Telusuri Kebudayaan Sunda di Museum Bale Indung Rahayu

Telusuri Kebudayaan Sunda di Museum Bale Indung Rahayu
info gambar utama

Museum bisa menjadi destinasi wisata untuk menciptakan pengalaman berkesan, sekaligus mengedukasi tentang budaya. Rekomendasi museum unik yang patut dikunjungi saat berlibur ke Purwakarta adalah Museum Bale Indung Rahayu. Museum yang berlokasi di Jalan RE Martadinata No. 10, Purwakarta, Jawa Barat, ini dalam bahasa Sunda berarti ‘tempat kemuliaan ibu’.

Bale Indung Rahayu dibuka untuk umum pada hari Selasa sampai Minggu, mulai pukul 09.00—16.00 WIB. Museum ini tak memungut biaya dari para pengunjungnya, baik wisatawan lokal maupun mancanegara.

Para pengunjung akan diajak menelusuri falsafah hidup dan lingkungan dalam balutan kebudayaan Sunda. Semua kisah dalam destinasi wisata ini ditata secara apik melalui seni relief, lukisan, pahat, dan bangunan dan dukungan teknologi digital.

Museum Bale Indung Rahayu akan bertutur tentang peran seorang ibu yang penuh pengorbanan dalam merawat anak-anaknya. Dimulai dari kehidupan manusia di dalam kandungan, lahir ke dunia, perjalanan tumbuh kembang, masa bermain dan berbagai jenis permainan, pola hidup, makanan, rumah, hingga akhir khayat.

1. Bale Kelahiran

Bale Kelahiran © Disporaparbud Purwakarta
info gambar

Penggalan lirik lagu Sunda ‘Indung’ terdengar saat pengunjung melangkah masuk ke Bale Kelahiran, relung kehidupan bayi selama sembilan bulan di dalam rahim ibu. Ruangan ini menampilkan suasana bayi seolah-olah berada di rahim ibu. Lorong panjang dibuat semakin menyempit, menggambarkan bahwa seiring bertambah usia dan ukuran bayi, maka semakin sempit ruang di dalam rahim.

Beranjak keluar dari lorong rahim, pengunjung akan disambut pekik tangis seorang bayi yang yang memenuhi seisi ruangan. Ruangan ini mencerminkan kehidupan bayi setelah lahir ke dunia. Di dinding ruangan terpampang sejumlah display istilah adat istiadat proses melahirkan bayi, di antaranya kanjut kundang, mempet baju, paraji, ngaruju-nyawa ngan kari sajuru deui, ngaruang, dan lainnya.

Di lain sisi, terdapat pameran sejumlah jenis dan tata cara upacara tujuh bulanan, seperti persyaratan, persediaan, dan waktu tepat untuk menggelar upacara tujuh bulanan. Persyaratan yang tercantum misalnya tujuh ekor belut sebagai simbol harapan untuk kelancaran proses bersalin.

2. Bale Kaulinan

Bale Kaulinan © ANTARA Foto
info gambar

Ruangan Bale Kaulinan memamerkan permainan anak khas Sunda tempo dulu berbentuk foto, lukisan, hingga bentuk fisik. Beberapa bentuk fisik permainan hanya menjadi pajangan tanpa boleh dimainkan, tetapi ada pula permainan yang boleh dimainkan oleh para pengunjung. Beberapa mainan yang tersedia di antaranya congklak, huhuian, oray-orayan, ngadu muncang

Pengunjung juga akan belajar teknik bercocok tanam dari tahap awal hingga masa panen. Di tengah ruang terdapat dua buah leuit, tempat masyarakat Sunda menyimpan padi yang baru dipanen. Tak jauh, terlihat lisung atau wadah tempat menumbuk padi menjadi beras.

Terhampar lukisan hutan di Tatar Sunda di sekeliling ruang bagian atas. Lukisan dilengkapi dengan kujang dan filosofi hidup masyarakat Sunda, seperti ‘tri tangtu’ dan ‘trias politika Sunda’ yakni silih asah, silih asih, dan silih asuh.

3. Bale Arsitektur

Memasuki ruangan selanjutnya, pengunjung dapat melihat peta kampung sunda. Jika melangkah lebih dalam lagi, terlihat miniatur rumah adat Sunda zaman dahulu, seperti Bada Heuay, Jolopong, Tagog Anjing, Julang Ngapak, dan sebagainya. Sambil berkeliling, Kawan bisa membaca penjelasan sistem perkampungan sunda.

Rumah bergaya arsitektur sunda memiliki tiga susunan, yakni ruang depan (tepas), ruang tengah, dan ruang belakang (dapur dan goah/padaringan/tempat penyimpanan padi). Susunan tersebut bernama Tri Tangtu, yang berarti tiga keniscayaan dalam hidup.

4. Bale Kabuyutan

Bale Kabuyutan adalah tempat keramat bagi masyarakat Sunda yang tak sembarang orang bisa masuk ke dalamnya. Ruangan ini menyuguhkan suasana hutan larangan zaman dahulu. Efek suara binatang seperti kodok, jangkrik, bahkan harimau semakin membuat pengunjung benar-benar merasakan berada di hutan.

Setiap lukisan dan tulisan yang terpajang di dinding berisi sejarah dan informasi menarik untuk dipelajari. Bale ini akan mengingatkan pengunjung agar senantiasa menjaga Tanah Sunda yang identik dengan hutan dan alam.

5. Bale Pawon

Dalam hidup manusia tentu butuh makan, dan dapur memegang peranan penting dalam menyajikan makanan. Bale Pawon atau dapur menampilkan berbagai macam peralatan dapur tradisional zaman dahulu dan kuliner tradisional khas Sunda. Ruangan ini juga menjelaskan sejarah singkat masakan Sate Maranggi.

6. Bale Musik

Bale terakhir yang tak boleh dilewatkan adalah Bale Musik yang memperkenalkan beragam musik tradisional khas Sunda. Salah satunya angklung, alat musik warisan budaya asli Indonesia yang telah mendunia dan dikukuhkan oleh Unesco.

Dengan meluangkan waktu sekitar 45 sampai 60 menit saja, Kawan sudah bisa merasakan pengalaman baru seputar perjalanan hidup manusia dan kebudayaan Sunda. Dijamin, Kawan akan menikmati liburan berharga penuh edukasi dan pulang membawa wawasan baru. (RIF)

Sumber: Disporaparbud Purwakarta | Liputan6.com | Pikiran Rakyat

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Kawan GNFI Official lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Kawan GNFI Official.

Terima kasih telah membaca sampai di sini