Benteng Terakhir Keragaman Alam yang Unik, Satu-satunya yang Tersisa di Dunia

Benteng Terakhir Keragaman Alam yang Unik, Satu-satunya yang Tersisa di Dunia
info gambar utama

Tidak ada tempat yang seperti ini. Kawasan seluas 2.6 juta hektar ini adalah benteng pertahanan terakhir atas keragaman alam yang unik, satu-satunya yang tersisa di dunia. Di kawasan yang terletak di 2 propinsi di pulau Sumatera ini, hiduplah badak sumatera, harimau sumatera, beruang madu, gajah sumatera, kambing hutan, dan orangutan sumatera, hidup berdampingan , berbagi ruang hidup yang sama. Inilah salah satu sistem hutan terlengkap di dunia, namun amat jarang diketahui..inilah juga sumber oksigen yang sangat penting bagi planet ini.

Kata para ahli "Jika Amazon adalah Paru-Paru Dunia, Tempat ini adalah Jantungnya" seperti dilansir USNews.com.

Harimau Sumatera di Leuser | Mongabay.com
info gambar

Inilah Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) merupakan salah satu wilayah konservasi paling penting di muka bumi. Terletak di dua provinsi Aceh dan Sumatera Utara ini begitu kaya akan keanekaragaman hayati. Kawasan ini ini terbentang di 13 Kabupaten (Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Aceh Singkil, Subulussalam, Aceh Tenggara, Gayo Lues, Aceh Tengah, Bener Meriah, Aceh Utara, Aceh Timur, dan Aceh Tamiang) di Provinsi Aceh dan 4 Kabupaten Langkat, Dairi, Karo dan Deli Serdang di Sumatera Utara.

Badak Sumatera | leuser-conservation.blogspot.com
info gambar

Dengan topografi yang dramatis membuat fungsi ekosistemnya sebagai sistem pendukung kehidupan lebih dari empat juta orang yang tinggal di daerah sekitarnya. Ekosistem ini merupakan tempat perlindungan terbesar dari hutan hujan Malesian yang belum terganggu di dunia. Leuser juga merupakan hutan hujan yang memiliki beragam satwa dan sangat dikenal di dunia ilmu pengetahuan, seperti spesies mamalia, burung, reptil, ikan, invertebrata lainnya, tanaman dan organisme lain.(Wikipedia)

Leuser juga memiliki jumlah fauna terbanyak di kawasan Asia. Ekosistem ini merupakan rumah bagi 105 spesies mamalia, 382 spesies burung, dan setidaknya 95 spesies reptil dan amfibi (54% dari fauna terestrial Sumatera). Hutan ini dianggap sebagai tempat terakhir di Asia Tenggara yang memiliki ukuran dan kualitas yang cukup untuk mempertahankan populasi spesies-spesies langka, termasuk harimau sumatera, orangutan sumatra, badak sumatra, gajah sumatera, dan macan tutul.

Orangutan Sumatera | libregraphics.asia
info gambar

Taman Nasional Gunung Leuser (792.675 Ha) ditetapkan melalui SK Menteri Kehutanan pada Tanggal 23 Mei 1997 (KepMenHut No. 276/Kpts-VI/1997), sementara ekosistem Leuser dilindungi melalui Keputusan Presiden No. 33 Tahun 1998 tentang Pengelolaan Kawasan Ekosistem Leuser.

Taman Nasional Gunung Leuser merupakan salah satu yang ditetapkan oleh UNESCO sebagai Cagar Biosfir. Berdasarkan kerjasama Indonesia-Malaysia, juga ditetapkan sebagai “Sister Park” dengan Taman Negara National Park di Malaysia. Taman Nasional Gunung Leuser merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan pantai, dan hutan hujan tropika dataran rendah sampai pegunungan. Hampir seluruh kawasan ditutupi oleh lebatnya hutan Dipterocarpaceae dengan beberapa sungai dan air terjun.

Topografi

Berdasarkan ketinggian di atas permukaan laut, ekosistem di kawasan ini dibedakan menjadi:

1.Pantai dan Hutan Rawa

Di belakang pantai di Kluet (TNGL) tumbuh pohon dari jenis Casuarina, lalu di belakangnya lagi ada hutan rawa, pohon-pohon yang ada di hutan rawa ini adalah Myristica sp, Dyrobalanops aromatic, Nitung palem.

Lebatnya Leuser, melimpahnya oksigen bagi manusia | sukmadede.com
info gambar

2.Hutan Hujan Dataran Rendah

Pada tanah yang kurang subur dan lereng yang agak curam di dominasi oleh pohon yang keras dari family Dipterocarpaceae dan pada lereng yang relative datar serta tanah yang lebih subur dan di samping aliran sungai memiliki tanaman bamboo yang besar, tanaman pencekik, durian, mangga, rambutan, citrus, dan tanaman eksotik seperti pungeh dan puntoh. Rafflesia dan Rhizantes hidup di lantai hutan ini.

3.Hutan Sub Montana (1000 – 1500 mdpl)

Pepohonan lebih kecil dan padat, lebih banyak cahaya yang masuk.

4.Hutan pegunungan (> 1500 mdpl)

Tipe tanah yang ada bersifat asam yang ditumbuhi oleh flora seperti anggrek, Rhododendron, semak-semak dan tanaman yang bermacam-macam warna.

5.Sub Alphine (> 2000 mdpl)

Didominasi oleh tanaman bunga dan tumbuhan obat.

Flora

Van Steenis membagi wilayah tumbuh-tumbuhan di TNGL atas 4 zona, yaitu:1. Zona Tropika (termasuk zona Colline, terletak 500 – 1000 mdpl)

Zona tropika merupakan daerah berhutan lebat ditumbuhi berbagai jenis tegakan kayu yang berdiameter besar dan tinggi sampai mencapai 40 meter. Pohon tersebut digunakan sebagai pohon tumpangan dari berbagai tumbuhan jenis liana dan epifit yang menarik seperti anggrek dan lainnya.

2. Zona peralihan dari zona tropika ke zona Colline dan zona sub-montana

Ditandai dengan semakin banyaknya jenis tanaman berbunga indah dan berbeda jenis karena perbedaan ketinggian. Semakin tinggi suatu tempat maka pohon semakin berkurang, jenis liana mulai menghilang dan makin banyak dijumpai jenis rotan berduri.

3. Zona Montana (termasuk zona sub-montana, terletak 1000 – 1500 mdpl)

Zona Montana merupakan hutan montana. Tegakan kayu tidak lagi tertlalu tinggi hanya berkisar antara 10 – 20 meter. Tidak terdapat lagi jenis tumbuhan liana. Lumut banyak menutupi tegakan kayu atau pohon. Kelembaban udara sangat tinggi dan hampir setiap saat tertutup kabut.

4. Zona Sub-Alphine (2900 – 4200 mdpl)

Zona sub alphine merupakan zona hutan ercacoid dan tidak berpohon lagi. Hutan ini merupakan lapisan tebal campuran dari pohon-pohon kerdil dan semak-semak dengan beberapa pohon berbentuk paying (family Ericaceae) yang menjulang tersendiri serta beberapa jenis tundra, anggrek dan lumut.

Diperkirakan ada sekitar 3.500 jenis flora.Terdapat tumbuhan langka dan khas yaitu daun payung raksasa (Johannesteijsmannia altifrons), bunga raflesia (Rafflesia atjehensis dan R. micropylora) serta Rhizanthes zippelnii yang merupakan bunga terbesar dengan diameter 1,5 meter. Selain itu, terdapat tumbuhan yang unik yaitu ara atau tumbuhan pencekik.

Fauna

Kawasan ekosistem Leuser (KEL) merupakan habitat dari berbagai jenis mamalia, burung, reptile, amphibi, ikan dan invertebrate. Untuk jenis mamalia dan/primata Taman Nasional Gunung Leuser memiliki 130 jenis mamalia atau sepertiga puluh dua dari keseluruhan jenis mamalia yang ada di dunia atau seperempat dari seluruh jumlah jenis mamalia yang ada di Indonesia. Diantaranya yang paling menonjol adalah Mawas/orang-utan sumatera (Pongo pygmaeus abelii), Sarudung/owa (Hylobates lar), Siamang (Hylobates syndactilus syndactilus), Kera (Macaca fascicularis), Beruk (Macaca nemestriana) dan Kedih (Presbytis thomasi). Untuk jenis satwa carnivora seperti Macan dahan (Neofelis nebulosa), Beruang (Helarctos malayanus), Harimau sumatera (Panthera tigris Sumatraensis). Jenis satwa herbivora seperti Gajah (Elephas maximus), Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatraensis), Rusa (Cervus unicolor).

Jenis satwa Aves/burung , diperkirakan ada sekitar 325 jenis burung di Taman Nasional Gunung Leuser atau sepertiga puluh dari jumlah jenis burung yang ada di dunia. Diantaranya yang paling menonjol adalah Rangkong Badak (Buceros rhinoceros).

Jenis fauna Reptilia dan Amphibia didominasi oleh jenis fauna ular berbisa dan Buaya (Crocodillus sp). Untuk fauna jenis Pisces yang menarik adalah Ikan Jurung (Tor sp), yang merupakan ikan khas Sungai Alas dan dagingnya terkenal akan kelezatannya serta bisa mencapai panjang 1 meter. Sedangkan jenis fauna Invertebrata, didominasi oleh Kupu-kupu.

Diperkirakan ada sekitar 89 jenis satwa yang tergolong langka dan dilindungi ada di hutan Taman Nasional Gunung Leuser di samping jenis satwa lainnya. Satwa langka dan dilindungi yang terdapat di taman nasional ini antara lain:

  • Mawas/Orang Utan (Pongo pygmaeus abelii)
  • Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis)
  • Harimau loreng Sumatera (Panthera tigris sumatrae)
  • Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus)
  • Beruang Madu (Helarctos malayanus)
  • Burung Rangkong Papan (Buceros bicornis)
  • Anjing Ajag (Cuon Alpinus)
  • Siamang (Hylobates syndactylus syndactylus)
  • Kambing hutan (Capricornis sumatraensis)
  • Rusa Sambar (Cervus unicolor)

Tempat terakhir di muka bumi ini kini tengah mengalami ancaman berkurangnya lahan akibat konversi lahan menjadi berbagai fungsi ekonomi. Indonesia, dan planet ini..harus mampu mempertahan kelestarian Leuser.

Whatever it takes! Salam lestari

Sumber : tfcasumatera.org | ran.org | npr.org | wikipedia.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini