Memaknai Nilai Pancasila Lewat Persamuhan Lintas Generasi

Memaknai Nilai Pancasila Lewat Persamuhan Lintas Generasi
info gambar utama

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila bekerja sama dengan Good News From Indonesia menyelenggarakan Persamuhan Lintas Generasi bertajuk “Memaknai Nilai Pancasila” pada 13-15 Desember 2020. Acara dilaksanakan secara luring di Museum Kebangkitan Nasional dan daring melalui siaran di kanal Youtube, Facebook, dan Twitter resmi milik Good News From Indonesia.

Pada hari pertama Minggu (13/12), para peserta diajak tur menjelajah setiap bagian museum. Tur ini bertujuan untuk mengenalkan sejarah dan koleksi yang terangkum dalam Museum Kebangkitan Nasional. Dhanu selaku narasumber pemandu mengaitkan penjelasan museum dengan pemaknaan nilai-nilai Pancasila.

Kemudian memasuki hari kedua, Senin (14/12), peserta disuguhkan dengan pembahasan tentang “Menggali Format Gotong Royong Era Masa Kini” bersama pembicara yang kompeten di bidangnya. Acara yang dipandu oleh Romzi Ahmad selaku Asisten Staf Khusus Presiden ini menghadirkan enam pembicara. Di antaranya Irene Camelyn Sinaga (Direktur Pembudayaan, BPIP), Wahyu Aji (CEO GNFI), Taufik Rahzen (Budayawan), Bambang Winarno (Seniman), Prof. Dr. Ravik Kasidi (Staff Khusus Menko PMK), dan Muhammad Faisal (Pendiri Youthlab Indonesia). Acara dipandu oleh Romzi Ahmad, (Asisten Staf Khusus Presiden).

Irene Camelyn menyampaikan pembukaan | Foto: Tangkapan Layar Youtube GNFI
info gambar

“Sejak tahun 2019, BPIP konsen mengusung kata persamuhan/kongres di Museum Kebangkitan Nasional karena museum ini bukan tempat biasa, melainkan tempat tokoh-tokoh pendiri bangsa penggiat kedokteran memperjuangan negara. Ada kata yang selalu ingin kita dengar dalam stanza ke-3 lagu Indonesia Raya ‘Marilah Kita Berjanji, Indonesia Abadi’. Suatu perjuangan dapat dikatakan abadi jika dilakukan terus menerus, sehingga kita harus mulai melakukan dari sekarang,” tutur Irene Camelyn.

Selama berlangsungnya acara, para pembicara memaparkan upaya inovasi peran dari masyarakat dalam Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM), untuk memaknai nilai pancasila dan gotong royong secara “kekinian”. Caranya ialah dengan memperkenalkan pahlawan kepada anak muda melalui pameran di seluruh kota, penjelasan konteks persamuhan dan gotong royong di masyarakat, serta meningkatkan gotong royong dan kerja sosial di situasi pandemi.

Terakhir, sesi ditutup dengan diskusi bersama peserta untuk menambah semangat, bertukar pikiran, dan memberikan wawasan terkait gotong royong. Kesempatan ini menghasilkan berbagai hal positif tentang gotong royong, seperti adanya komunikasi dan rasa percaya, sikap tidak egois, melakukan segala sesuatu demi kebaikan, adanya edukasi, dan berbagi pengalaman yang menimbulkan rasa kebersamaan.

Sebelum penutupan acara pada Selasa (15/12), persamuhan menghadirkan 12 pembicara untuk membahas “Pancasila dalam Literasi Budaya dan Kewargaan.” Dipandu oleh Frans Nicholas, terdapat pembicara yang hadir secara daring ialah Prof. Adji Samekto (Deputi Bidang Hubungan Antar Lembaga, Sosialisasi, Komunikasi, dan Jaringan BPIP RI), Alisa Wahid (Koordinator Jaringan Gusdurian Indonesia), dan Ahmad Doli Kurnia Tandjung Doli (Ketua Komisi II DPR RI).

Para Narasumber di Hari Ketiga | Foto: Dok. Pribadi
info gambar

Sementara, pembicara yang hadir secara langsung ialah Irene Camelyn S (Direktur Pembudayaan, BPIP), Yohana Elizabeth (Aktivis dan Ketua Yayasan Pandu Cinta Anak Bangsa), Suprapto Sastro Atmojo (Ketua MAPPILU PWI/Wakil Sekjen PWI Pusat), Yadi Hendriana (Direktur Pemberitaan MNC dan Ketua umum Ikatan Jurnalis TV), Antonius Benny Susetyo (Staf Khusus Dewan Pengarah BPIP), Ana Mustamin (Sastrawan, Pemred Majalah “Majas” dan anggota dewan pakar BS Center), David Krisna Alka (Tenaga Ahli Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI), dan Ngatawi Al Sastro (Budayawan).

“Kini, Pancasila menghadapi tantangan seiring perkembangan nilai-nilai dunia dari segi teknologi dan globalisasi. Solusi dari tantangan yang berkutub pada sikap-sikap rasionalitas vs religiusitas harus adalah membumikan pancasila dalam pendekatan budaya (proses-proses waktu dan pemahaman mendalam), struktural (terkait regulasi, peraturan perundang-undangan, dan penyelenggaran negara), serta ilmu pengetahuan (fakta dan teori),” jelas Prof. Adji Samekto.

Lewat paparan pembicara, disimpulkan bahwa supaya generasi baby boomers dan milenial dapat terus membudidayakan dan memahami nilai inti Pancasila dengan konsisten. Pemerintah pun perlu berinisiatif untuk mendekatkan program BPIP melalui musik, film, olahraga, dan kuliner ke berbagai generasi, sehingga mudah memahami makna Pancasila dan tumbuh rasa cinta tanah air. Pancasila harus terus hadir mengisi relung-relung kebangsaan yang terancam oleh segala sesuatu, baik ideologis maupun SARA.

Virtual tour Museum Kebangkitan Nasional dapat disaksikan ulang melalui akun GNFI pada sesi 1 dan sesi 2. Diskusi Persamuhan Lintas Generasi hari kedua dan ketiga juga dapat disaksikan ulang melalui akun GNFI pada tautan berikut. (RIF)

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Kawan GNFI Official lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Kawan GNFI Official.

Terima kasih telah membaca sampai di sini