Sejarah Hari Ini (15 Juli 1985) - Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama

Sejarah Hari Ini (15 Juli 1985) - Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama
info gambar utama

Bangunan Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama berdiri di atas tanah seluas 778 m2 dari keseluruhan luas yang dimiliki museum yaitu 10.000 m2.

Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama berlokasi di Desa Banten, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Provinsi Banten, sekitar 12 km ke arah utara dari kota Serang.

Akses ke museum bisa dicapai dengan kendaraan pribadi baik roda dua ataupun roda empat, atau kendaraan umum angkutan kota jurusan Karangantu dari terminal Pakupatan, Serang.

Museum ini didirikan pada 1984 dan diresmikan pada 15 Juli 1985 oleh Direktur Jenderal Kebudayaan yang kala itu dijabat Prof. DR. Haryati Soebadio.

Ada pun maksud didirikannya museum situs ini ialah antara lain sebagai pusat informasi bagi pengunjung yang ingin mencari dan menggali berbagai peristiwa sejarah yang pernah terjadi di kawasan Banten Lama; sebagai tempat untuk menyajikan berbagai tinggalan arkeologi yang terkait dengan Banten Lama di masa lalu; sebagai laboratorium pusat studi sejarah perkembangan Islam di Indonesia; serta sebagai media untuk sumber inspirasi dan tempat rekreasi.

Di museum ini pengunjung diajak untuk bernostalgia dengan melihat beberapa tinggalan arkeologis yang ditemukan di kawasan Banten Lama.

Koleksi Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama terbagi atas koleksi asli dan replika.

Untuk koleksi yang paling terkenal ialah Meriam Ki Amuk dan alat penggiling lada.

Meriam Ki Amuk terbuat dari tembaga dengan panjang sekitar 2,5 meter.

Meriam ini merupakan hasil rampasan dari tentara Portugis yang berhasil dikalahkan tentara Belanda.

Konon Meriam Ki Amuk memiliki kembaran yaitu Meriam Si Jagur yang tersimpan di Museum Fatahillah, Jakarta.

Sedangkan alat penggilangan lada terbuat dari batu padas yang sangat keras telah hancur menjadi beberapa baguan.

Pada zaman dulu, Banten memang dikenal sebagai penghasil lada yang menyebabkan Belanda datang untuk memonopoli produksi dan perdagangan lada.

Terdapat juga koleksi dalam bentuk diorama, dan maket, arkeologika, keramologika, numismatika/heraldika, etnografika, dan seni rupa.

Koleksi arkeologika antara lain terdiri dari kapak batu, arca nandi, genteng berbagai bentuk dan ukuran, memolo/hiasan atap bangunan/pemuncak, tegel, dan pagar besi berhias.

Terdapat juga koleksi keramologika karena Banten pada masa lalu memiliki industri gerabah yang cukup banyak.

Hasil produksi terdiri dari peralatan rumah tangga, unsur bangunan, dan kowi (wadah pelebur logam).

Koleksi numismatika menjadi salah satu andalan museum ini karena Banten pada masa lalu sudah mampu membuat uang sendiri.

Selain koleksi mata uang Banten, terdapat juga berbagai jenis koleksi mata uang asing seperti caxa (Cina), mata uang VOC, mata uang Inggris, dan Tael.

Salah satu sudut di Museum Situs Banten .
info gambar

Koleksi etnografika cukup mengundang perhatian pengunjung karena Banten pada masa lalu juga sudah mampu membuat kain dan pakaian sendiri.

Terbukti dengan beberapa koleksi peralatan tenun dan pakaian. Koleksi etnografika juga diisi dengan berbagai jenis senjata dan laat-alat kesenian.

Koleksi seni rupa lebih diarahkan pada diorama dua dimensi yang menggambarkan kondisi Banten terutama pada masa kerajaan, seperti lukisan pelabuhan Banten, Pasar Karangantu, dan lukisan para sultan yang pernah menjabat.

Referensi: Kebudayaan.Kemdikbud.go.id | Abang Erwin, Gagas Ulung, Lilly, "Tanjung Lesung Pintu Gerbang Krakatau Ujung Kulon"

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini