Posisi Indonesia di Kancah Asia di Tengah Dominasi AS dan China

Posisi Indonesia di Kancah Asia di Tengah Dominasi AS dan China
info gambar utama

Beberapa hari setelah perayaan tahun baru masehi 2021 tahun lalu, Presiden China Xi Jinping mengeluarkan statement penting yang kemudian dikutip oleh berbagai media besar dunia. "Waktu dan momentum ada di pihak kita,” katanya.

Pidato ini mencerminkan gambaran besar optimisme para pemimpin dan rakyat China, bahwa kebangkitan 'Kerajaan Tengah' tersebut tak terbendung dan akan menjadi perwujudan dari "momentum sejarah" global. "Keseimbangan sejarah condong ke China," kata Xi.

Dan benar saja. Tak lama berselang setelah Partai Komunis China (CCP) memperingati hari jadinya ke-100 pada bulan Juli 2021, tiga bulan setelahnya McKinsey Global Institute yang berbasis di Zurich merilis laporan penting yang menyatakan bahwa saat ini, China mengambil alih posisi Amerika Serikat sebagai negara terkaya di dunia.

Dalam laporan McKinsey tersebut, tercatat bahwa pada tahun 2020, total nilai kekayaan global meningkat menjadi sekitar 514 triliun dollar AS, dari tahun 2020 yang sebesar 156 triliun dollar AS. Dari jumlah tersebut, China berkontribusi terhadap sepertiga peningkatan nilai kekayaan dunia, dengan total nilai kekayaan mencapai 120 triliun dollar AS, naik secara menakjubkan dari dari hanya 7 triliun dollar AS dari tahun 2000.

Beberapa waktu lalu, Lowy Institute yang berbasis di Australia juga merilis sebuah laporan tahunan penting, bertajuk Lowy Institute Asia Power Index 2021. Lowy Institute mengukur kekuatan 26 negara di Asia Pasifik terkait dengan pengaruhnya terhadap negara-negara lain di seluruh dunia.

Kekuatan negara diukur dari berbagai aspek, mulai dari kekuatan ekonomi, kekuatan militer, pengaruh diplomatik, ketangguhan, relasi ekonomi, kemampuan ekonomi, jejaring pertahanan, sumber daya masa depan, kemampuan militer, dan pengaruh budaya.

Amerika Serikat tetap menjadi peringkat pertama dalam daftar negara terkuat di dunia. Dari 26 negara tersebut, AS mendapat nilai 82,2 dari 100, nilai tertinggi.

China ada di peringkat kedua dalam daftar negara terkuat di dunia dengan mendapat nilai 74,6. Menurut laporan tersebut, pengaruh China menurun untuk pertama kalinya sejak laporan tahunan ini dimulai pada 2018. Tantangan ekonomi termasuk populasi yang menua telah memperlambat pertumbuhan kemampuannya untuk terus mengerahkan keunggulannya di Asia.

Selain itu, menurut laporan ini, selain populasi yang menua dengan cepat, kerentanan perubahan iklim, beban utang yang besar, dan sistem politik yang semakin melihat ke dalam (inward-looking) telah memperlambat pengaruh China secara umum.

Pada periode yang sama, Amerika Serikat justru mencatatkan kenaikan tahunan pertamanya dalam kekuatan komprehensif sejak peluncuran indeks pada 2018. Negara Paman Sam tersbeut mengerahkan kekuatan yang lebih besar dan lebih multidimensi; dari kemampuan militer dan jaringan pertahanan hingga pengaruh diplomatik dan budaya, lebih kuar daripada negara lain mana pun di dunia.

Sama pentingnya, Amerika Serikat tahun ini mengungguli China dalam ukuran indeks sumber daya masa depan, penilaian gabungan dari distribusi proyeksi kemampuan ekonomi dan militer dan kekuatan demografis di masa depan.

Apakah Amerika Serikat tetap menjadi kekuatan utama di Indo-Pasifik selama beberapa dekade mendatang? Hal itu tergantung pada bagaimana Negeri Paman Sam itu memainkan kartunya.

“Memulai dari awal yang kurang bagus dari AS di masa tahun-tahun Trump, AS kini menanjak dengan cukup kuat dalam pengaruh diplomatiknya di kawasan itu (setelah naiknya Biden),” kata kata Alyssa Leng, peneliti dan ahli ekonomi di Lowy Institute . Salah satunya, adalah sumbangan 90 juta dosis vaksin AS ke Asia--dua kali lipat lebih banyak dari yang disumbangkan oleh China.

"China tidak akan pernah menjadi dominan seperti Amerika Serikat dulu, tetapi kami benar-benar siap untuk semacam abad bi-polar di Indo-Pasifik ... lebih bergantung pada keinginan Amerika Serikat dan China," kata Hervé Lemahieu, direktur penelitian Lowy Institute, seperti dikutip oleh ABC.

Namun demikian, pengeluaran militer China sekarang 50 persen lebih besar dari gabungan pengeluaran militer India, Jepang, Taiwan, dan 10 negara ASEAN, kata laporan itu. China "pada dasarnya tetap jauh meninggalkan negara-negara lain di kawasan ini" dalam hal kekuatan secara keseluruhan, kata Alyssa Leng.

Indonesia dan Australia menjadi kunci kekuatan menengah di Asia

Australia berada di tempat keenam dalam laporan tersebut, di belakang Jepang, India, dan Rusia. Menurut analisa Lowy Institute, meskipun mengalami perselisihan diplomatik yang berkepanjangan dengan China, mitra dagang terbesarnya, Australia telah meningkatkan ketahanannya pada tahun 2021.

Sumbangan vaksin Australia ke negara-negara di Asia-Pasifik termasuk cukup besar dan signifikan, terutama dalam basis per kapita, kata Alyssa Leng.

Pakta keamanan AUKUS; yang ditandatangani oleh Australia dengan AS dan Inggris pada bulan September 2021, menjadikan negara tetangga selatan Indonesia tersebut menjadi "lebih bergantung pada kapasitas dan kemauan Amerika untuk mempertahankan keseimbangan kekuatan militer di Asia dalam mengimbangi kebangkitan China.

Sementara itu, pengaruh ekonomi Australia di kawasan juga menurun. Misalnya di Papua Nugini, Australia kini digantikan oleh China sebagai investor terbesar di negara yang berbatasan dengan propinsi Papua tersebut.

Indonesia naik tipis ke posisi 10 besar untuk pertama kalinya meskipun terpukul keras oleh pandemi di dalam negeri. Kini Indonesia mengungguli Singapura sebagai pemain paling berpengaruh secara diplomatis di Asia Tenggara.

Secara umum, posisi Indonesia naik dua peringkat dalam daftar negara terkuat di Asia Pasifik tahun 2021 dibandingkan pada tahun sebelumnya. Indonesia menggeser posisi Thailand dan Malaysia yang sebelumnya di peringkat atasnya.

Meski naik secara peringkat, tetapi sesungguhnya Indonesia mengalami penurunan, jika dilihat dari raihan skor. Penurunan itu terjadi sebesar 0,5 poin atau turun 3 persen dari nilai keseluruhan. Nilai turun tetapi peringkat naik ini dijelaskan karena negara-negara lain mengalami kerugian akibat pandemi Covid-19 dengan margin yang lebih besar dari pada Indonesia.

Berada di posisi ke-9, Indonesia disebut sebagai negara dengan kekuatan menengah dalam urutan negara terkuat di Asia tahun 2021.

Fundamental dan prospek ekonomi Indonesia juga hanya sedikit terpengaruh oleh pandemi dibandingkan dengan banyak negara berkembang Asia Tenggara lainnya. Indonesia saat ini diperkirakan akan mendapat manfaat dari tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata tertinggi kedua di ASEAN dalam periode sejak awal pandemi hingga pertengahan dekade ini (2020–25), nomor dua di belakang Vietnam.

Meski terdapat perbedaan utama antara sistem politik, Vietnam dan Indonesia memiliki stabilitas institusional yang tinggi. Ini sangat kontras dengan Myanmar, misalnya, di mana ketidakstabilan politik dan pandemi telah digabungkan untuk menimbulkan dampak ekonomi dan korban jiwa yang sangat signifikan di negara tersebut.

Peringkat Indonesia di berbagai sektor dalam Lowy Institute Asia Power Index 2021.

  • Kapabilitas ekonomi: peringkat 11 (turun 1 peringkat)
  • Kekuatan militer: peringkat 13 (tetap)
  • Pengaruh diplomatik: peringkat 8 (naik 2)
  • Resilience: peringkat 10 (tetap)
  • Hubungan ekonomi: peringkat 11 (tetap)
  • Pengaruh ekonomi: peringkat 13 (turun 1)
  • Jaringan pertahanan: peringkat 14 (tetap)
  • Sumber daya masa depan: peringkat 5 (tetap)
  • Kemampuan militer: peringkat 13 (tetap)
  • Pengaruh budaya: peringkat 12 (tetap)

Negara-negara barat, terutama AS terus mendorong Indonesia yang terus menguat kekuatannya untuk mulai mengantisipasi peran China di kawasan Asia Pasifik, dan menjadi kekuatan penyeimbang utama di Indo-Pasifik.

Namun, menurut laporan Lowy Institute tersebut, belum ada tanda bahwa Indonesia akan bersedia untuk secara terbuka menyelaraskan diri dengan koalisi penyeimbang pimpinan AS (untuk 'melawan' China), dalam waktu dekat.

Sebaliknya, reaksi Indonesia yang menentang AUKUS pada September 2021 mengungkapkan perbedaan yang jelas antara Indonesia dan Australia dalam hal ini.

Kekuatan-kekuatan menengah Asia Tenggara cenderung melakukan hedging antara negara adidaya untuk mengelola pengaruh keduanya (AS dan China). Hal ini bahkan juga dilakukan oleh sekutu AS di Asia Tenggara, yakni Thailand dan Filipina, yang keduanya menjadi makin bersahabat dengan China.

Hal yang sama juga dilakukan oleh Vietnam (yang komunis), yang merangkul Washington dan di saat yang sama memiliki sistem politik yang sama dengan China.

Referensi:

Bloomberg.com, Bloomberg, https://www.bloomberg.com/news/articles/2021-11-15/global-wealth-surges-as-china-overtakes-u-s-to-grab-top-spot.

Key Findings 2021 - Power.lowyinstitute.org. https://power.lowyinstitute.org/downloads/lowy-institute-2021-asia-power-index-key-findings-report.pdf.

Walden, Max, and Stephen Dziedzic. “US and China Will Dominate the next Century in Asia, Says Lowy Institute.” ABC News, ABC News, 5 Dec. 2021, https://www.abc.net.au/news/2021-12-06/lowy-institute-asia-power-index-2021/100675446.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

AH
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini