Kurangi Overthinking dengan Menerapkan Stoisisme

Kurangi Overthinking dengan Menerapkan Stoisisme
info gambar utama

Overthinking suatu kegiatan sia-sia yang kini sering dialami oleh generasi milenial. Sia-sia? Benar sekali! Overthinking adalah kegiatan yang sia-sia di mata stoisisme. Bagi yang belum tahu, stoisisme adalah filsafat Yunani kuno yang menawarkan solusi bagi kita untuk terhindar dari prasangka negatif, seperti overthinking.

Beberapa tahun ke belakang, stoisisme cukup populer bagi kalangan milenial, khususnya karena buku Filosofi Teras karya Henry Manampiring yang cukup populer. Dalam buku tersebut, penulis mengajarkan kepada kita cara hidup stoisisme untuk menghadapi kehidupan di masa kini. Nilai-nilai dari filsafat yang umurnya sudah ribuan tahun ini masih relate dengan kehidupan sekarang, apalagi anak muda.

Stoisisme menawarkan solusi untuk menghadapi emosi negatif seperti overthinking, baperan hingga susah move on, sebuah permasalahan yang sangat dekat dengan anak muda. Nah, disini kita akan membahas beberapa poin penting dari stoisisme yang bisa kamu terapkan untuk mengatasi emosi negatif kamu, khususnya overthinking. Apa sajakah itu?

Hidup selaras dengan alam

Ilustrasi│Sammy Williams /Unsplash
info gambar

Maksudnya, kita sebagai manusia adalah makhluk yang diciptakan dengan memiliki nalar harus menggunakannya sebaik mungkin. Dalam stoisisme, diri kita tidak boleh dikendalikan oleh hawa nafsu, melainkan harus dikendalikan dengan nalar. 

Misalnya saat kita sedang di jalan dan disalip oleh motor lain, jika kita hanya menuruti hawa nafsu, kita akan mengejar motor itu karena tidak terima. Apakah hal tersebut akan berakhir positif? Tentu saja tidak, yang ada malah akan menghasilkan baru karena terjadi perkelahian antara kita dengan orang tersebut.

Contoh diatas adalah kasus jika kita tidak menggunakan nalar dan malah membiarkan hawa nafsu mengendalikan diri kita. Di situasi seperti itulah kita harus hidup selaras dengan alam dengan membiarkan nalar kita bekerja, bukan hawa nafsu.

Jika kita tidak bisa mengendalikan hawa nafsu kita, sama saja kita tidak bisa hidup selaras dengan alam. Maka, kita bisa bertindak seperti hewan yang dikendalikan hawa nafsu.

Jadi, hal penting dalam poin adalah jangan sekali-kali kita membiarkan hawa nafsu menguasai diri kita. Kita harus bisa menggunakan nalar dan berpikir logis di setiap keadaan.

Dikotomi kendali

Stoisisme mengajarkan kita bahwa dalam hidup ini ada hal yang bisa kita kendalikan, dan ada hal yang diluar kendali kita. Hal yang bisa kita kendalikan adalah pikiran dan tindakan kita. Hal yang tidak bisa kita kendalikan adalah tindakan dan pemikiran orang lain, kesehatan dan bahkan kekayaan kita.

Mungkin terdengar tidak masuk akal jika kesehatan dan kekayaan tidak bisa kita kendalikan. Sekarang coba pikirkan, di jalanan, kita tidak bisa mengendalikan orang lain. Bisa saja orang yang tidak bisa kita kendalikan itu tiba-tiba menabrak kita di jalan bukan?

Tentang kekayaan, rumah dan harta kita bisa tiba-tiba terbakar, bisnis mendadak hancur karena pandemi. Bahkan, investasi di bursa saham juga bisa mendadak merosot karena pandemi.

Hal utama yang diajarkan stoisisme dalam poin ini adalah, jangan menjadikan hal yang di luar kendali kita sebagai sumber kebahagiaan, karena hal itu tidak bisa kita kendalikan, bisa menghilang sewaktu-waktu tanpa kita sadari. Di samping itu jadikanlah hal yang bisa kita kendalikan sebagai sumber kebahagiaan kita, seperti tindakan, dan pemikiran kita.

Contoh sederhananyasaat sedang mempresentasikan tugas kuliah. Nilai presentasi kita tergantung pada hal di luar kendali kita, bisa saja dosen sedang tidak mood, atau bahkan laptop yang tiba-tiba rusak, kesuksesan presentasi ada yang disebabkan hal tak terduga diluar kendali kita.

Di samping itu, ada hal yang ada di bawah kendali kita seperti mempersiapkan materi dengan baik dan istirahat yang cukup. Stoisisme mengajarkan kita harus bisa memisahkan antara hal yang bisa kita kendalikan dengan yang tidak.

Dalam contoh di atas, selama kita sudah melakukan apa yang dibawah kendali kita dengan maksimal, itu sudah lebih dari cukup. Nilai presentasi adalah hal yang di luar kendali kita dan tidak masuk akal jika stress karena hal yang berada di luar kendali kita.

Poin ini juga berlaku untuk kehidupan sehari-hari kita. Misalnya kita stress karena mendapatkan komentar buruk di media sosial. Dari sudut pandang stoisisme, ini adalah hal yang tidak masuk akal karena opini dan tindakan orang lain bukanlah kendali kita. Lebih baik biarkan saja komentar buruk tersebut, karena mau bagaimanapun juga kita tidak bisa mengendalikan komentar orang.

Intinya, kita tidak bisa berekspektasi bahwa hal yang diluar kendali bisa membuat kita bahagia. Kita harus bisa menjadikan sumber kebahagiaan pada hal yang bisa kita kendalikan sendiri. 

Mengendalikan persepsi

Beberapa Buku tentang Stoisisme│Jodie Cook /Unsplash
info gambar

Poin ini cukup penting, terutama bagi kita yang sering overthinking. Seperti yang dijelaskan di dikotomi kendali, persepsi kita adalah hal yang bisa kita kendalikan, sedangkan overthinking adalah hal yang bersumber dari persepsi kita.

Stoisisme mengajarkan kita bahwa overthinking terjadi karena kita tidak bisa mengendalikan persepsi kita. Lagi-lagi karena kita dikuasai oleh hawa nafsu. 

Contohnya adalah teman kita tidak pernah mengajak kita main keluar. Jika hawa nafsu menguasai diri kita, kita pasti berpikiran bahwa mereka sedang menghindari kita dan tidak mau mengajak kita main. 

Stoisisme mengajarkan ke kita untuk bisa mengendalikan persepsi, dan membedakan kenyataan yang terjadi dan persepsi buruk kita. Dalam contoh di atas kenyataannya teman kita jarang mengajak kita main keluar, sedangkan pemikiran tentang teman yang menghindar dan tidak mau mengajak main adalah persepsi kita. 

Persepsi adalah hal yang bisa kita kendalikan, dan persepsi juga menjadi pemicu utama kita overthinking. Dalam contoh tersebut kita harus menggunakan nalar bahwa kenyataannya memang teman kita tidak mengajak kita main. Sudah cukup di situ, pemikiran negatif bahwa mereka menghindari kita adalah sebuah persepsi yang tidak benar-benar terjadi. 

Stoisisme mengajarkan untuk selalu bisa melihat kenyataan yang ada dan mengendalikan persepsi. Persepsi negatif tentang hal yang bisa saja tidak terjadi hanyalah respon berlebihan yang harus dikurangi.

Itu dia beberapa poin penting dalam stoisisme yang bisa dipraktekkan untuk mengurangi overthinking kita. Jika kamu masih ingin mendalami stoisisme, kamu bisa membaca buku-buku tentang stoisisme yang banyak beredar di pasaran, salah satunya Filosofi Teras. 

Referensi: KumparanIDN TimesBentang Pustaka

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini