Seabad Lebih Datangnya Angklung di Negeri Gajah Putih

Seabad Lebih Datangnya Angklung di Negeri Gajah Putih
info gambar utama

Tak mungkin bicara tentang angklung tanpa mengenal Tanah Pasundan. Alat musik multitonal atau bernada ganda ini memang berkembang bersama sejarah masyarakat Sunda. Di masa lalu, angklung memiliki fungsi ritual keagamaan, yakni untuk mengundang Dewi Sri (Dewi padi sebagai lambang kemakmuran) agar turun ke bumi dan memberikan kesuburan pada padi di sawah-sawah warga.

Kata ‘angklung’ sendiri berasal dari bahasa Sunda ‘angkleung-angkleungan’ yaitu gerakan pemain angklung, serta dari suara ‘klung’ yang dihasilkan instrumen bambu ini. Angklung sebenarnya merupakan pengembangan dari alat musik calung, yaitu tabung bambu yang dipukul. Sementara, angklung merupakan tabung bambu yang digoyang sehingga menghasilkan hanya satu nada untuk setiap instrumennya.

Pada bulan November 2010, UNESCO telah menetapkan angklung sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia dari Indonesia.

Tapi tahukah anda, bahwa Angklung juga populer di Negeri Gajah Putih, Thailand? Bagaimana alat musik khas Sunda itu bisa jauh sampai sana?

Pangeran Bhanubhandu Savangwongse | Siamimage.net
info gambar

Menurut catatan dosen musikologi Surasak Jamnongsan dari Universitas Srinakharinwirot di Bangkok seperti dikutip dari BBC Indonesia, keberadaan angklung di negara tersebut bermula dari kunjungan seorang Jenderal militer kerajaan Siam (kini Thailand) waktu itu, yakni Pangeran Bhanubhandu Savangwongse ke Pulau Jawa pada tahun 1908. Bangsawan itu mengajak serta seorang musisi kenamanan Thailand, Luang Pradit Phairoah atau Sorn Silapabanleng. Mereka sama-sama meminati angklung setelah diperkenalkan dengan alat musik tersebut.

Sang Pangeran kemudian membawa serta sebuah angklung saat kembali ke Thailand. Demikian juga musisi Luang Pradit Phairoah yang membawa serta alat tersebut, dan kemudian memperkenalkannya kepada para murid seni musiknya. Luang kemudian memperbanyak instrumen angklung untuk dibagikan kepada murid-muridnya, dan mengajarkan mereka cara menggoyang alat musik tersebut dengan nada-nada khas Thailand.

Semua dia lakukan hanya berbekal pengalamannya menyaksikan dan mendengar seniman Jawa Barat memainkan angkung. Dari situlah, menurut penuturan catatan pakar musik etnis Surasak, angklung kemudian menyebar ke seluruh penjuru negeri tersebut. Di negeri tersebut, Angklung dipanggil dengan nama "Angkalung" Alat musik bambu itu masih tetap populer di negara itu setelah satu abad lebih maestro musik Luang Pradith Phairoah, membawa pulang dua perangkat angklung dari Jawa Barat, kata Dr. Surasak Jamnongsarn of Universitas Srinakharinwirot. Angklung kini adalah instrumen musik yang paling umum dimainkan oleh siswa sekolah di seluruh penjuru Thailand, kata Surasak.

Murid-murid sekolah belajar Angklung | thai-blog.com
info gambar

Pada tahun 2008, untuk memperingati 100 tahun kedatangan Angklung di Thailand, diadakan acara perayaan besar di Bangkok yang dihadiri kedua negara. Thailand dengan Indonesia, terutama pulau Jawa, memang telah lama berhubungan. Persahabatan kedua negara ini sudah terjalin sejak 250 tahun lalu. Di masa lalu, orang-orang Thailand sudah menikmati cerita Panji sejak akhir 1700-an, dan telah menggunakan kisah panji sebagai dasar sastra puitis Thailand dan pertunjukan teater.

==

Referensi:

Amatyakul, Poonpit. “Century of the Angklung Journey and Its Establishment in Thailand.” International Journal of Creative and Arts Studies, journal.isi.ac.id/index.php/IJCAS/article/view/3275.“

BBCIndonesia.com | Laporan Mendalam | Seabad Angklung Tiba Di Thailand.” BBC News, BBC, www.bbc.co.uk/indonesian/indepth/story/2009/04/090413_centennaryangklung.shtml.

“Indonesian Angklung.” UNESCO, ich.unesco.org/en/RL/indonesian-angklung-00393.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini