Museum Seni Rupa dan Keramik dengan Wajah Barunya

Museum Seni Rupa dan Keramik dengan Wajah Barunya
info gambar utama

Bagi Kawan GNFI yang mencintai seni, mengunjungi sebuah museum bertemakan seni adalah hal yang wajib untuk dilakukan. Ada banyak sekali museum dengan sentuhan seni di kota metropolitan, Jakarta ini salah satunya ialah Museum Seni Rupa dan Keramik.

Museum Seni Rupa dan Keramik merupakan salah satu museum yang terletak di area Kota Tua Jakarta, tepatnya di Jalan Pos Kota No.2, Jakarta Barat, Provinsi DKI Jakarta.

Museum yang juga terletak bersebrangan dengan Museum Sejarah Jakarta ini sekarang memiliki wajah baru dengan tampilan yang lebih inovatif dan lebih rapi.

Sesuai fungsinya pada zaman Hindia-Belanda, gedung berlatar warna putih ini dibangun oleh arsitek bernama Hoofd Ingenier Jhr. W.H.F.H. Van Raders dengan mengakomodasi sistem tata ruang untuk kegiatan perkantoran.

Gedung yang diresmikan pada 12 Januari 1870 ini memiliki ciri arsitektur bergaya neo-klasik dengan delapan tiang besar di bagian depan gedung, mengingatkan kita pada bangunan Romawi.

Berbeda dengan tampilan museum pada masa dulu, kini, tepatnya sejak Oktober 2019 lalu, Museum Seni Rupa dan Keramik menampilkan sesuatu yang berbeda, yakni adanya pameran seni Lini Narasi Baru: Seni Rupa Indonesia, Kota, dan Perubahannya.

Lini Narasi Baru tampilan terbaru Museum Seni Rupa dan Keramik | Foto: Dessy Astuti/GNFI
info gambar

Museum ini terbagi menjadi dua lantai yang dihubungkan dengan tangga putar dan dua ruang pamer berdasarkan kategorinya, yakni ruang pamer lukisan dan ruang pamer keramik.

Pada ruang pamer lukisan terdapat sepuluh ruangan berbeda yang dapat dijelajahi oleh para pengunjung dan akan disuguhkan sekitar 107 lukisan dengan tema berbeda, seperti lukisan pemandangan alam, adat istiadat, potret diri, kehidupan sehari-hari, lukisan wayang, lukisan prasejarah Indonesia, lukisan batik, lukisan klasik Bali, dan lukisan kaca.

Beberapa lukisan karya Raden Saleh Syarif Bustaman yang dipamerkan pada lantai dua Museum Seni Rupa dan Keramik | Foto: Dessy Astuti/GNFI
info gambar

Ruang pamer lukisan tersebut antara lain, ruang sejarah gedung yang memaparkan sejarah gedung, sejarah seni lukis di Indonesia, dan sejarah keramik Indonesia, ruang introduksi, ruang lukisan Jayakarta, ruang lini narasi baru A sampai F, dan terakhir ruang swafoto.

Kemudian pada ruang pamer keramik, terdapat enam ruang, yakni ruang keramik Cina dan kapal karam, ruang keramik Asia dan Eropa, ruang kantor UPK Kota Tua, ruang mini teater, ruang tembikar Majapahit, dan ruang keramik nusantara.

Selain dua ruangan pamer di atas, terdapat pula ruang Raden Saleh, ruang mool indie, dan ruang masa persagi.

Berkat tampilan museum yang lebih inovatif, kini pengunjung dapat menikmati koleksi pameran dengan konsep yang lebih berbeda.

Koleksi lukisan di Museum Seni Rupa dan Keramik | Foto: Dessy Astuti/GNFI
info gambar

Ada beberapa perubahan yang dilakukan, seperti halnya dari segi pencahayaan. Jika dulu pencahayaan menggunakan cyling tiang-tiang, kini menggunakan sistem pencahayaan khusus berwarna kuning yang meskipun saat dipotret tidak akan mengubah warna dari lukisan tersebut.

Pengubahan suhu ruangan juga dilakukan agar lukisan tidak rusak dengan suhu ruangan, yaitu 22 sampai 24 celcius.

Pada ruang lini narasi baru, terdapat berbagai narasi yang menggambarkan sejarah dari tiap lukisan. Hal tersebut bertujuan agar para pengunjung tidak hanya bisa menikmati keindahan lukisan tapi juga dapat mengetahui sejarah lukisan.

Ada satu hal yang seru dari ruangan ini, pengunjung dapat melakukan scan pada beberapa gambar atau lukisan lewat sebuah aplikasi, yaitu Siji.

“Lukisan-lukisannya banyak yang baru dan bagus. Konsepnya juga unik, semacam labirin dari satu ruangan ke ruangan lain,” ujar Ririn seorang pelajar yang sedang berkunjung ke Museum Seni Rupa dan Keramik.

Saat ini, Museum Seni Rupa dan Keramik memiliki ratusan karya seni rupa mulai dari patung, lukisan, hingga keramik yang merupakan buah karya dari para seniman di Indonesia.***

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dessy Astuti lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dessy Astuti.

Terima kasih telah membaca sampai di sini