Naila Novaranti Raih Penghargaan MURI Usai Terjun Payung di 7 Benua

Naila Novaranti Raih Penghargaan MURI Usai Terjun Payung di 7 Benua
info gambar utama

"Untuk Anda, Naila Novaranti, ini rekor dunia dan bukan rekor Indonesia, karena sampai saat ini kami belum tahu ada seorang perempuan penerjun payung yang lebih banyak terjun seperti Anda. Kami belum tahu," seperti itulah ungkapan Pendiri MURI Jaya Suprana ketika memberikan penghargaan kepada Naila Novaranti lewat konferensi pers via Zoom di Jakarta, Senin (10/8/2020).

Ya, pelatih terjun payung Indonesia, Naila Novaranti, menerima piagam Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) atas prestasinya menaklukkan tujuh benua.

Butuh waktu satu setengah tahun tujuh benua ditaklukkan wanita kelahiran Jakarta pada 39 tahun yang lalu itu. Tak pelak dalam piagam MURI yang diterimanya, Naila Novaranti ditulis sebagai penerjun perempuan tercepat dan pertama di dunia yang menaklukkan tujuh benua.

Antartika, Ujian Terberat Naila

Pada 5 Desember 2019, Naila menjejakkan kaki di wilayah kutub selatan bumi, Antartika. Aksi terjunnya dibarengi dengan kibaran bendera merah putih yang dibawanya di atas Benua Antartika dari ketinggian 13.500 kaki (4.114 m). Sebelum aksi ini, pada 16 November 2018, Naila pernah menaklukkan ketinggian Gunung Everst di Nepal.

Antartika menjadi benua terakhir yang ditaklukkan Naila dan merupakan yang terberat dibandingkan benua lainnya. Alasan Naila tentu tak bisa lepas dari suhu dingin yang ekstrem dibandingkan enam benua yang sudah ditaklukkannya.

"Suhu di daratan Antartika saat itu minus 30 derajat dan di atas mencapai minus 50 derajat," kata Naila Novaranti dalam konferensi pers virtual. "Untuk melawan dingin, saya memakai baju hangat dan juga koyo. Saya memakai koyo karena saya orang Indonesia sejati," ujar Naila Novaranti sambil tertawa. "Kalau menggunakan penghangat biasa tidak mempan. Saya akhirnya memilih memakai koyo berlapis," tutur Naila menambahkan.

Naila Novaranti ketika di Antartika. Instagram/@skydive_7continent
info gambar

Di sisi lain, Jaya Suprana menilai Naila Novaranti telah membanggakan Indonesia terlebih statusnya sebagai penerjun perempuan. "Penerjun itu sudah luar biasa. Ini Naila adalah penerjun perempuan pertama dan tercepat yang berhasil menaklukkan tujuh benua," ujar Jaya Suprana. "Rekor ini akan menjadi miliki Naila sampai ada penerjun perempuan lain di dunia yang berhasil menaklukkan lokasi di dunia lebih banyak atau lebih cepat," jelas Jaya Suprana.

Naila, yang kini juga menjadi pelatih penerjun payung Komando Pasukan Khusus TNI (Kopassus), juga bersyukur dan mengungkapkan, penghargaan yang diberikan MURI berarti buat dirinya. Artinya, yang ia lakukan dengan menjalani latihan dan kerja keras untuk penerjun payung lainnya selama ini tidak sia-sia, meski ada saja kendala dan tantangannya.

"Saya berterima kasih sekali baik moral atau apapun terutama kepada Pen Kopassus yang selalu mengoreksi untuk foto-foto dan video kegiatan saya selama jadi penerjun dan atas dukungannya. Pada intinya untuk semua penerjun Indonesia saya berharap bisa turut memajukan penerjun Indonesia dan membawa nama Indonesia di kancah dunia," jelas Naila.

"Di Indonesia itu kendalanya untuk terjun payung adalah pesawat karena harus pinjam sana-sini. Jadi pesawat untuk terjun itu sangat sulit mencapai target ataupun mencari prestasi. Meski demikian tak menghalangi saya untuk terus mengukir prestasi," katanya lagi.

Menargetkan Kutub Utara

Naila yang dulunya bekerja sebagai sekretaris kantoran, tetapi kini beralih profesi menjadi penerjun payung masih belum berhenti bermimpi. Masih ada target-target lain yang ingin dituntaskan dirinya,

Sosok yang kini melatih terjun payung di 46 negara di dunia, baik pada kalangan sipil mau pun militer itu masih ingin terjun dan mendarat di tempat-tempat yang menantang. Langit kutub utara menjadi salah satu impiannya selanjutnya untuk ditaklukkan.

"Sampai saat ini wilayah paling utara di dunia masih New York. Ke depan, saya ingin mencoba terjun di kutub utara," ujar Naila.

Lewat kesempatan itu Naila juga menyuarakan uneg-unegnya. Menurutnya, fasilitas penerjun payung di Indonesia masihlah belum lengkap. Dari situ ia melihat kendala ini akan membuat penerjun payung nasional jadi sulit berkembang.

"Penerjun di Indonesia kesulitan berkembang karena fasilitas, terutama pesawat, kurang memadai. Kita harus pinjam dulu untuk bisa mencapai lokasi terjun yang kita inginkan," ucap Naila.

Lain daripada itu, Naila tetap berharap penuh dengan Indonesia. Ia berterima kasih atas dukungan sesama penerjun payung yang diberikan untuknya dan berharap bisa terus mengharumkan negara lewat terjun payung.

"Terima kasih untuk seluruh penerjun di Indonesia atas dukungan moral dan lainnya. Saya berharap bisa terus membawa nama baik Indonesia melalui terjun payung," ucap Naila Novaranti.

Sebelum menerima rekor MURI ini, Naila Novaranti sebenarnya sudah beberapa kali menerima penghargaan. Selain aksi terjun payung di tujuh benua dengan waktu tercepat yang baru ia raih, Naila sudah pernah diganjar penghargaan "Ikon Pancasila" dan predikat "Women of The Year 2019" versi Her World Indonesia.

Referensi: MURI.org | Kompas.com | Instagram.com/@skydive_7continent

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini