Anak Bangsa Inisiasi Museum Covid-19 "CoronaMemory.id"

Anak Bangsa Inisiasi Museum Covid-19 "CoronaMemory.id"
info gambar utama

Pernah berpikir bagaimana ketika flashback ke saat-saat pandemi ini setahun, lima tahun, sepuluh tahun, atau bahkan lima puluh tahun mendatang? Apa yang bisa kita pelajari dari Pandemi Flu Spanyol pada tahun 1918-1920?

Seorang praktisi museum independen, Salsabilla Sakinah, tergerak untuk meluncurkan sebuah project nirlaba untuk mengumpulkan memori dan dokumentasi terkait peristiwa pandemi Coronavirus Covid-19 serta dampaknya bagi kehidupan manusia di Indonesia saat ini, yang bernama CoronaMemory.id.

Tujuan CoronaMemory.id adalah agar memori tersebut dapat dipreservasi untuk ditampilkan kembali di masa depan sebagai bagian dari jejak sejarah dan pembelajaran bagi generasi berikutnya.

Pandemi Flu Spanyol 1918-1920 dan Pandemi Covid-19 2019-2020. Foto: Globalnews.ca
info gambar

“Inspirasinya berawal dari viralnya foto-foto pas wabah flu spanyol, yang menunjukkan bahwa kehidupan orang-orang di masa pandemi 100 tahun yang lalu juga banyak kemiripan dengann kehidupan kita sekarang (pake masker, stay at home, dll),” ujar lulusan S2 Museum Practice, Newcastle Unviersity, Inggris ini.

“Jadi terinspirasi untuk ngumpulin memori peristiwa ini biar bisa jadi pelajaran di masa depan, sama kayak foto-foto pandemi flu spanyol jadi pelajaran buat kita sekarang.”

Diluncurkan pada tanggal 18 Mei 2020 bertepatan dengan Hari Museum Internasional, konsepnya memang berawal dari ide akan sebuah Museum Covid-19, yang mengumpulkan, mengelola, dan menampilkan koleksi dan cerita tentang how does this pandemic affect our life.

Foto: Coronamemory.id
info gambar

Koleksi yang ditampilkan merupakan foto, video, dan narasi cerita yang berasal dari kiriman publik atau masyarakat. Ruh dari project ini adalah partisipasi publik: bagaimana kita bisa bersama-sama mencatat sejarah, merekam dan mengumpulkan memori peristiwa besar yang sedang kita jalani saat ini. Siapapun dapat berkontribusi mengirimkan ceritanya, tidak ada persyaratan yang harus dipenuhi selain harus berkaitan dengan tema bagaimana pandemi ini mempengaruhi kehidupan kita.

Memori dan dokumentasi yang terkumpul selanjutnya akan dikurasi dan dikelompokkan berdasarkan kategori-kategori tertentu seperti at healthcare, social, work-life, study-life, dan lifestyle. Cerita yang masuk sampai saat ini cukup beragam, mulai dari cerita bagaimana keseharian tenaga kesehatan di fasilitas Kesehatan; cerita dari mantan pasien suspect Covid-19 dan mereka yang dikarantina saat menunggu hasil tes swab; cerita tentang bagaimana ritme pekerjaan dan persekolahan yang jadi terpaksa berubah.

Foto: Coronamemory.id
info gambar

Ada pula cerita tentang nurani dan jiwa sosial yang tidak mati di masa pandemi; cerita tentang perpisahan, kehilangan orang tua, dan mimpi yang tertunda; cerita tentang Idul Fitri tahun ini yang tidak sama; sampai cerita tentang persiapan menghadapi fase new normal.

“Kami merasa terhormat karena berarti kami dipercaya utk merekam memori mereka, yang berat sekalipun,” ujarnya Salsabilla.

Dalam project ini, Salsabilla banyak berdiskusi dengan sesama pemerhati kearsipan mengenai konsep dan publikasinya.

Foto: Coronamemory.id
info gambar

Untuk saat ini, koleksi yang dikumpulkan masih berupa dokumentasi digital saja dan ditampilkan di dunia maya sebagai museum virtual. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa ke depannya nanti, project ini juga akan ada bentuk fisiknya.

Harapannya lebih banyak orang dari lebih beragam kalangan yg berpartisipasi dgn menjadi kontributor, sehingga memori kolektif yang dikumpulkan di sini bisa benar-benar menjadi gambaran kehidupan di Indonesia selama pandemi ini,

Pameran koleksi dan cara berkontribusi ke project ini dapat dilihat di Instagram @coronamemory.id atau website www.coronamemory.id.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Indah Gilang Pusparani lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Indah Gilang Pusparani.

Terima kasih telah membaca sampai di sini