Benarkah Tote Bag Tak Selalu Baik Bagi Lingkungan?

Benarkah Tote Bag Tak Selalu Baik Bagi Lingkungan?
info gambar utama

Sejak beberapa tahun yang lalu, gerakan diet kantong plastik marak dilakukan oleh masyarakat. Mulai dari kebijakan tidak ada lagi penggunaan kantong plastik di pasar modern, hingga penggunaan tote bag untuk menggantikan peran kantong plastik belanjaan.

Kini tote bag hadir dalam berbagai macam bentuk, ukuran, jenis dan desain. Mulai dari bisa didapatkan gratis seperti hadiah atau suvenir sampai yang harus dibeli. Sayangnya, kadang tanpa kita sadari justru tote bag kita semakin bertumpuk setiap harinya.

Bukannya menggantikan fungsi kantong plastik, tote bag juga bisa menjadi penambah masalah baru. Hal ini malah dapat membahayakan lingkungan. Wah, mengapa bisa, ya?

Bukan sebagai penyelamat lingkungan, tote bag bisa menjadi bumerang kalau...

ilustrasi tote bag yang dijadikan kantong belanja. | Sumber: Austin Kehmeier/Unsplash
info gambar

Belanjanya sebulan sekali, tapi tote bag-nya ada sepuluh macam, yang dipakai hanya itu-itu saja. Sisanya? Tertumpuk di sudut lemari menunggu untuk digunakan. Tote bag bisa jadi lebih ramah lingkungan daripada kantong plastik, tapi dengan syarat penggunaannya tidak boleh hanya sesekali saja.

Pasalnya, mengutip penjelasan oleh Brightly Eco, berdasarkan sebuah penelitian diungkapkan bahwa sebuah tote bag perlu digunakan hingga 7000 kali untuk mengimbangi dampak lingkungan seperti kantong plastik. Disebutkan pada salah satu artikel milik New York Times, satu tote bag berbahan katun bahkan perlu digunakan hingga 20.000 kali atau setiap hari selama 54 tahun lamanya untuk mengimbangi dampak lingkungan.

Sesuai konsepnya yang reusable alias bisa digunakan kembali, menjadikan tote bag memiliki pembuatan dan penguraian yang lebih lama daripada kantong plastik. Nah, proses pembuatan, bahan baku yang dipilih dan proses penguraiannya ini yang juga memiliki dampak untuk lingkungan.

Tote bag dibuat dalam berbagai jenis. Salah satunya yang berbahan katun, dikutip dari The Atlantic, ternyata memiliki potensi pemanasan global tertinggi dan paling parah sejauh ini. Hal ini disebabkan proses pembuatannya yang membutuhkan banyak sumber daya.

Bahan bakunya yang berasal dari kapas, membuat tote bag katun membutuhkan lebih banyak air dalam proses pembuatannya. Mengutip Orami, sebuah penelitian mengungkapkan jejak karbon tas katun sebanyak 598,6 pon CO2 dibandingkan 3,84 pon pada kantong plastik standar.

Belum lagi tote bag yang kini hadir dalam berbagai rupa, logo atau gambar yang tercetak pada tote bag memiliki bahan pewarna yang tidak mudah didaur ulang. Kamu tetap bisa menggunakan tote bag, kok, untuk membantu mengurangi penggunaan kantong plastik. Tapi perlu diingat, gunakanlah dengan bijak. Kamu gak butuh satu lemari penuh tote bag untuk berbelanja.

Meski terkadang terlihat menggiurkan, sebisa mungkin jangan tergoda dengan tote bag gratisan dan tahan diri untuk tidak mudah tergoda membeli tote bag baru dengan desain kekinian. Gunakanlah tote bag sesering dan selama mungkin untuk benar-benar merasakan dampaknya bagi lingkungan.

Referensi: Brightly Eco | The Atlantic | Orami

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini