C’est Beyrouth, It's Beirut

C’est Beyrouth, It's Beirut
info gambar utama

Ditulis oleh Ahmad Cholis Hamzah

*Penulis Senior Good News From Indonesia

Tidak ada kota yang di ibaratkan seperti Paris, kecuali Beirut ibu kota Libanon, karena memang statusnya pernah menjadi koloni Perancis pada Perang Dunia ke 2, Beirut menjadi pusat fashion di Timur Tengah, yang memiliki designer atau perancang pakaian kelas dunia seperti Elie Saab, Zuhair Murad dan Reem Acra jalanannya gemerlapan dipenuhi dengan café seperti di jalan-jalan di Paris seperti Champ Elysee dimana para wisatawan asing, intelektual, keluarga kaya dsb nongkrong. Kota yang terkenal dengan wanita dan pria yang cantik dan tampang, paduan Timur Tengah dan Eropa. Tak heran para orang kaya di negara-negara Arab seperti Saudi Arabia, Uni Emirat Arab dll kalau weekend memenuhi kota Beirut untuk plesir baik di kota maupun di pantainya. Memang Beirut menjadi salah satupilihan destinasi wisata terkemuka di Timur Tengah

Namun Beirut sebagai ibukota Libanon mengalami krisis berkepanjangan, dan disebut-sebut sebagai negara yang akan kolaps akibat perekonomannya yang merosot tajam, dan juga terkena pandemi virus corona.

“C’est Beyrouth” kata dalam bahasa Perancis atau “It’s Beirut” dalam bahasa Inggrisnya atau “Inilah Beirut” – sebagai dua kata yang menggambarkan kondisi kacau yang melanda sebuah tempat. Kekacauan demi kekacauan melanda Libanon, misalkan perang saudara tahun 1975-1990 yang diakibatkan perpecahan sektarian. Sistim politi negara yang membagi kekuasaan berdasarkan agama menjadi persoalan berkepanjangan. Kalau Presidennya dari Kristen maka Angkatan Perangnya dari Islam. Belum lagi pembunuhan – demi pembunuhan berlangsung karena sentiment politik pada periode 2005 sampai 2008; perang dengan Israel tahun 2006, pergolakan sipil yang menenaln jiwa di kota Tripoli tahun 2012.

Ledakan di Pelabuhan di Beirut | The Boston Globe
info gambar

Lalu pada hari Selasa tanggal 4 Agustus 2020 penduduk Beirut dikejutkan dengan ledakan besar yang meluluh lantakan kota. Ledakan yang dikabarkan berasal dari 2.750 ton bahan kimia Amonium Nitrat yang ditaruh digudang di pelabuhan selama bertahun-tahun telah membunuh 100 an warga dan ribuan yang luka-luka menyebabkan para dokter melakukan tindakan Triage dijalan-jalan. Namun Presiden Trump – berdasarkan laporan para jendralnya percaya bahwa itu adalah serangan bom, mungkin berdasarkan pada bentuk ledakan dan gumpalan asapnya seperti bom atom berupa cendawan, dan suara ledakannya yang sampai terdengar dari jarak jauh.

Libanon yang disebut sebagai negara yang hampir kolaps, sebenarnya sudah benar-benar kolaps kata banyak pengamat politik dan ekonomi.Bayangkan negara indah ini mengalami inflasi yang tinggi atau hyper- inflation, nilai mata uangnya turun 80%, Rumah Sakit kekuragan obat-obatan, pengangguran merajalela, perekonomian terhenti akibat hampir seluruh infrastruktur pelabuhan itu hancur karena ledakan tadi, padahal Libanon ini sangat tergantung pada impor (tidak hanya bahan makanan tapi juga obat-obatan) yang harus melewati pelabuhan itu. Perekonomian Libanon juga bertambah parah karena meluasnya pandemic corona, dimana kalau di laksanakan kebijakan lockdown akan menambah buruknya kondisi sosial ekonomi rakyat.

Kita bangsa Indonesia ini tentu juga mengalami banyak krisis sejak jaman penjajahan Belanda, perang kemerdekaan, berbagai pembrontakan dalam negeri, sampai pada era pergantian Orde, dari Orde Lama ke Orde Baru, jaman reformasi sampai saat ini. Kita juga mengalami meluasnya penyebaran pandemo corona yang belum tahu kapan berakhirnya, pertumbuhan ekonomi yang menurun (minus) dsb dsb.

Untungnya kita punya Pancasila, kita punya Bahasa yang sama yang mempersatukan Indonesia; namun perlu diingat kalau kita hanya berseteru soal-soal sektarian, suku, golongan; dan praktek-praktek korupsi masih dibiarkan; maka bisa jadi kita akan menjadi negara kolaps seperti Libanon.

Karena itu kita berdoa jangan sampai ada dua suku kata yang menggambarkan kekacauan tadi yaitu “C’est Indonesie” - Naudzubillah

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini