Sebagai Bukti Sejarah, Disabilitas Ciptakan Batik Motif Covid-19

Sebagai Bukti Sejarah, Disabilitas Ciptakan Batik Motif Covid-19
info gambar utama

Saat ini pandemi global Covid-19 masih menjadi trending topic di seluruh dunia. Dari banyaknya hal yang dihadapi bersama untuk berjuang melawan virus tersebut, ada sebuah kreatifitas luar biasa yang tersalurkan.

Di tangan para penyandang disabilitas, Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Harapan Mulia Desa Resapombo, Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar, Covid-19 menjadi inspirasi untuk membuat motif batik yang mempesona.

Ide itu muncul ketika Rita Sukirni selaku pendamping KSM menjelaskan ke kaum disabilitas binaannya mengenai gerakan social distancing, di tengah wabah corona, karena 27 tuna grahita tersebut memiliki kebiasaan saling berpelukan ketika bertemu. Dengan adanya gerakan tersebut tentunya hal itu tidak dapat dilakukan lagi.

“Ketika saya jelaskan itu mereka bertanya apa sih corona itu Bu, bagaimana bentuknya. Akhirnya saya gambarkan bagaimana bentuk virus corona seperti yang digambarkan para ahli. Bulat dan semacam jarum pentul mengelilingi bulatan itu. Saya bilang, walaupun kecil sangat berbahaya, makanya kalian sekarang jangan berpelukan,” kata Rita dilansir dari detik.com.

Penyerahan Bantuan Dari LPS dan Workshop Peduli KSM Harapan Mulia, Blitar | Sumber: gesuri.id
info gambar

Namun, setelah melihat bentuk corona tersebut, mereka malah menyukainya dan meminta gambar ilustrasi Covid-19 tersebut digambar sebagai batik. Rita pun mencoba menggambar virus corona di atas batik ciprat yang sudah jadi.

Motif batik ciprat Covid-19 berukuran besar tersebut dituangkan dalam kain batik berwarna biru laut, sedangkan gambaran virus batik didominasi dengan warna merah di dalamnya. Ada pula beberapa yang berukuran kecil menyebar di sisinya.

Tak hanya motif, tulisan COVID-19 juga digambar dalam kain batik. Hal ini semakin menegaskan bahwa batik tersebut memang bermotif virus corona yang tengah mewabah di dunia saat ini.

Rita bersama batik ciprat Covid-19 | Foto: istimewa
info gambar

Saat Rita menunjukkan batik tersebut ke rekan-rekannya, Rita mendapat feedback yang baik mengenai karya batik tersebut.

“Saya bikin satu lalu saya tunjukkan ke seorang kolega. Ternyata mereka suka dan pesan beberapa lembar. Katanya motif covid-19 ini bisa menjadi bukti wabah bersejarah ke anak cucunya. Saya pikir, iya benar juga,” imbuh pendamping KSM Harapan Mulia tersebut.

Dalam sepekan terakhir, batik motif ciprat covid-19 belum bisa diproduksi dengan jumlah banyak. Hal ini karena mengikuti anjuran pemerintah. Sehingga, hanya beberapa saja diantara mereka yang beraktivitas sesuai dengan adanya pesanan yang masuk.

Untuk kisaran harga batik ciprat dipasarkan seharga Rp150.000 sampai Rp200.000 per lembarnya.

Selain mengurangi aktivitas pasca Covid-19, Rita menyebut telah mencegah penyebaran Covid-19 di lingkungan KSM Harapan Mulia dengan menyemprotkan disinfektan di wilayah produksi batik dan di ruangan, kerja bakti kebersihan lingkungan, serta menyediakan tempat untuk cuci tangan.

Tentunya, semua ini mereka lakukan tidak hanya untuk membatik dan memasarkan batiknya saja, Rita dan penyandang disabilitas membuat motif tersebut juga sebagai kampanye mensosialkan social distancing, dan mengingatkan masyarakat bahwa virus tersebut sangat berbahaya.

Sumber: detik.com | timesindonesia.co.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini