Rahasia Buah Pala Kepulauan Sitaro Jadi Terbaik di Dunia

Rahasia Buah Pala Kepulauan Sitaro Jadi Terbaik di Dunia
info gambar utama

Pada Senin (27/4) lalu, Gunung Api Karangetang di Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), Sulawesi Utara, menunjukan peningkatan aktivitas vulkaniknya. Terdapat kepulan asap di kawah utama berwarna putih sekitar 300 sampai 500 meter.

Semburan abu vulkanis dari gunung dengan ketinggian 1784 mdpl diyakini membuat perkebunan di Kepulauan Siau sangat subur. Kesuburan tanah di Pulau Siau berkaitan dengan keunggulan Pala (Myristica Fragrans) yang menjadi komoditi utama di Kepulauan Siau.

"Semburan itu berdampak pada struktur tanah vulkanis yang mengandung fosfor, kalsium, kalium, dan magnesium yang sangat cocok bagi jenis tanaman keras seperti pala. Tidak heran jika produksi pala di sekitar Gunung Karangetang menjadi sangat baik dan menjadi produk pala organik," tulis Jalur Rempah Nusantara.

Menurut Mongabay Indonesia dalam tulisan edisi "Siau, Surga Tersembunyi di Sulawesi Utara", pala Sitaro pada tahun 2007 mencapai 1,66 juta ton yang dihasilkan dari lahan tanaman pala sekitar 3000 hektare.

Asal-muasal kemunculan tanaman pala secara historis ialah ketika para pendahulu di Kepulauan Siau sering berdagang sampai ke wilayah Kerajaan Ternate. Saat itu, mereka pulang membawa bibit pala, kemudian bibit pala itu ditanam disekitar wilayah kaki gunung api Karangetang.

Dilansir dari Jalur Rempah Nusantara, tanaman pala Siau tidak terlepas dari pala yang tumbuh di Kepulauan Banda, Maluku. Dari sejumlah literatur disebutkan, tanaman pala di Kabupaten Kepulauan Sitaro, termasuk Pulau Siau, masuk melalui hubungan dagang dengan Kerajaan Ternate. Leluhur orang Sitaro dahulu sering berlayar ke Ternate untuk berdagang dan ketika pulang mereka membawa bibit pala.

Dalam buku Persyaratan Indikasi Geografis Pala Siau, disebutkan bahwa Kerajaan Siau didirikan pada 1510 oleh Raja Lokongbanua II (1510-1549). Pada kurun waktu tertentu, kerajaan ini sempat tunduk dan menjadi bagian wilayah Kesultanan Ternate.

Keadaan ini diduga berpengaruh terhadap mobilitas penduduk dari Pulau Siau ke daerah Maluku dan sebaliknya. Bibit tanaman pala menjadi bagian barang yang dibawa ketika pulang dari Ternate dan kemudian ditanam di pulau tersebut. Dalam perkembangnya, pala yang tumbuh di Siau menghasilkan buah pala yang kualitasnya lebih baik dibandingkan pala tempat asalnya.

Pala A (Premium) atau istilah Internasionalnya Siau Nutmeg | Foto: instagram/agatha_1909
info gambar

Kepala Kerja sama Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia, Brunei Darussalam, dan ASEAN, Franck Viault, menuturkan bahwa pala bahkan memainkan peran penting dalam perdagangan bilateral antara Indonesia dan Uni Eropa. Tak hanya digunakan untuk memasak tapi juga dalam industri lain, seperti kosmetik dan kesehatan.

"Hampir semua negara di Eropa seperti Jerman dan Italia mengimpor pala dari Indonesia. Anda bisa menemukan pala di hampir seluruh dapur warga Eropa," sebutnya dikutip dari Liputan6.com.

Oleh sebab itu, Uni Eropa mengharapkan Indonesia tetap memproduksi pala dengan kualitas terbaik. Sebab, permintaan rempah-rempah jenis ini di waktu mendatang tidak akan pernah surut.

Keunggulan pala Kepulauan Siau yang terkenal dengan nama internasional Siau Nutmeg ini antara lain karena aroma dan mutu minyak yang khas, sehingga disukai oleh konsumen dalam dan luar negeri.

Pala Siau memiliki kandungan minyak terbanyak dibandingkan daerah lain, yaitu 80-100 persen. Sedangkan pala daerah lain hanya 50-70 persen. Kandungan minyak asiri pada biji pala Siau mencapai 2,39 persen, sementara kandungan minyak asiri pada fulinya mencapai 17,27 persen.

Keunggulan lainnya adalah aroma dan biji pala yang hampir bulat sempurna tanpa kerut. Aroma pala Siau disebabkan tingginya zat miristisin dibandingkan dengan pala daerah lain. Zat miristisin biji pala Siau mencapai 13,19 persen, sedangkan pala Banda hanya 11 persen. Kandungan minyak atsiri pada fulinya pun terbilang tinggi, yakni mencapai 30,39 persen.

Kabid Pertanian dan perkebunan Dinas Pertanian Fonne Katuhu mengatakan faktor yang membuat hasil pala Siau berbeda karena pala tumbuh di tanah vulkanis di kaki gunung Karangetang.

Pala Siau memang memiliki keistimewaan tersendiri. Dibandingkan pala dari daerah lain di Indonesia, kualitas dan ciri pala Siau berbeda. Saat ini pala Siau merupakan satu-satunya komoditas pala di Indonesia yang sudah mendapat sertifikat indikasi geografis (SIG), yaitu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang yang karena faktor lingkungan geografis memberikan ciri dan kualitas tertentu pada barang yang dihasilkan.

Kandungan zat miristisin dalam pala Siau cukup tinggi, yakni 13,19 persen, melebihi kandungan miristisin pala Banda, 11 persen. Spesifikasi zat miristisin pala Siau itu juga berbeda dengan pala Tagulandang yang hanya berjarak 48 kilometer dari Pulau Siau.

Tanaman pala Siau akhirnya menjadi satu-satunya komoditas pala di Indonesia yang mendapat pengakuan indikasi geografis atau tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang yang karena faktor lingkungan geografis memberikan ciri dan kualitas tertentu pada barang yang dihasilkan. Karena itu, pala Siau perlu mendapat perlindungan khusus.

Produksi pala Siau rata-rata 2.000-4.000 ton per tahun. Pala Siau menjadi komoditas andalan Indonesia dan menguasai sekitar 60 persen pasar dunia. Pasar tujuan ekspor pala Siau terbesar adalah Eropa, Jepang, Korea Selatan, Vietnam, dan Singapura.*

Sumber: Jalur Rempah Nusantara | Magma Indonesia | Liputan6 | Mongabay Indonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini