Sejarah Hari Ini (2 Agustus 1997) - Pertama di Asia, Museum Timah Indonesia

Sejarah Hari Ini (2 Agustus 1997) - Pertama di Asia, Museum Timah Indonesia
info gambar utama

Selain keindahan laut dan pantainya, Kepulauan Bangka Belitung juga menyimpan sejarah pertambangan timah terbesar.

Kegiatan pertambangan timah sudah lama dilakukan bahkan sebelum Indonesia merdeka.

Kekuatan Bangka Belitung di sektor timah lambat laun digeserkan menjadi sektor pariwisata.

Dari berbagai peninggalan sejarah pertambangan timah yang ada, pemerintah setempat kemudian membuat Museum Timah Indonesia yang berlokasi di Jalan Jenderal Ahmad Yani no. 17, Pangkalpinang, Bangka.

Museum Timah Indonesia didirikan pada tahun 1958 dengan tujuan mencatat sejarah pertimahan di Bangka Belitung dan memperkenalkannya pada masyarakat luas.

Pendirian museum ini berawal tahun 50-an ketika saat itu dalam kegiatan penambangan banyak ditemukan benda-benda tradisional yang digunakan oleh penambang zaman dahulu, utamanya zaman Belanda.

Pada 2 Agustus 1997, museum ini diresmikan sebagai museum terbuka untuk umum.

Museum Timah Indonesia termasuk dalam wilayah Kecamatan Taman Sari dan berjarak kurang lebih 500 meter dari kantor pusat PT Timah di Jalan Sudirman.

Dari Bandara Depati Amir, Museum Timah berjarak sekitar 3 kilometer atau 30 menit perjalanan menggunakan mobil.

Museum ini memakai gedung bekas tempat tinggal karyawan perusahaan Banka Tin Winning Bedrijf (BTW), perusahaan timah Belanda yang sudah ada sejak sekitar awal abad ke-20.

Bangunan yang bertuliskan Househill di atas teras pintu masuk ini telah banyak berubah, kamar-kamar telah dihilangkan menjadi ruang-ruang tanpa sekat guna menyimpan koleksi museum.

Di halaman depan Museum Timah Indonesia terlihat sebuag lokomotif tua yang dulu berfungsi sebagai pembangkit listrik.

Masih di area yang sama, bisa ditemukan belasan mangkuk raksasa yang dalam kegiatan pertambangan digunakan sebagai tempat melebur bijih timah.

Memasuki kawasan museum, tampaklah bor Bangka yang terlihat klasik.

Alat tersebut merupakan peninggalan zaman Belanda yang digunakan dalam kegiatan pertambangan timah tempo dulu.

Bor ini dibuat pada tahun 1885 oleh A.J. Akeringa, seorang ahli geologi perusahaan BTW.

Selain koleksi peninggalan sejarah pertambangan timah, museum ini juga menyimpan kisah sejarah perjuangan tokoh nasional.

Pada 6 Februari 1949, rumah ini menjadi tempat tinggal para pemimpin RI yang diasingkan pihak Belanda, di antaranya Presiden Sukarno dan Menteri Luar Negeri Haji Agus Salim.

Pada tahun 2010 silam, melihat besarnya jumlah kunjungan wisatawan ke museum Timah akhirnya dilakukanlah rehabilitasi, mulai dari renovasi tata letak sehingga lebih fokus pada pertambangan

Beragam koleksi materi yang ada di dalam museum juga ditambah sehingga alur sejarah pertambangan menjadi semakin tampak.

Komitmen PT Timah Tbk untuk memajukan museum ini juga tampak dari kerja sama yang dijalin dengan pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota melalui dinas pariwisata dan dinas pendidikan.

Dana yang dikucurkan untuk operasional museum juga cukup besar Rp 30-40 juta per bulan.

MURI memberikan penghargaan pada Museum Timah Indonesia pada 2018.
info gambar

Pada 2018, Museum Timah Indonesia dinobatkan oleh Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai museum timah pertama dan satu-satunya di Asia.


Referensi: Djkn.Kemenkeu.go.id | Tambang.co.id | Timah.com | Bangkatour.com | Dr Noto Pamungkas, et.al, "Tata Kelola Wisata Bekas Lahan Tambang" | Gagas Ulung, "Amazing Bangka Belitung" |

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini