Meningkatkan Jiwa Patriotisme Pemuda Indonesia Lewat Masa Lalu

Meningkatkan Jiwa Patriotisme Pemuda Indonesia Lewat Masa Lalu
info gambar utama

Dalam menyongsong ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-75, Komunitas Historia Indonesia yang bekerja sama dengan Rumah Millenials dan GNFI menggelar bincang santai via zoom dan Youtube pada Senin (13/7/2020). Acara tersebut bertajuk "Patriot-Is-Me, Karena Masa Lalu yang Mengubah Masa Depan".

Bincang santai ini dipandu oleh pendiri Komunitas Historia Indonesia, Asep Kambali. "Kemerdekaan adalah kesempatan. Kesempatan untuk bermimpi hingga jadi kenyataan dan kesempatan untuk berkarya tanpa batas," ucap Asep dalam pembukaan acara, yang mengutip Buku Panduan HUT RI Ke-75.

Ada pun narasumbernya ialah Fahd Pahdepie yang merupakan seorang penulis, pengusaha, dan aktivis. Fahd merupakan salah satu dari 20 pemimpin muda berpengaruh versi Australia-ASEAN Emerging Leaders Program.

Sekilas Profil Fahd Pahdepie

Fahd Pahdepie, lahir di Cianjur 22 Agustus 1986, adalah seorang penulis, pengusaha, dan aktivis. Fahd merupakan salah satu dari 20 pemimpin muda berpengaruh versi Australia-ASEAN Emerging Leaders Program.

Fahd terlahir sebagai anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Adang Hambali dan Ai Khadijah. Ia menghabiskan masa kecilnya di Bandung, Jawa Barat.

Selepas SD di tahun 1999, Fahd melanjutkan pendidikan di Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah, Garut, hingga lulus SMA di tahun 2005. Setelah dari Garut, ia merantau ke Yogyakarta untuk kuliah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta jurusan Ilmu Hubungan Internasional. Kemudian pada 2014, Fahd melanjuti S2-nya di Monash University, Australia, mengambil jurusan Master of International Relations.

Sebagai penulis Fahd telah menerbitkan banyak buku best-seller, di antaranya Hidup Berawal dari Mimpi (2011), Rumah Tangga (2015), SehidupSesurga (2016), Jodoh (2016), dan Hijrah Bang Tato (2017). Bukunya yang terakhir berjudul Muda, Berdaya, Karya Raya (Republika, 2019), menginspirasi ribuan orang di seluruh Indonesia. Sebelumnya, pada Ttahun 2010, ia mendapatkan Ahmad Wahib Award dari Yayasan Paramadina dan Hivos Foundation Belanda atas komitmennya untuk toleransi dan kebebasan beragama.

Fahd Pahdepie
info gambar

Setelah lulus dari Monash University, Australia, pada 2015, Fahd memutuskan untuk terjun ke dunia usaha. Saat ini ia memimpin berbagai unit bisnis termasuk Digitroops Indonesia (PT Dua Rajawali Teknologi Indonesia) yang bergerak di bisnis digital dan advertising, PT Umrah Leadership Series, PT Visi Matahari Pagi yang membawahi sejumlah café, barbershop, dan co-working space, dan lainnya.

Selain itu, Fahd juga banyak terlibat di berbagai kegiatan sosial, filantropi, dan aktivisme. Ia juga kerap menjadi pembicara di berbagai forum nasional dan Internasional. Tahun 2017 ia menggagas Gerakan Umrah Gratis yang memberangkatkan banyak kaum dhuafa untuk berumrah secara gratis melalui program crowdfunding. Tahun 2018, ia menyelenggarakan tur keliling Indonesia melalui platform diskusi anak muda bernama Revolusi Kedai Kopi.

Masa Lalu Bahan Bakar untuk Masa Depan

Kesuksesan sebagai pengusaha muda tidak digapai Fahd dengan instan. Sama seperti kebanyakan orang, Fahd melewati masa-masa pahit, baik itu lewat perjuangan keras dari orang tuanya sampai kegagagan yang ia alami pada dirinya sendiri.

Mengenyam pendidikan tinggi, meningkatkan kualitas karier, hingga membuat organisasi yang merangkul banyak orang, adalah bentuk perjuangan dan pengorbanan Fahd dalam kehidupan. Fahd menegaskan, perjuangannya dan rasa jiwa patriot yang diaplikasikannya dalam kehidupan dilakukannya untuk tidak menyerah pada nasib.

''Kalau kita melihat diri kita seperti dalam film superhero, kita pasti punya kekuatan dalam diri kita apapun itu yang bisa mendefinisikan ulang siapa diri kita. Jiwa patriot itu adalah ketidakmenyerahan kita untuk menemukan kekuatan itu,'' terang Fahd yang menekankan masa lalu bisa menjadi bahan bakar menggapai masa depan yang cerah.

Fahd yang merupakan mantan Pegawai Negeri Sipil (PNS) di LIPI berharap para pemuda Indonesia bisa lebih bersinergi. "Saya merasa yang terpenting bukan titelnya apa, tetapi perannya apa dalam sebuah narasi besar. Saya merasa anak-anak muda sudah keren dengan bidangnya masing-masing, tetapi sayangnya kita tidak terhubung satu sama lain. Kita tidak membangun sebuah gerbong, sebuah blok kesejarahan kita."

''Dulu Sukarno, Hatta, Syahrir, dan Tan Malaka berpikir blok kesejarahan. Begitu pula mahasiswa tahun 1998. Hari ini kita mesti membuat blok kesejarahan kita lewat berkolaborasi bukan berkompetisi. Kita mesti berpikir menjadi signifikan buat bangsa ini dengan cara kita masing-masing,'' ucapnya.

Fahd juga mengingatkan filosofinya yang bisa diterapkan banyak orang. Menurutnya, hidup memang harus memiliki tujuan, tetapi harus dijalani dengan menyenangkan seperti bermain.

''Kita bermain saja sebenarnya, seberapa hebat dalam bermain. Karena hidup ini permainan – kata agama kan juga begitu 'hidup ini adalah permainan dan senda gurau belaka' – jadi kita harus enjoy. Masalahnya filosofi hidup adalah permainan ini kita sering salah paham, karena tidak ada satu pun permainan di dunia yang bisa dimenangkan dengan cara main-main. Jadi mesti serius, fokus,'' kata Fahd lagi.

Selain menceritakan perjuangan dan filosofi hidupnya, Fahd juga memaparkan bagaimana caranya ia mengatur waktu di tengah kesibukan. Fahd memberikan tips, jangan lepas dari atensi utama dan jangan membandingkan diri dengan orang lain.

''Berhentilah me-manage waktu dan mulailah me-manage atensi,'' pungkasnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini