Bioskop Mobil Pertama di Jakarta Siap Obati Rasa Rindu Nonton ke Bioskop

Bioskop Mobil Pertama di Jakarta Siap Obati Rasa Rindu Nonton ke Bioskop
info gambar utama

Terhitung semenjak Maret 2020 ini, saat pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diterapkan di hampir seluruh kota-kota besar di Indonesia, gedung bioskop memang belum boleh beroperasi di tengah masa pandemi Covid-19 yang belum usai ini.

Beberapa film baru yang dijadwalkan tayang, baik film dari dalam negeri maupun luar negeri pun terpaksa ditunda untuk jangka waktu yang belum ditentukan. Meski begitu, beberapa film akhirnya mengambil pilihan lain dengan penayangan perdana di beberapa platform khusus menonton film berlangganan.

Tapi siapa sih yang tidak rindu dengan suasana menonton film dengan layar yang lebar? Sudah hampir enam bulan sepertinya kita nggak ke bioskop.

Bagi Kawan GNFI yang rindu untuk pergi ke bioskop, rupanya kini di Jakarta telah hadir bioskop drive-in atau bioskop mobil di salah satu mal di Jakarta, yaitu di Skylight Cinema, Senayan Park (Spark), bekas lokasi Taman Ria Senayan, Jakarta.

Setelah resmi beroperasi pada 5 September 2020 lalu, Skylight Cinema akan digelar di dua area yaitu area yang disebut Pulau Satu dengan kapasitas 38 mobil dan area parkir yang memiliki kapasitas lebih besar, 67 mobil.

Skylight Cinema ini nantinya akan dilengkapi dengan layar lebar berukuran 18,8 x 8 meter dan menggunakan frekuansi suara 108Mhz yang disalurkan melalui saluran radio dari mobil masing-masing. Ada dua kali jadwal penayangan setiap harinya yaitu pukul 18.30 WIB dan 21.30 WIB.

Sedangkan untuk pembelian tiket bisa melalui aplikasi Go-Tix dan Loket.com dengan biaya Rp150.000 untuk hari biasa dan Rp200.000 untuk akhir pekan.

Protokol Kesehatan Sampai Alat Pendeteksi Karbon

Demi kenyamanan pengunjung dan penonton bioskop mobil, pihak Skylight Cinema akan menerapkan protokol kesehatan sesuai dengan peraturan pemerintah. Penerapan protokol kesehatan ini akan diberlakukan secara ketat. Salah satunya adalah dengan tidak membiarkan para pengunjung dan penonton bioskop keluar dari mobil, kecuali saat ingin ke toilet.

Saat memasuki area, Kawan GNFI akan dicek suhu tubuhnya dengan batas maksimal 37,3 celcius. Ini juga sekaligus untuk pengecekan penggunaan masker dan pemberian hand sanitizer sebelum memasuki area teater. Mobil pengunjung pun akan disemprot disinfektan sehingga pengunjung tidak diperkenankan untuk turun dari mobil selama film berlangsung.

Kalau ingin membeli makanan ringan dan minuman, pihak Skylight Cinema juga akan memberikan kode bar untuk memudahkan penonton melakukan pemilihan dan pemesanan makanan di area food stall yang sudah disediakan. Nantinya pesanan Kawan GNFI akan diantarkan langsung ke mobil.

Selama film berlangsung, Kawan GNFI diizinkan kok untuk menyalakan kendaraan dan penyejuk udara. Uniknya, pihak Skylight Cinema nantinya akan meminjamkan alat pendeteksi karbon untuk antisipasi agar udara mobil tidak sampai kelebihan karbon.

Nantinya alat pendeteksi ini diletakkan pada dasbor mobil dan harus dikembalikan saat meninggalkan area teater. Apabila alat ini hilang atau rusak, maka Kawan GNFI harus mengganti rugi sebesar Rp200.000.

Aturan ketat ini memang harus dijalankan oleh pengunjung demi kebaikan bersama yaa.

Sejarah Bioskop Mobil Pertama di Indonesia

GNFI pernah membahas tentang geliat bisnis bioskop di Indonesia sejak zaman dulu. Merunut dari sejarah bioskop Indonesia, sebenarnya Indonesia pernah memiliki drive-in theatre yang lebih besar dan merupakan yang pertama kali di Indonesia.

Tepatnya pada tahun 1970-an yang kala itu lebih dikenal dengan teater mobil. Konsepnya sama yaitu bioskop di alam terbuka yang kala itu terletak di Binaria, yang kini menjadi kawasan Ancol. Teater Mobil Ancol saat itu memiliki layar yang sangat besar dengan ukuran 30x40 meter.

Salah satu penggagas teater mobil pertama saat itu adalah pengusaha properti dan konstruksi Ciputra yang berkongsi dengan pemerintah provinsi DKI Jakarta saat dipimpin oleh Gubernur Ali Sadikin.

Pihak Ciputra memang ingin membuat teater mobil di daerah ibu kota setelah melihat dan mengunjungi New York, Amerika Serikat. Apalagi saat itu penjualan mobil sedang meningkat seiring dengan kondisi Indonesia yang tengah berada di masa Orde Baru.

Teater Mobil Ancol bahkan digadang-gadang menjadi bioskop terbuka terbesar di Asia Tenggara. Dan keberadaannya sangat digandrungi oleh para generasi muda ibu kota.

Namun sayang, teater mobil kala itu mendapatkan stigma negatif. Selain karena dicap sebagai hiburan kelas menengah ke atas, teater mobil juga kerap menjadi tempat bergumul mesra anak muda. Maka dari itu muncul fenomena ‘’mobil goyang’’. Ini karena tayangan film yang disajikan memang kebanyakan film-film erotis pada tengah malam dan jarang menyajikan film anak-anak.

Meski begitu, keberadaan Teater Mobil Ancol disebut-sebut menjadi cikal bakal terbentuknya karakter Ancol sebagai tempat rekreasi keluarga. Ini karena para penonton teater mobil kerap membawa anak-anak. Hal tersebut dinilai menambah arus pengunjung ke Ancol.

Hingga tahun 1980-an, pendapatan Teater Mobil Ancol ternyata masih rendah. Sampai akhirnya Ciputra mengubah tempat itu menjadi pusat belanja busana berbahan denim.

--

Sumber: Good News From Indonesia | Tempo.co | BeritaSatu.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dini Nurhadi Yasyi lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dini Nurhadi Yasyi.

Terima kasih telah membaca sampai di sini