Pembawa Asa untuk Ibu-ibu Rusun

Pembawa Asa untuk Ibu-ibu Rusun
info gambar utama

Pada era sekarang, semua orang serba kritis menanggapi berbagai hal. Salah satunya ialah tentang kesetaraan gender antara perempuan dan laki-laki. Meskipun pada dasarnya laki-laki memiliki peran lebih besar dibanding perempuan, nyatanya perempuan sekarang sudah mumpuni untuk menyeimbangi dengan berbagai kemampuan yang mereka punya.

Berbicara mengenai hal tersebut, ada sebuah istilah yang melekat pada perempuan yang berani untuk berdaya, ialah women empowerment. Disebut juga sebagai pemberdayaan perempuan, women empowerment adalah sebuah cara yang dilakukan perempuan dengan mengerahkan potensi yang ada, untuk memberdayakan perempuan lainnya.

Dengan adanya women empowerment, para perempuan di dunia ini dapat merasa lebih percaya diri, dan bebas untuk menentukan pilihan tanpa merasa terbebani. Tak hanya itu, women empowerment juga dapat mendukung pengembangan perempuan, mencegah pengangguran, membantu mengurangi kemiskinan, hingga membangun ekonomi yang mandiri.

Program pemberdayaan ibu-ibu rusun | Foto: Elok by Ibu
info gambar

Hal itulah yang sedang dikerjakan oleh Nur Rahmatika PP, seorang Project Leader dari Elok by Ibu. Elok by Ibu sendiri merupakan sebuah kegiatan pemberdayaan dari yayasan yang bergerak di bidang community empowerment, yakni Dreamdelion Indonesia. Kegiatan tersebut menginisiasi ibu-ibu yang ada di Rusun Pinus Elok, tepatnya di Cakung, Jakarta Timur.

Atik, sapaan Nur Rahmatika PP, bercerita awal mula ia terjun ke dunia tersebut. Saat itu, pada 2017 lalu, Atik terjun sebagai volunteer pada kegiatan Karya Anak Spesial Dreamdelion Indonesia dan memutuskan untuk lanjut internship. Berkat kemampuan dan tanggung jawabnya dalam berbagai hal, Atik pun ditunjuk untuk membuat suatu program.

Tak lama setelahnya, Atik bersama tim membuat program untuk anak-anak yang ada di rusun. Dari sana, Atik melihat ada berbagai masalah yang dihadapi oleh penghuni rusun. Lewat hal tersebutlah, Atik dan tim inisiatif untuk membuat lapangan pekerjaan, melihat ibu-ibu rusun yang mempunyai banyak waktu luang, selain mengurus keluarga.

Selanjutnya, Atik dan tim membuat business mapping dan menemukan dua topik yang bisa dilakukan, yaitu memasak dan menjahit. Setelah dipertimbangkan, akhirnya Atik dan tim memilih topik menjahit.

Hal yang pertama Atik dan tim lakukan adalah menghampiri, mendata, dan mengedukasi ibu-ibu yang ada di rusun mengenai programnya.

“Awalnya ibu-ibu pada mau, dan bertanya bayar atau nggak. Kemudian kami sampaikan kalau programnya gratis. Ibu-ibu cuma perlu turun ke bawah dan bawa semangat untuk belajar,” tutur Atik menceritakan.

Setelah melewati beberapa proses, akhirnya program mulai berjalan dengan diawali pelatihan menjahit selama empat bulan. Tak hanya itu, untuk lebih dapat bersosialisasi dan dekat dengan ibu-ibu, setiap Jumat diadakan kegiatan bersama mulai dari menjahit, memasak, hingga makan bersama.

Contoh produk hasil Elok by Ibu | Foto: instagram.com/Elokbyibu
info gambar

Ibu-ibu pun dilatih untuk mejahit dan membuat produk dengan berbagai motif kekinian, seperti totebag, pouch, dompet, tas lipat, sarung bantal, dan produk rumahan lainnya. Inovasi produk juga terus dilakukan oleh Elok by Ibu. Biasanya, tim Elok by Ibu mencari berbagai referensi lewat internet ataupun saran dari orang-orang sekitar.

Untuk menjaga kualitas produk Elok by Ibu, Atik dan tim juga melakukan quality control yang dikerjakan setelah proses produksi selesai untuk memastikan bahwa hasil jahitannya rapi.

Produk yang sudah jadi kemudian dijual secara online lewat instagram @elokbyibu, Shopee, dan Tokopedia. Terkadang, produk Elok by Ibu juga dipasarkan secara offline lewat berbagai acara pameran dan bazar.

Berbicara tentang program dan bisnis, tentu tak jauh dari profit sharing atau sistem pembagian keuntungan. Atik pun menjelaskan bahwa manajemen dana di awal dibagi untuk pembelian alat dan bahan, implementasi program, dan pengembangan program.

“Ibu-ibu akan mendapatkan pendapatan 25-35% dari harga pokok produk. Setiap ibu juga akan mendapatkan pendapatan yang berbeda sesuai dengan hasil jahitan. Kita selalu transparan,” ujar Atik.

Tim Elok by Ibu bersama ibu-ibu rusun | Foto: instagram.com/Elokbyibu
info gambar

Hingga kini, terdapat 7 ibu yang tetap konsisten di Elok by Ibu. Sedikit, tapi mereka selalu berusaha untuk mengembangkan kemampuannya. Tahun ini, Atik dan tim memiliki target supaya ibu-ibu ini bisa bekerja secara mandiri. Mulai dari membeli alat dan bahan, memeriksa hasil jahitan, melakukan foto produk dan membuat konten, mengelola keuangan, hingga bertemu dengan para customer.

Setelah melewati berbagai proses jatuh dan bangun dalam membangun Elok by Ibu, Atik merasa telah mendapatkan banyak pelajaran. Semua terlihat mudah, namun ketika dijalani ternyata penuh tantangan.

“Saat menjalani suatu project social, kita harus tahu dulu impact yang ditimbulkan akan seperti apa. Supaya kita tidak hanya memberi dampak, tapi juga mendapatkan dampaknya,” jelas Atik.

Bagi Atik, ketika melakukan project social haruslah menikmati prosesnya, karena akan ada banyak tantangan ketika membantu orang-orang sekitar.

Atik juga berharap, untuk siapapun yang sedang melakukan pemberdayaan lewat project social supaya melakukan segalanya lewat hati, dan jangan pernah lelah untuk belajar.

Bagi Kawan GNFI yang belum sempat mengikuti acara webinarnya, kalian bisa mendengarkan ulasan secara lengkapnya di podcast Good Voice Episode 8.***

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dessy Astuti lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dessy Astuti.

Terima kasih telah membaca sampai di sini