Keunikan Noken, Tas Multifungsi Asal Papua

Keunikan Noken, Tas Multifungsi Asal Papua
info gambar utama

Papua ialah wilayah elok di timur Indonesia yang merupakan pulau kaya akan air jernih yang ditinggali banyak suku. Setiap suku memiliki adat istiadat yang berbeda-beda. Kebudayaannya masih murni dan tariannya sangat dinamis, mencerminkan kegembiraan terhadap masyarakat yang tinggal di Bumi Cendrawasih tersebut.

Selain budaya, pakaian adat yang mereka gunakan juga eksotis, lengkap dengan hiasan di kepala. Tak hanya itu, masyarakat Papua juga memiliki aribut lain berupa tas unik. Mereka menyebutnya Noken.

Mungkin, bagi Kawan GNFI, membaca atau mendengar kata Noken merupakan hal asing. Namun, Noken merupakan sebuah tas yang biasa masyarakat Papua gunakan di bagian tubuh mereka, salah satunya di atas kepala.

Umumnya, Noken terbuat dari benang warna-warni khas Papua. Namun, ada juga yang terbuat dari akar anggrek dan daun pandan besar, daun tikar, ilalang rawa, dan bisa juga dari kulit kayu koji.

Walaupun noken berbentuk tas, tapi masyarakat Papua tak menyebutnya sebagai tas, karena pembuatan noken sangat berbeda dengan noken yang dibuat di Pabrik. Masyarakat Papua menganggap bahwa Noken merupakan salah satu kerajinan tangan yang sudah ada secara turun temurun dari zaman leluhur hingga sekarang.

Noken biasa digunakan sebagai tas untuk mengangkut hasil kebun, atau untuk menggendong anak mereka. Noken mampu mengangkat beban hingga 20kg. Cara memakainya pun bermacam-macam sesuai dengan adat daerah. Misalnya Noken paling terkenal, yaitu Noken Wamena dan Noken Raja Ampat.

Pesona Indonesia-Tas Noken, Maha Karya Mama Papua yang Mendunia | @tribunnews
info gambar

Dengan segala keunikannya, Noken Wamena telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya tak benda pada 4 Desember 2012 lalu. Keunikan yang dimiliki noken tersebut berbeda dengan tas-tas lainnya.

Noken Wamena berbentuk seperti jaring ikan, terbuat dari akar anggrek atau daun pandan besar menggunakan teknik rajut. Mereka sering menggunakannya di atas kepala dan menggantung ke belakang punggung. Fungsi utamanya ialah untuk membawa hasil panen dari ladang. Dahulu, Noken ini tercipta dari memanfaatkan tanaman di sekitar hutan Wamena.

4 Fakta Noken Anggrek Tas Tradisional Papua | @boombastis.com
info gambar

Beda halnya dengan Noken Raja Ampat, noken ini menyerupai totebag yang biasa digunakan anak muda zaman sekarang. Berbentuk kotak dan berwarna-warni. Noken ini terbuat dari daun pandan pesisir, atau daun tikar, ilalang rawa dan bisa juga dari kulit kayu koji.

Noken Raja Ampat memang terbuat dari tanaman pesisir. Hal ini sebagai ciri khas bahwa noken tersebut berasal dari Raja Ampat. Jika Noken Wamena digunakan di atas kepala, maka berbeda dengan masyarakat Raja Ampat yang menggunakan nokennya dengan cara menggantungkannya di leher menghadap depan atau di pundak mereka.

Noken tersebut dibuat menggunakan teknik anyam. Sehingga, dibutuhkan ketelitian dan waktu yang ekstra bagi pengrajin Noken Raja Ampat.

Noken memiliki filosofis yang mendalam bagi masyarakat Papua. Kerajinan tangan yang dibuat oleh mama di Papua ini memiliki simbol kehidupan baik, perdamaian, dan kesuburan bagi masyarakat yang hidup di sekitar Tanah Papua.

Tak hanya itu, di masa lampau, Noken dijadikan sebagai simbol kedewasaan seorang wanita. Jika ada seorang wanita tidak bisa membuat Noken, maka dia dianggap belum dewasa. Noken juga digunakan sebagai syarat bagi wanita Papua sebelum menikah. Jadi, jika seorang wanita belum bisa membuatnya, maka dia belum bisa menikah dengan kekasihnya. Akan tetapi, kini tidak sedikit wanita Papua yang tak bisa membuat Noken.

Dahulu, noken hanya digunakan untuk warga lokal Papua saja. Akan tetapi seiring perkembangan zaman, saat ini sudah diperdagangkan kepada para wisatawan sebagai buah tangan mereka yang datang ke Papua.

Walau proses pembuatannya lama dan pengrajin bisa menghabiskan waktu hingga satu bulan, harga ditawarkan untuk satu Noken masih masuk akal, yaitu mulai harga Rp100.000 sampai Rp350.000 saja.

Nah, begitulah Kawan GNFI informasi mengenai tas multifungsi Noken asal Papua. Harapannya walaupun saat ini kita berada di zaman kemajuan teknologi, semoga Noken bisa terus dikembangkan dan dilestarikan, mengingat Noken juga tradisi turun-temurun dari leluhur. Tak hanya itu, noken juga dapat membantu perekonomian dan pendapatan Masyarakat Papua.*

Sumber: kumparan.com | phinemo.com | boombastis.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini