Beton adalah salah satu bagian penting dalam proses pembangunan sebuah gedung atau rumah. Dalam penggunaanya beton sering difungsikan untuk membuat tiang rumah, pilar, dinding, atau bagian lain dari sebuah bangunan. Beton sendiri adalah sebuah benda yang dalam pembuatanya, seorang tukang harus mencampurkan semen, kerikil, pasir dan air dengan takaran tertentu kemudian diaduk sampai merata.
Melihat dari bahan-bahan campuranya, bahan pembuatan beton ini adalah bahan-bahan yang diambil dari alam langsung. Oleh karenanya jika pengambilan ini dilakukan secara terus-menerus akan berpotensi merusak keseimbangan lingkungan. Tentu saja jika kerusakan lingkungan ini terjadi, yang dirugikan adalah warga atau penduduk sekitar tempat pengambilan bahan-bahan tersebut.
Hal lain yang juga menjadi kekurangan dari beton adalah ketika kontruksi yang tercipta dari beton ini dihancurkan dengan tujuan renovasi. Beton-beton yang telah hancur tersebut tidak dapat digunakan kembali alias satu kali pakai. Dan kondisi inilah yang mendasari pemikiran dari tiga mahasiswa asal Universitas Muhamadiyah Malang.
Ketiga mahasiswa tersebut adalah Nurman Handitya, Irfan Maulana, dan Oval Mufarid yang berasal dari Fakultas Teknik. Dalam melakukan riset untuk beton daur ulang ini, ketiga mahasiswa tersebut memerlukan waktu sekitar dua tahun. Tentunya dengan beton daur ulang ini dapat mengurangi kebutuhan bangunan dalam pembuatan beton sebagai konstruksi bangunan.
Dalam proses pembuatan beton daur ulang ini memerlukan beberapa tahap. Pertama, bongkahan-bongkahan beton yang telah tidak digunakan ini dihancurkan secara manual sampai berukuran cukup kecil. Kedua, setelah bongkahan-bongkahan beton dihancurkan, bongkahan beton yang telah hancur tersebut kemudian dimasukan kedalam mesin penghancur. Untuk dihancur menjadi ukuran yang lebih kecil lagi.
Ketiga, setelah dari mesin penghancur, beton yang telah hancur tersebut kemudian disarung hingga mendapatkan beton dengan beragam ukuran mulai dari yang kasar hingga paling halus. Dan materi tersebutlah yang kemudian akan diolah menjadi beton daur ulang tanpa ada yang terbuang. Jadi bisa lebih ramah lingkungan.
Dalam uji abrasi beton daur ulang ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Karena beton daur ulang ini memiliki tingkat keausan yang sama dengan krikil Kulon Progo. Untuk nilai keausan dari beton daur ulang ini sendiri adalah 23.5%, dan nilai ini masih dalam standar nilai keausan yang diizinkan untuk beton kelas III. Berdasarkan standar nasional Indonesia yaitu 27%.
Sumber: kompas.tv | antaranews.com
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News