Kilas Balik Terbitan Lima Surat Kabar Sebelum Masa Kemerdekaan

Kilas Balik Terbitan Lima Surat Kabar Sebelum Masa Kemerdekaan
info gambar utama

9 Februari lalu diperingati sebagai Hari Pers Nasional sekaligus bertepatan dengan perayaan hari ulang tahun Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) yang telah ditetapkan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 1985.

Jika dilihat dari sejarah, surat kabar pertama kali diterbitkan di Eropa pada abad ke-17. Di Indonesia sendiri, surat kabar berkembang dan mempunyai peranannya sendiri di tengah masyarakat hingga sekarang.

Kilas balik sebelum masa kemerdekaan, sudah berlangsung kegiatan pers di Indonesia. Bahkan hingga kini, terhitung sudah ada ratusan surat kabar yang menjadi media penyampai informasi kepada khalayak.

Dilansir dari laman resmi mpn.kominfo.go.id, inilah lima dari sekian banyak surat kabar yang hadir sebelum masa kemerdekaan di Indonesia.

Koran Sinar Matahari

Koran Sinar Matahari | Foto: Dok. Museum Pers Nasional
info gambar

Jika Kawan GNFI berkunjung ke Monumen Pers Nasional di Surakarta, Jawa Tengah, kalian akan menemukan banyak koleksi surat kabar, salah satunya ialah Koran Sinar Matahari.

Sinar Matahari adalah salah satu koran berbahasa Melayu yang terbit pada dekade 1910-an tepatnya arsip yang masih tersimpan ialah tanggal 17 April 1914 dengan isi berita meliputi keadaan sekitar tahun 1913 sampai 1914.

Isi berita pada koran tersebut antara lain, pembangunan pabrik Goedang Garam, perbincangkan tentang ”Boeanglah pakaian Djawa, pakailah pakaian Europa, alias cara Wolanda, demikianlah soeara kaoem moeda, alias Hindia Madjoe”, hingga berita ulama Makassar yang ingin memajukan Islam di Jepang.

Soeara Ra’jat

Surat kabar Soeara Rajat | Foto: Dok. Museum Pers Nasional
info gambar

Selain Koran Sinar Matahari, ada pula Soeara Ra’jat terbitan surat kabar pada dekade 1910-an dengan menggunakan bahasa Melayu.

Soeara Ra’jat, surat kabar yang menggunakan Bahasa Melayu tepatnya terbitan tanggal 1 April 1919 ini merupakan koran pergerakan kaum sosialis, yaitu Indische Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV) yang jika diterjemahkan adalah Persatuan Sosial Demokrat Hindia Belanda dengan redaktur Darsono dan J.C. Stam.

Isi berita pada koran tersebut antara lain, kekejaman kapitalisme terhadap kaum lemah, negeri Hindia Belanda kekurangan beras dan banyak yang mati kelaparan, hingga pukulan besar bagi kaum ISDV dari pihak pemerintah dan kaum kapitalis.

Soeloeh Ra’jat

Surat kabar Soeloeh Rajat | Foto: Dok. Museum Pers Nasional
info gambar

Berlanjut ke dekade 1920-an, ada terbitan dari surat kabar Soeloeh Ra’jat tepatnya tanggal 2 Januari 1929 dengan menggunakan bahasa Melayu.

Majalah pergerakan rakyat ini ditandai dengan tulisan pada halaman dua, yang berjudul “Persatuan” berisi tentang kesadaran pergerakan Indonesia akan pentingnya persatuan.

Isi dari surat kabar ini antara lain, mosi PPKI, keinginan untuk mendirikan suatu bank kebangsaan, hingga pemerintah bermaksud membangun Hollandsch-Inlandsch Onderwij Commissie.

Djawa Tengah Review

Majalah Djawa Tengah Review | Foto: Dok. Museum Pers Nasional
info gambar

Masih pada decade yang sama, terbit sebuah majalah Djawa Tengah Review tepatnya pada Juli 1929 dengan menggunakan bahasa Melayu Cina.

Isi dari majalah tersebut bervariasi dengan menampilkan beberapa foto pada masa itu.

Foto Pintu Gerbang Pasar Malam Semarang dengan arsitektur Tiongkok yang di dalamnya terdapat rumah kopi Margoredjo yang sudah terkenal di seluruh Indonesia, serta beberapa foto sekolah E. Teck Girl School di Bangkok mengawali halaman majalah ini.

Isi berita serta foto dari majalah ini antara lain, dua foto candi Gedong Songo yang berada ditengah gunung Soemowono, foto tim sepak bola etnis Cina Loh Hwa yang telah sampai di Tanjung Priok, hingga entang pembatasan kelahiran di negeri Cina.

Majalah Abad 20

Majalah Abad 20 | Foto: Dok. Museum Pers Nasional
info gambar

Beralih ke dekade 1930-an, terdapat sebuah majalah yakni Majalah Abad 20 dengan terbitan tanggal 29 April 1939 yang mengulas beragam konten menarik mengenai biografi, sastra, seni, dan sebagainya.

Pada majalah ini, diawali dengan biografi Professor Husein Djajadiningrat seorang guru besar di sekolah tinggi kehakiman di Betawi.

Kemudian terdapat beberapa artikel lainnya, seperti sepucuk surat dari perbatasan wilayah Sumatera Timur, artikel kesehatan kelenjar yang berguna untuk pertumbuhan dan kesehatan badan, hingga kolom serba-serbi mengulas asal-usul nama uang dollar Inggris.

Referensi: beritabaik.id | mpn kominfo.go.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dessy Astuti lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dessy Astuti.

Terima kasih telah membaca sampai di sini