dan menarik. Setiap wisatawan yang berkunjung ke kampung ini, akan disuguhkan tarian tradisional. Dalam tarian itu, akan terdengar suara kerincing gelang kaki yang dihentakan ke tanah oleh wanita-wanita Suku Abui.

Terdengar pula syair-syair lagu yang mengiringi tarian, menggema dilantunkan ke langit oleh sekumpulan lelaki pejuang yang beratraksi sembari mengangkat senjata dan perisai mereka. Sesekali gerak dan suara teriakan terhenti, menandakan bahwa tamu yang datang harus mengikuti secara perlahan.

Kemudian, para wisatawan akan melewati 21 anak tangga yang dipijak untuk mulai memasuki Desa Takpala. Lalu wisatawan akan hanyut dalam perayaan pesta dan persahabatan melalui Tari Lego-lego yang menawan di Desa Takpala.

Tari lego-lego Desa Takpala | Foto: ekonomi.kompas.com
info gambar

Selain itu Kampung Takpala juga memiliki banyak sekali tradisi, di antaranya masuk kebun atau Potong kebun. Potong kebun dilakukan pada bulan Oktober, kayu-kayu besar diturunkan dan terus dibakar sampai dengan bulan November.

Pada bulan Desember mulai tanam dan pada Desember akhir sampai Januari acara cabut rumput yang pertama, sedangkan cabut rumput yang kedua akan dilaksanakan pada bulan Maret sampai April saat jagung mulai menguning.

Kemudian bulan Mei sudah patah jagung dan bulan Juni ada acara masuk kebun dimulai dengan potong hewan.

Dengan segala keunikan dan tradisinya, Desa Takpala sangatlah menarik untuk dikunjungi.

Referensi: pesonatravel | gpswisata

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dessy Astuti lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dessy Astuti.

Terima kasih telah membaca sampai di sini