Sejarah Hari Ini (19 Juni 1861) - Sultan Hidayatullah Halau Serangan Belanda di Gunung Pamaton

Sejarah Hari Ini (19 Juni 1861) - Sultan Hidayatullah Halau Serangan Belanda di Gunung Pamaton
info gambar utama

Sultan Hidayatullah Halil Illah bin Pangeran Ratu Sultan Muda Abdurrahman, atau lebih dikenal sebagai Pangeran Hidayatullah atau Sultan Hidayatullah II adalah salah seorang pemimpin Perang Banjar yang lahir di Martapura pada 1822 dan meninggal di Cianjur, Jawa Barat, pada 24 November 1904..

Berkat jasa-jasa kepada bangsa dan negara dalam memerangi kolonialisme Belanda, namanya dianugerahi Bintang Mahaputera Utama oleh pemerintah Republik Indonesia pada 1999.

Salah satu peristiwa pertikaian Sultah Hidayatullah dengan Belanda terjadi pada bulan Juni 1861.

Saat itu Sultan Hidayatullah berada di Gunung Pamaton yang kini terletak di wilayah Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.

Rakyat Gunung Pamaton menyambut kedatangan Sultan Hidayatullah dan rakyat membuat benteng pertahanan sebagai usaha mencegah serangan Belanda yang akan menangkapnya.

Sementara itu Sultan Hidayatullah berunding dengan Mufti di Martapura.

Pangeran Hidayatullah yang juga bergelar Sultan Hidayatullah II.
info gambar

Perundingan pertama diadakan di Kalampayan dan yang kedua di kampung Dalam Pagar.

Dalam perundingan itu disepakati rencana akan melakukan serangan umum terhadap kota Martapura.

Para penghulu dan alim ulama akan mengerahkan seluruh rakyat melakukan jihad perang sambil mengusir Belanda dari bumi Banjar.

Serangan umum ini direncanakan dilakukan pada tanggal 20 Juni 1861, tetapi rencana itu bocor ke tangan Belanda.

Oleh karena itu 19 Juni 1861 Belanda secara tiba-tiba menyerang benteng Gunung Pamaton tempat pertahanan Sultan Hidayatullah.

Dengan bermodalkan persenjataan sederhana, serangan Belanda itu dapat digagalkan di mana banyak korban berasal dari pihak Belanda.

Sementara itu di kampung Kiram, tidak jauh dari Gunung Pamaton dan di daerah Banyu Irang, Pambakal Intal dan pasukan Tumenggung Gumar telah berhasil menghancurkan kekuatan Kopral Neyeelie.

Mayat-mayat pasukan Belanda ini dihanyutkan di sungai Pasiraman. Pambakal Intal berhasil menguasai senjata serdadu Belanda ini.

Bupati Banjar, Raja Muda H. Khairul Saleh saat meresmikan prasasti Gunung Pamaton.
info gambar

Perisitiwa ini kemudian dituliskan dalam sebuah prasasti yang bisa ditemui di Gunung Pamaton yang kini menjadi objek wisata di Banjar.

Bupati Banjar, Raja Muda H. Khairul Saleh, meresmikan prasasti ini pada tanggal 7 Desember 2011.

Referensi: Koranmakassarnews.com | Disbudpar.Banjarkab.go.id | De Oostpost | Willem Adriaan Rees, "De bandjermasinsche krijg van 1859-1863: met portretten, platen en een terreinkaart"

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini