Mendoan Diajukan Sebagai Warisan Budaya Oleh PEMKAB Banyumas

Mendoan Diajukan Sebagai Warisan Budaya Oleh PEMKAB Banyumas
info gambar utama

Siapa yang tak tahu cemilan mendoan? Ya, salah satu makanan favorit sejuta umat ini adalah makanan khas dari Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Nah, ada kabar baru dari mendoan makanan khas wilayah ngapak ini, yakni mendoan diusulkan oleh Pemerintah Kabupaten Banyumas sebagai warisan budaya dunia non bendawi UNESCO.

Sebelum berlanjut mengenai kabar gembira dari mendoan, bagi Kawan GNFI yang belum tahu apa itu mendoan, berikut adalah definisi mendoan. Mendoan adalah makanan sejenis gorengan yang terbuat dari tempe tipis dan dibaluri tepung dengan bumbu khusus. Biasanya, mendoan digoreng setengah matang sehigga warna tepung yang membaluri tempe menjadi kekuningan dan memiliki tekstur yang lentur atau sedikit lembek. Nah, penyajian mendoan sendiri dapat dibarengi dengan sambal kacang, sambal kecap atau sekadar cabai rawit.

Sekarang, lanjut ke mendoan yang diajukan sebagai warisan budaya.

Ikon Banyumas | Foto : SerayuNews
info gambar

Pemerintah Kabupaten Banyumas melalui Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata mengusulkan mendoan menjadi warisan budaya kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia sebelum akhirnya disetujui dan maju ke tingkat dunia, UNESCO. Diusulkannya mendoan menjadi warisan budaya merupakan bentuk kebanggaan warga Banyumas sendiri serta mengantisipasi jika suatu waktu mendoan diklaim milik atau dari daerah lain bahkan dari negara lain. Hal tersebut juga mengingat pentingnya nilai historis dan sosial yang terdapat pada makanan yang dapat membuat Kawan GNFI ketagihan ini.

Berbicara mengenai nilai historis dan nilai sosial yang ada pada mendoan, menurut Mispan selaku Kepala Seksi Pengelolaan dan Pelestarian Tradisi, Bidang Kebudayaan Kabupaten Banyumas, sebetulnya belum ada literatur atau rujukan pasti mengenai awal mula medoan berada di Banyumas. Namun, Mispan menuturkan bahwa, catatan sejarah tentang mendoan terjadi pada masa pemerintakan Bupati Sudjiman Gandasubrata yakni Bupati ke 19 Kabupaten Banyumas yang memerintah Banyumas pada tahun 1933 hingga 1950. Pada masanya, pendopo Bupati yang semula berada di kecamatan Banyumas dipindah ke Purwokerto.

Mendoan | Foto : Qraved
info gambar

Sebagai ungkapan syukur atas lancarnya pemindahan pendopo tersebut, Bupati Sudjiman meminta warganya untuk berisitirahat dengan menonton lengger (salah satu kesenian tari di Banyumas) dan menikmati mendoan. Dapat diketahui, pada masa itu mendoan sudah dikenal baik dan menjadi makanan favorit masyarakat dibuktikan dengan dikenalnya mendoan oleh sang Bupati. Hal tersebut menandakan bahwa mendoan sudah ada jauh sebelum pada masa pemerintahan Bupati ke 19 yang menurut Mispan sudah ada sejak tahun 1870-an. Namun, Mispan juga berpendapat bahwa mendoan kemungkinan sudah ada sejak awal berdirinya Kabupaten Banyumas yang mana kini usianya 449 tahun.

Alasan lain diajukannya mendoan menjadi warisan budaya adalah mendoan sudah dikenal luas oleh masyarakat, baik di dalam Kabupaten Banyumas hingga luar Banyumas seperti area ngapak lainnya. Salah satu daerah penghasil atau pembuat mendoan yang terkenal di Banyumas adalah Desa Piken yang berada di Kecamatan Kembaran. Terdapat lebih dari 700-an pembuat mendoan yang mana dalam sehari dapat membuat mendoan sebanyak 12 ton yang tidak hanya dipasarkan di wilayah Banyumas, namun juga sekitarnya seperti Cilacap dan Banjarnegara. Selain Desa Piken, ternyata Banyumas memiliki ribuan pembuat mendoan yang tersebar di 27 kecamatan dan 300 desa dan kini mendoan sudah dapat ditemukan diberbagai daerah. Waaah, keren, ya.

Purwokerto ibukota Banyumas | Foto : initu
info gambar

Selain nilai historisnya, mendoan juga memiliki nilai sosial, yang mana menurut Mispan terwujud dalam bentuk mendoan itu sendiri. Mendoan memiliki tekstur yang lembek, tekstur tersebut merupakan gambaran dari masyarakat Banyumas yang fleksibel namun akan berubah wataknya ketika marah serupa dengan tekstur keras keripiki tempe.

Langkah mendoan menjadi warisan budaya dunia tergolong masih panjang. Dokumen pengajuan mendoan kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan harus diaudit dan diperbaiki kekurangannya. Namun, hal tersebut tidak menyurutkan semangat optimis Pemerintah Kabupaten Banyumas untuk membawa mendoan ke kancah dunia mewakili masyarakat Banyumas dan menjadi kebanggaan Banyumas. Keputusan jadi atau tidaknya mendoan menuju warisan dunia UNESCO akan keluar pada bulan Agustus tahun ini.

Semoga mendoan bisa menyusul temannya, yakni getuk goreng yang kini sudah menjadi warisan budaya nasional dan kemungkinan dapat maju ke tingkat UNESCO.


Catatan kaki: vice | jateng |

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Widhi Luthfi lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Widhi Luthfi.

Terima kasih telah membaca sampai di sini