Melihat Burung Migrasi di Ujung Utara Jakarta

Melihat Burung Migrasi di Ujung Utara Jakarta
info gambar utama

#WritingChallengeGNFI #CeritadariKawanGNFI

Siapa sangka di ujung utara Jakarta terdapat kawasan wisata perairan yang memiliki beragam biodiversitas. Kawasan ini bernama Pantai Marunda yanng letaknya di daerah Cilincing. Kawan dapat ke sana menggunakan commuter line maupun busway.

Jika menggunakan commuter line, Kawan dapat turun di Stasiun Tanjung Priuk karena ini merupakan stasiun terdekat menuju Pantai Marunda. Namun, keretanya cukup jarang sehingga perlu menanti agak lama. Bila menggunakan busway, Kawan juga dapat turun di Halte Tanjung Priuk, tetapi ada beberapa yang bilang bisa turun sampai mendekati Pantai Marunda.

Kemudian, Kawan dapat menuruskan dengan angkutan umum yang melewati Pantai Marunda, kalau tidak salah ingat angkutan nomor 01 atau 05. Jika ingin yang lebih pasti, Kawan bisa langsung memesan transportasi online menuju lokasi yang dituju.

Pantai Marunda menjadi salah satu alternatif wisata murah meriah dan tidak perlu menunjukkan hasil tes COVID-19. Beberapa aktivitas yang dapat Kawan lakukan saat berada di Pantai Marunda, yaitu memancing (menyiapkan alatnya sendiri), menikmati suasana di sekitar sambil bercengkrama maupun makan bersama di warung, atau mungkin bisa juga menikmati matahari terbit dan matahari terbenam di sana.

Di pantai tersebut, terdapat burung migrasi. Migrasi itu sendiri merupakan perilaku melakukan perpindahan tempat dengan tujuan tertentu. Ternyata, tidak hanya manusia yang melakukan migrasi, burung pun juga melakukan migrasi.

Burung akan bermigrasi (autumn migration) pada bulan September sampai Oktober dan akan kembali ke ke tempat asalnya (spring migration) pada bulan Maret sampai April. Setiap tahunnya, burung-burung bermigrasi ke Indonesia karena tempat asal mereka terdapat musim dingin. Jadi, mereka perlu mencari tempat untuk berlindung sementara.

Selain itu, pada saat memasuki musim gugur hingga memasuki musim dingin, sumber makanan tempat asalnya berkurang sehingga mereka perlu melakukan migrasi untuk tetap bertahan hidup. Namun, saat melakukan migrasi berbagai ancaman menimpa burung tersebut, seperti perubahan fungsi lahan, perburuan liar, maupun sampah plastik yang tidak terkelola dengan baik sehingga banyak burung migrasi yang tidak dapat kembali ke tempat asalnya.

Saat memasuki kawasan, Kawan harus membayar Rp2.000 untuk perbaikan jembatan, kata penjaga di sana. Berdasarkan pengamatan penulis, Kawan dapat berjumpa dengan beberapa burung, seperti burung gereja erasia (Passer montanus), cekakak sungai (Todiramphus chloris), cici padi (Cisticola juncidis), kipasan belang (Rhipidura javanica), kokokan laut (Butorides striata), kuntul kecil (Egretta garzetta), layang-layang batu (Hirundo tahitica), perkutut jawa (Geopelia striata), remetuk laut (Gerygone sulphurea), dan walet linchi (Collocalia linchi).

Nah, untuk burung migrasi terdapat dara laut kumis (Chlidonias hybrid) dan trinil pantai (Actitis hypoleucos). Selain itu, Kawan juga akan berjumpa dengan beberapa jenis capung, seperti capung kembara (Pantala flavescens), capung sambar hijau (Orthetrum Sabina), dan capung sambar perut pipih (Potamarcha congener), serta seekor kupu-kupu berjenis Appias olferna.

Capungsambar perutpipih
info gambar

Dara laut kumis (Chlidonias hybrid) merupakan burung yang berukuran agak kecil, yaitu 25 sentimeter dan ekor sedikit menggarpu, serta memiliki tubuh bagian bawah berwarna putih. Sayap, punggung, dan penutup ekor atas abu-abu.

Burung tersebut berbiak di Afrika selatan, Eropa selatan, Asia, dan Australia. Dara laut kumis hidup secara berkelompok kecil atau kadang-kadang dalam kelompok besar. Sering terbang sampai sejauh 20 km ke daratan untuk mencari makan di tanah yang tergenang dan di sawah. Burung ini mengambil makanan dengan cara menyambar atau terbang rendah di atas perairan.

Burung tersebut termasuk yang dilindungi oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan nomor 106 tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi. Namun, belum masuk ke daftar CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) atau konvensi perdagangan internasional tumbuhan dan satwa liar spesies terancam.

Meskipun begitu, bukan berarti burung dara laut kumis dapat diperdagangkan secara bebas, tetap harus ada aturan yang jelas dan hukuman yang tegas agar tidak menurunkan jumlah populasi mereka di habitat alaminya.

©Fauzan Cholifatullah
info gambar

Tempat ini juga terdapat beberapa mangrove, meski tidak banyak setidaknya cukup menjadi rumah bagi burung di sana. Sayangnya, tempat ini sangat tidak terawat, masih banyak sampah tergenang.

Semoga ke depannya ada upaya pembersihan pada kawasan ini agar menjadi tempat yang diminati. Selain itu, juga untuk menjaga kelestarian hewan-hewan yang tinggal di sana. Salam lestari, salam konservasi!

Referensi:Burung | MacKinnon J, Phillipps K, Ballen B v. 2010. Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan. Burung Indonesia. Bogor.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AR
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini