Indonesia Graveyard, Komunitas yang Belajar Sejarah dari Kuburan

Indonesia Graveyard, Komunitas yang Belajar Sejarah dari Kuburan
info gambar utama

Dari mana Kawan GNFI biasa belajar sejarah? Buku? Google?

Pernahkah terlintas untuk belajar sejarah dari makam?

Indonesia Graveyard adalah komunitas yang melakukan kegiatan tersebut. Ya, komunitas ini belajar sejarah dari makam yang terbentuk karena kesamaan minat mereka terhadap sejarah.

Tahun 2017 jadi tahun pertama bagi komunitas ini melakukan perjalanan pertama mereka dalam belajar sejarah. Indonesia Graveyard mendalami sejarah melalui filosofi yang mereka pelajari, mulai dari arsitektur hingga tulisan yang tertera di nisan.

Yuk, mengenal lebih dekat seperti apa komunitas Indonesia Graveyard melalui wawancara mereka bersama youngontop.com.

Menggali Sisi Historis dari Makam

Kalau selama ini banyak yang mengaitkan makam dengan hal-hal mistis, teman-teman dari komunitas Indonesia Graveyard pun juga mendapatkan pandangan yang serupa dari orang-orang di sekitar mereka. Padahal, seharusnya bukan hal mistis yang dipelajari dari makam, melainkan sisi historisnya.

“Banyak yang menganggap ke makam itu untuk mencari mistisnya. Mereka gak belajar seperti yang kita bicarakan. Kita belajar filosofinya dan kenapa saya suka ke makam salah satunya adalah itu rumah masa depan bagi saya, karena semua orang pasti akan mati. Sebagai pengingat saya, saya akan di situasi seperti itu,” ujar Ika, salah satu anggota komunitas Indonesia Graveyard.

Ruri Hargiyono, pendiri Indonesia Graveyard juga menceritakan berbagai sejarah yang terungkap melalui filosofi yang ia pelajari dari kuburan yang dikunjungi. Salah satunya adalah makam di Slipi Petamburan, di mana ada kuburan warga Negara Kroasia yang ia ketahui dari nisannya.

Lalu, masih di wilayah yang sama, Mausoleum diketahui sebagai makam megah dan satu-satunya di Jakarta yang dibangun pada tahun 1920-an. Setelah dicari tahu, ternyata marmer yang digunakan di makam tersebut didatangkan langsung dari Italia sebagai bakti cinta sang istri terhadap mendiang suaminya.

“Banyak ilmu baru yang gak kita dapet di sekolah atau buku. Kita dapet ilmunya dengan langsung observasi ke makam itu, dari narasumber yang setiap harinya di situ, bahkan keturunannya” kata Ika.

Indonesia Graveyard, Komunitas yang Belajar Sejarah dari Kuburan
info gambar

Perjalanan Menemukan Makam Hitler

Cerita seru lainnya adalah saat Ika mengunjungi pemakaman yang letaknya tersembunyi di Kaki Gunung Pangrango. Ternyata, di sana hanya ada 10 kuburan, di mana 8 makam diantaranya memiliki nama dan 2 makam lainnya tidak memiliki nama. Diperkirakan salah satunya adalah makam Hitler. Akan tetapi, belum ada data valid mengenai makam Hitler ini sehingga tidak bisa dipastikan kebenarannya.

Bagaimanapun sejarahnya, bagi Ruri dan Ika mengunjungi makam selalu membuat mereka menambah ilmu, dan tentunya bangga karena Indonesia kaya akan sejarah yang beragam, salah satunya dari makam.

“Setiap makam punya ceritanya sendiri dan semuanya menarik. Tapi saya salut, Batavia di saat itu sudah mencapai prestasi, dimana orang Belanda saat itu memilih untuk ‘membangun’ makamnya di sini dibanding di negaranya sendiri, ditambah dengan teknologi saat itu yang bisa membawa patung kesini tanpa retak. Balik lagi, setiap makam punya ceritanya sendiri. Karena habis balik dari makam saya ngerasa tambah pinter,” ujar Ruri.

Indonesia Graveyard, Komunitas yang Belajar Sejarah dari Kuburan
info gambar

Mengulik Sejarah dari Penjaga Makam

Para penjaga makam adalah salah satu sumber sejarah yang tidak bisa dilewatkan oleh komunitas Indonesia Graveyard. Ternyata, banyak penjaga makam di Indonesia yang turun temurun atau regenerasi, sehingga para penjaga makam ini juga mengetahui sejarahnya.

“Jadi saat bapaknya menjelang tua, agar informasi ini enggak hilang, akhirnya dikasih ke anaknya,” tutur Ika.

Pemakaman Ereveld adalah salah satu yang penjaga makamnya turun temurun. Ereveld adalah pemakaman warga Negara Belanda yang menjadi korban peran Belanda melawan Jepang.

Keberadaan penjaga makam turun temurun ini jadi titik cerah untuk Komunitas Indonesia Graveyard, karena mereka lah yang bisa menjaga sejarah yang sebenarnya.

Dari perjalanan mencari sejarah ini, ada fakta lain terungkap mengenai sejarah yang terungkap dan tersebar.

“Di mana-mana orang yang menceritakan sejarah adalah orang yang menang. Jadi pasti ada yang ditutup-tutupi. Sejarah adalah cerita dari yang menang,” ujar Ruri.

Indonesia Graveyard, Komunitas yang Belajar Sejarah dari Kuburan
info gambar

Merawat Ingatan dari Makam

Melalui berbagai kegiatan yang mereka lakukan, Indonesia Graveyard berharap semakin banyak orang menghargai sejarah dengan mulai peduli terhadap makam para tokoh berjasa untuk Negara. Sudah seharusnya jasa mereka dihargai bukan hanya saat masih hidup saja, tapi juga saat mereka sudah tiada.

“Kami mau kasih info seputar makam. Ada makam orang berjasa untuk Indonesia yang tidak dipedulikan. Sebaiknya makam mereka diperlakukan dengan layak,” harap Ruri.

Ia bercerita betapa mirisnya melihat realita makam Soung Beng Kong, Kapiten Tionghoa Batavia pertama yang tidak dirawat dengan baik. Padahal, tokoh tersebut sangat berjasa untuk Batavia.

Indonesia Graveyard, Komunitas yang Belajar Sejarah dari Kuburan
info gambar

Tentunya banyak hal yang bisa Kawan GNFI pelajari dari komunitas Indonesia Graveyard. Salah satunya adalah belajar sejarah itu bisa dari mana saja, dan dengan siapa saja.

Semoga semangat belajar dan merawat sejarah teman-teman komunitas Indonesia Graveyard bisa kita rasakan dan jalankan juga, ya!

Jika Kawan GNFI ingin membaca artikel seru dan inspiratif lainnya, silakan kunjungi youngontop.com, atau ikuti media sosial mereka di @youngontop.*

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini