Kabar Baik Berbagai Negara di Tengah Wabah Covid-19

Kabar Baik Berbagai Negara di Tengah Wabah Covid-19
info gambar utama

Saat ini, kondisi bumi sedang tidak baik-baik saja. Terhitung sudah sekitar empat bulan lamanya, sebuah wabah pandemi bernama corona virus disease (Covid-19) menyebar ke seluruh penjuru dunia.

Setiap harinya, angka jumlah pasien positif terus bertambah, diiringi pula dengan pertambahan jumlah angka kematian. Sedih? Tentu. Semua negara kini sedang bersama mencari jalan keluar dengan menerapkan berbagai kebijakan guna meminimalisir, mencegah, bahkan menghilangkan wabah tersebut.

Sebagai masyarakat biasa yang tidak memiliki wewenang lebih seperti pemerintah, kita tentunya hanya bisa mengindahkan kebijakan dan imbauan yang ada. Namun sayangnya, tidak semua dari kita sadar akan bahaya Covid-19 ini.

Ketika Covid-19 mulai menyebar satu per satu ke berbagai negara, misalnya Indonesia, mulai terjadi kepanikan di antara masyarakat hingga adanya kebijakan yang tidak masuk akal. Mulai dari panic buying, terlalu banyaknya asupan informasi dari media, menurunnya pendapatan ekonomi pekerja informal, hingga kebijakan tentang membebaskan narapidana.

Namun, diantara semua hal yang terjadi semasa Covid-19 ini, ada pula berbagai kabar baik bermunculan. Di Indonesia salah satunya. Terhitung sejak 16 April lalu, angka pasien sembuh lebih banyak daripada jumlah angka pasien yang meninggal. Tentunya hal tersebut memberikan semangat optimis bagi kita. Ternyata, diantara kekalutan sekarang, masih ada secercah harapan untuk kembali sehat.

Tak hanya itu, sebagai negara yang pernah dinobatkan menjadi negara paling dermawan di dunia tahun 2018 oleh World Giving Index, banyak pula orang baik yang bahu membahu untuk membantu para medis, dan orang-orang yang membutuhkan bantuan.

Selain Indonesia, ada pula kabar baik dari negara-negara lain. Lewat Webinar yang diselenggarakan oleh Dosen Tetap Non-PNS Universitas Padjajaran (UNPAD) di aplikasi Zoom pada Jumat (17/4) lalu, menghadirkan lima narasumber selaku dosen UNPAD yang saat ini tengah menyelesaikan studi S2 dan S3 di negeri perantauan untuk bercerita terkait kondisi di sana.

Diskusi
info gambar

Mereka berbagi kisah dari Jerman dan Korea Selatan yang selama ini dianggap sukses melakukan pencegahan Covid-19, Belanda dan Inggris yang sempat bersikeras untuk melakukan herd immunity, serta Portugal yang berada di bawah bayang-bayang angka mortalitas Covid-19 di Spanyol yang terbilang tinggi di Eropa.

Kabar baik pertama datang dari Jerman, sebuah negara berbentuk federasi di Eropa Barat. Kasus pertama Covid-19 di Jerman dimulai sejak 2 Februari lalu. Kemudian, pada 23 Maret, Jerman resmi melakukan lockdown diiringi dengan berbagai kebijakan pemerintah dan dukungan dari masyarakat.

Seiring berjalannya waktu, Jerman dinilai sudah bisa menangani Covid-19 dengan baik. Hingga akhirnya, Jerman dinobatkan sebagai negara nomor satu paling aman menangani Covid-19 di Eropa. dan nomor dua secara global.

Para Medis Jerman | Foto: SASCHA STEINBACH/EPA-EFE
info gambar

Kabar baik kedua berasal dari negara Portugal, dengan kasus pertama Covid-19 dimulai pada 2 Maret lalu. Berbeda dengan negara lain yang menerapkan lockdown, Portugal menerapkan perpanjangan state of emergency hingga 1 Mei mendatang.

Kabar baiknya ialah, bagi para imigran di Portugal yang statusnya masih belum jelas, Pemerintah Portugal akan memberikan perpanjangan waktu tinggal sampai akhir Juni tahun ini.

Ketiga ialah Inggris Raya. Kasus pertama Covid-19 di Inggris muncul pada 30 Januari lalu. Pemerintah Inggris pun menerapkan lockdown sejak 23 Maret, dan dengan adanya kondisi ini tentu berimbas pada segala bidang, salah satunya ekonomi.

Menyikapi hal tersebut, Pemerintah Inggris pun menganjurkan pada perusahaan untuk tidak memecat karyawannya dan ambil tindakan untuk di rumahkan saja. Tak hanya itu, pemerintah juga memberikan keringanan dengan membayarkan gaji karyawan sebesar 80% dari gajinya. Sangat menarik, bukan?

Selanjutnya ada negara kincir angin, Belanda, yang juga menerapkan sistem lockdown per 31 Maret lalu dan diperpanjang hingga 28 April mendatang. Masih berbicara tentang ekonomi, terlebih tentang sikap panic buying masyarakat. Ternyata sejumlah barang dan kebutuhan di Belanda juga habis diborong.

Kendati demikian, barang dan kebutuhan masyarakat habis namun harga yang ada tidak naik. Bahkan perusahaan mendapatkan supply dari Pemerintah Belanda untuk menurunkan harga.

Kabar terakhir berasal dari negeri ginseng, Korea Selatan (Korsel). Terhitung sejak 20 Januari lalu kasus pertama Covid-19 di Korsel muncul. Meskipun begitu, Korsel tidak menerapkan lockdown dan hanya membuat berbagai kebijakan yang ternyata didukung penuh oleh masyarakat.

Pemeriksaan Covid-19 di Daegu, Korsel | Foto: Lee Moo-Ryul/Newsis via AP
info gambar

Index kemampuan Pemerintah Korsel menggunakan teknologi informasi dalam melayani masyarakat sangatlah tinggi. Begitu pun sebaliknya, index partisipasi masyarakat untuk turut serta mengindahkan kebijakan pemerintah juga tinggi.

Tak hanya itu, Korsel juga merupakan negara pertama yang menggelar pemilu di tengah Covid-19. Wow, hebat, ya?

Dalam hasil diskusi, didapatkan sebuah komparasi yang menarik, yakni kesuksesan dari penanganan Covid-19 tidak bisa dilepaskan dari berbagai aspek, diantaranya kesiapan riset dan tenaga kesehatan, kultur masyarakat, pola kepemimpinan sebuah negara, kondisi sosial, politik, dan ekonomi, serta keterbukaan informasi.

Meski terdapat perbedaan pendekatan maupun hasil, namun satu hal yang bisa ditarik garis tebalnya dalam diskusi tersebut, ialah semua negara di dunia saat ini sedang berjuang untuk menangani Covid-19.

Maka dari itu, pemerintah dan segala lapisan masyarakat harus saling bersinergi, sehingga akan bermunculan kabar-kabar baik selanjutnya untuk membangun semangat optimism di tengah kondisi sekarang.***

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dessy Astuti lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dessy Astuti.

Terima kasih telah membaca sampai di sini